Lima menit sudah Marvin berdiri di depan pintu apartemen Thomas. Tiga kali dia membunyikan bel. Tapi tak ada sahutan. Hingga dimenit berikutnya pintu pun terbuka. Terlihat seorang perempuan berdiri disana. Memakai jubah mandi warna putih. Dengan rambut sedikit basah. Marvin memasang muka dingin, terkejut sekaligus heran bersamaan. Marinka tidak salah memberinya alamat kan?.
"maaf... cari siapa? ". Tanya perempuan itu.
" Aku mencari.... ".
" Siapa sayang.....? ". Sahut pria dari dalam sambil berjalan menghampiri perempuan itu. Sambil sebelah tangannya mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk kecil.
" Kau......? ". Kata laki-laki itu terkejut saat sampai di depan pintu, dan melihat kedatangan Marvin. Pria itu tak lain adalah Thomas.
Marvin pun lebih terkejut lagi dibuatnya
Sayang? Dia memanggilnya sayang...
Apakah perempuan ini Emily?
Rahang Marvin mengeras menahan amarah. Tentu dia tau yang telah terjadi disini. Betapa bodohnya Marinka selama ini. Sebagai pria dewasa. Dia paham betul yang telah terjadi. Mendapati mantan kekasih sahabatnya sedang berada disebuah apartemen dengan seorang wanita. Dengan penampilan yang,,,, sudahlah jangan diceritakan... Tidak mungkin kan mereka tidak berbuat hal yang lebih.
" Bisakah aku berbicara dengan.... Kekasihmu?".kata Marvin penuh penekanan.
"Tentu. Silahkan ". Kata perempuan itu pada Marvin." sayang jangan lama-lama. Aku menunggumu dikamar ". Lanjutnya sambil mencium pipi Thomas kemudian berlalu.
" tentu ". Jawab Thomas tersenyum kaku sambil sesekali menatap Marvin khawatir.
Marvin berdecih, seperti ini rupanya kelakuannya dibelakang Marinka. Ternyata dia belum berubah. Dia bilang akan berubah demi Marinka. Nyatanya tidak sama sekali.
" Rapikan dirimu,,, aku menunggumu diparkiran ". Kata Marvin kemudian berlalu.
*****
Sepuluh menit kemudian Thomas sampai diparkiran. Terlihat Marvin sedang menghisap sebatang nikotin ditangannya. Sambil berjalan gelisah. Menghisap nikotinnya kuat dan menghembuskannya kasar. Ada perasaan kasian marah dan kesal dalam hatinya. Saat mengingat kebodohan Marinka yang masih belum bisa membuka lebar matanya. Dari jauh dia melihat Thomas datang. Dia membuang putung rokoknya kasar dan menghampiri Thomas. Tidak bisa menahan lagi amarahnya. Dicengkramnya kaos lelaki itu dengan kedua tangannya.
"ini dia sang pangeran tampan. Luar biasa sekali ya. Kau bisa membodohi Marinka sejauh ini ". Kata Marvin kemudian menghempaskan tubuh Thomas kasar.
Thomas mengibas-ngibaskan kaosnya. Seolah sedang membersihkan dari kotoran.
" Apa maumu Marvin? ".
" Kalau bukan karna kebodohan Marinka, aku tidak akan sudi datang kesini. Sejak kapan kau berhubungan dengan wanita tadi? ".
" Maksudmu Emily? ". Tanya Thomas dengan seringai yang menjengkelkan.
Ternyata benar perempuan itu Emily....
" Aku mengenalnya cukup lama. kurang lebih 1 tahun. Tapi kami menjadi sangat dekat baru beberapa bulan ini".
"Sejujurnya aku juga tidak ingin kehilangan Marinka. Tapi setelah ku pikirkan tak ada untungnya juga aku bersamanya lama-lama. Perusahaan yang kuincar ternyata juga tidak bisa memberikan keuntungan apapun. Dan..... ada sesuatu yang tak bisa kudapatkan darinya tapi bisa kudapatkan dari Emily".
"Apa maksudmu? Kau tau Marinka sangat mencintai mu Thomas. Dan ternyata kau dibelakangnya begini. Hah.....! ". Kata Marvin geram.
Thomas terkekeh" Kita sama-sama pria dewasa bukan. Bertahun-tahun aku bersamanya. Tapi untuk menciumnya saja sangat sulit. Dia selalu menolakku dengan alasan itu akan lebih indah dilakukan saat sudah menikah. Cih omong kosong macam apa itu. Dia sangat menggoda. Kulitnya putih bersih. Bibirnya yang merah rambutnya yang wangi.Tapi sayangnya dia sangat pelit. Coba beritahu aku... Jika kau laki-laki normal apa kau tidak tertarik? ".
Marvin masih dengan susah payah menahan emosinya agar tidak memukul mulut lelaki sialan itu.
" Aku masih cukup mampu menahan diri untuk tidak menerjangnya dan merusak masa depannya . Aku memilih melampiaskan pada orang lain. Katakan apa aku salah? ".
Marvin mengepalkan tangannya kuat. Sambil menatap nyalang pria bre****k didepannya ini.
" Ayolah Marvin jika kau berada diposisiku, apa yang akan kau lakukan. Dia begitu luar biasa cantik dan menggemaskan. Tapi dia tidak bisa menyenangkanku sedikit saja. Kau sudah bersahabat dengannya lama bukan, katakan.. Apa kau tidak pernah menginginkan nya sedikit saja.. Hah? ". Kata Thomas memprovokasi sambil terus tersenyum liar berimajinasi tentang sosok Marinka.
Bughhhhh........
" Tutup mulutmu ". Satu pukulan mendarat di bibir Thomas. Amarah Marvin sampai dipuncaknya. Tapi Thomas seolah tak peduli dia masih tertawa lepas.
" Kau bahkan tak menyukai jika ada seseorang yang membicarakannya bukan. Apa kau menyukai nya?. Ah iya... Lelaki mana yang tidak menyukainya. Banyak yang mendekatinya sebelum aku. Tapi mereka selalu meninggalkannya karna sikap sok suci temanmu itu".kata Thomas masih menprovokasi.
Marvin bermaksud memukul Thomas lagi namun Thomas berhasil menghindar dan kini berbalik memukul Marvin. Darah segar mengalir dari hidung Marvin.
Sialan.. Sebaiknya memang jangan berkelahi saat sedang marah... kau tidak akan menang karna kau tidak bisa berfikir tenang...
"sebaiknya nikahi saja dia.. Agar kau bisa terus melindunginya. Jangan sampai gagalnya pernikahan kami ini membuat papa Marinka terkena serangan jantung. Aku yakin bahwa Marinka belum menceritakan ini pada papanya bukan. Karna dia sangat mengkhawatirkan kesehatan papanya ". Setelah berkata begitu Thomas kemudian berlalu.
Argggggghhhhhhhh.......
Marvin masuk kedalam mobilnya mencari tissue untuk membersihkan lukanya.
" kenapa Marinka bisa sebodoh ini. Apa yang dia lihat dari lelaki ini. Dasar bodoh. Lalu bagaimana aku menjelaskan ini pada Marinka". Marvin memijat pangkal hidungnya. Bingung memikirkan nasib Marinka juga tuan Louis.
****
Pintu kamar Marinka terbuka Marvin masuk dengan mengendap-endap. Terdengar gemericik air dari dalam kamar mandi. Tak lama terlihat Marinka keluar dari kamar mandi mengenakan kimono satin merah muda. Tidak menyadari kedatangan Marvin. Saat dia menutup pintu kamar mandi dan berbalik dia terkejut mendapati Marvin dikamarnya.
"Kau.... ". Marvin memberi isyarat untuk tidak berisik sambil meletakkan telunjuknya di bibirnya sendiri. Marinka menggangguk mengerti. Marinka kemudian menghampiri Marvin dan terkejut saat melihat ada darah mengering di hidung lelaki itu.
" Marvin apa yang terjadi?. Kau kenapa?apa kau berkelahi dengan Thomas? ". Tanyanya khawatir.
Dia buru-buru mengambil kotak obat untuk mengobati luka Marvin. Dia ikut duduk diatas ranjang sebelah Marvin. Sambil menyiapkan alkohol kapas dan yang lainnya.
" Apa paman dan papaku tidak melihatmu didepan?".tanyanya sambil setengah berbisik. Marvin menggeleng pelan.
"Sepertinya mereka sedang bermain catur dihalaman belakang ". Jawab Marvin. Marinka mulai akan mengobati Marvin namun dia menahan tangan Marinka.
" kenapa...? ". Tanya Marinka bingung.
" Kau masih ingat janjimu kan. Jika aku gagal membawanya padamu maka kau harus berjanji untuk melupakannya ". Jelas Marvin. Marinka mematung menahan sesak di dadanya. Airmata nya mulai turun. Dia menunduk, ternyata sahabatnya pun gagal.
" Marinka aku tidak tau harus mulai dari mana. Tapi percayalah, dia tidak baik untukmu".
"Aku mencintainya... Dia baik Marvin, kau hanya belum mengenalnya... ". Kata Marinka sambil menatap sendu sahabatnya.
" Baiklah..katakan padaku Lelaki baik mana yang berada satu kamar dengan seorang wanita. Dalam keadaan...... ". Marvin mengusap wajahnya kasar.
" Haruskah aku jelaskan padamu Marinka? ". Jelas Marvin mulai kesal.
" itu tidak mungkin Marvin.. Dia selama ini baik padaku dia selama ini tidak pernah macam-macam".kata Marinka tersedu.
Marvin mulai kesal. Dia meremas rambutnya sendiri.
"kenapa kau bodoh sekali. Itu sebabnya tadi dia membicarakan kekuranganmu dibelakangmu. Kau wanita yang susah disentuh, sok suci, dan itu yang membuatnya mulai menjalin hubungan dengan Emily beberapa bulan ini. Dia terus membicarakan hal kurang ajar tentangmu yang membuatku marah. Itu sebabnya aku memukulnya ". Jelas Marvin kesal.
" Tapi kemarin dia pun begitu terpukul saat paman Anthony tidak memberikan restu ". Marinka masih membela.
" Dengar.... Aku tidak berbohong padamu. Aku juga tidak mengatakan bahwa Thomas yang tidak jujur padamu. Terlepas dari itu semua. Setidaknya kau bisa lega terlepas dari pria buruk sepertinya. Kau tau, aku sebenarnya sudah beberapa kali memergokinya bersama beberapa.... Mmm... Wanita ". Marvin mengatakan kalimat terakhirnya dengan saat hati - hati.
" Terakhir kali dia berjanji akan berubah untukmu. Tapi nyatanya tidak".
Marinka menggeleng tak percaya. Dia menangkupkan kedua tangannya di wajahnya.
Dia merasa bodoh.
" Aku minta maaf Marinka.. Seharusnya aku tak mengatakan ini". Kata Marvin sambil mengusap pundak sahabatnya itu.
"Tidak Marvin.. Kau tidak perlu minta maaf.. Mungkin benar aku bodoh selama ini".
"Jangan begitu... Aku semakin merasa bersalah padamu. Dia saja yang brengsek".
"Apa...... Semua laki-laki berfikir begitu Marvin? ".
" Berfikir apa...? ". Tanya Marvin tak mengerti.
" Apakah jika seseorang menjalin hubungan maka mereka juga pasti menuntut kedekatan yang lebih? ".
" Omong kosong... Jangan didengarkan. Setidaknya sahabatmu ini bukan laki-laki seperti itu. Otak mereka saja yang kotor. Kenapa? Kau berfikir akan menyerahkan dirimu padanya. Jangan menjadi gila karna lelaki itu. Aku tidak akan mengampunimu jika kau berbuat bodoh. Kau mengerti? ". Ucapnya kesal.
Marinka mengangguk pelan.
" Baiklah aku harus pulang sekarang".
"Tapi lukamu....? ".
" Tak apa aku bisa mengurusnya sendiri ".
" Hati - hati dijalan. Mmm satu lagi jangan bilang masalah ini pada Papa. Aku akan memilih waktu yang tepat untuk membicarakannya".kata Marinka. Marvin pun mengangguk mengerti.
"Istirahatlah Marinka.. Besok malam kita akan pergi ke acara tuan Daniel. Aku akan menjemput mu ". Kata Marvin berlalu.
*Baiklah akan kubuat kau membayarnya...
**TBC...
Rabu 08 juli 2020***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Junaedi
poin 9
2021-07-07
0
Ika Purwaningsih
semakin menarik...
2021-06-19
0
Cherry
tau nih Marinka , Thomas brengs** dicintai ,tinggalin.mendingan sm Marvin
2020-11-30
0