Pagi hari, disebuah kamar, terlihat Tere mondar mandir, dia sesekali mengusap wajahnya dengan kasar, entah kenapa pagi ini dia merasa sangat gugup, ketika mengingat perkataan Jay semalam, untuk mulai melayani pria itu, yang jadi pikiran Tere, melayani dalam hal apa.
"Apa aku harus menurutinya, atau tidak, seperti yang sudah - sudah, tapi bagaimana jika pria itu nanti melakukan hal diluar dugaan" gumam Tere, Tere menarik nafasnya panjang dan menghebuskannya, seperti itu terus, sampai beberapa kali.
"Tidak ada salahnya jika aku coba, dari pada harus mencari masalah lagi dengannya, sungguh melelahkan"
Akhirnya Tere keluar kamar dan menuju kamar Jay, setiap langkahnya merasa berat, entah kapan semua ini akan berakhir, yang jelas Tere ingin segera pergi dari mansion ini, yang seperti neraka menurut Tere.
Ceklek...
Tere memasukkan kepalanya sedikir, dia mengintip kedalam, sekedar mencari tahu kehidupan didalam, gelap, itu yang iya lihat pertama kali.
"Tentu saja gelap Ter, apa yang kamu harapkan, ini kan masih jam setengah enam," rutuk Tere ketika menyadari kebodohannya, dia berjalan masuk perlahan, dan menuju room closet, untuk menyiapkan seluruh keperluan kerja Jay, dari dasi dan lain-lain, seperti titahnya kemaren, tidak lama dia masuk kedalam kamar mandi dan menyiapkan air hangat untuk Jay, Tere usai dengan tugas pertamanya, kalau untuk membersihkan tempat tidur, akan dia lakukan nanti setelah pria itu sudah pergi bekerja, setidaknya dia harus pergi dulu, tanpa harus berlama- lama dengan pemilik kamar ini.
"Mau kemana?!" Suara bariton itu menghentikan langkah Tere yang akan keluar dari kamar Jay, dia berbalik dan menatap Jay yang masih diatas tempat tidur, bahkan tatapan tajamnya mampu membangkitkan bulu kuduk Tere.
"Saya sudah menyiapkan keperluan anda untuk bekerja tuan, dan air hangatnya pun sudah siap," yang ditanya apa, jawabannya apa, karena menurut Tere, hanya itu yang perlu dia sampaikan pada pria didepannya ini, untuk kemana, tentu saja dia akan bekerja seperti biasa, yang biasa se-orang Nani kerjakan dipagi hari.
"Tetap disini! Keluar sedikit saja, tanggung akibatnya!" Sebuah ancaman yang dilontarkan Jay, sungguh mampu membuat seorang Tere anderson menurut, jika mengingat sifatnya dimasa lampau, maka tidak akan ada yang bisa mengancamnya, jangankan mengancan, membentaknya saja tidak ada, kecuali Reno Darmawan.
Jay beranjak dari tempat tidur dan menuju kamar mandi, tanpa menghiraukan Tere, sedangkan Tere kini duduk disofa, yang berada dikamar Jay, dia seperti manekin, dia bahkan tidak bergeser sedikitpun dari duduknya.
Jay yang berada didalam kamar mandi tersenyum keji, dia sengaja meminta Tere tetap tinggal, dan dia akan tidur didalam kamar mandi sambil berendam, benar saja, sudah setengah jam berlalu,pria itu tidak kunjung keluar, bahkan dia benar- benar tertidur.
Tere diluar sudah sangat jengah menunggu Jay, ingin rasanya dia mengubur pria ini, waktunya seperti terbuang sia sia, akibat ulah pria yang kini sedang dia tunggu, hingga tanpa terasa, Tere ikut tertidur disofa dengan posisi duduk bersandar dibadt sofa.
Tidak lama, Terlihat Jay baru saja keluar dari kamar mandi, Jay menatap Tere sesaat, dia bisa melihat wanita itu tengah tertidur, dia langsung memakai baju yang disiapkan Tere, dan duduk disofa, tidak jauh dari Tere, dia juga meminta bik Ana untuk mengantar sarapan kekamar saja.
Matanya mulai mengerjab, hingga tidak lama mata itu terbuka sempurna, dia melihat sekeliling, matanya langsung membola ketika menyadari ini masih dikamar Jay.
"Sudah bangun rupanya!" Terdengar suara berat dari pria didepannya ini, yang tidak lain adalah Jay, suaranya yang seperti menghardik membuat Tere langsung duduk dengan tegak.
Minuman ditangan pria itu, beserta makanan yang berada di meja sofa, mengalihkan pandangan Tere, "memang sudah jam berapa ini," batin Tere.
Jay berdiri dan berjalan menghampiri Tere.
"Mau apa!" Teriak Tere tanpa sadar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
M⃠∂я𝓦⃟֯𝓓🆁🅰🅹🅰Riᷯsͧkᷜyͥ⁴ᵐ❤
beuh udh jtuh cintrong sjay
2024-02-14
1