EPS-10

"Na na na na," terdengar suara merdu Tere yang tengah bersenandung ria, kini dia berjalan menuju kamar Utama yang ditempati sipemilik mansion, siapa lagi kalau bukan Jay.

Tere masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu, karena Tere berfikir tidak ada penghuninya, seperti yang sudah-sudah, ditangannya sudah siap dengan alat tempur yang akan dia gunakan untuk membersihkan kamar Jay, hingga langkahnya terhenti ketika matanya melihat sosok pria yang kini tengah tidur pulas dengan bertelanjang dada.

"kapan dia kembali, perasaan kemaren sore belum ada," Batin Tere yang masih menatap pria yang sedang tidur dengan pulasanya.

Tere berjalan mundur untuk keluar, dia berjalan sangat pelan, seperti seseorang yang takut ketahuan karena mencuri sesuatu, dia tidak ingin sipemilik kamar terbangun dan melihatnya disana, karena Tere takut akan amukan dipagi hari, seperti yang sudah-sudah.

"huff,,,, akhirnya, aku bisa keluar juga dengan nafas yang masih menempel ditubuhku" gumam Tere yang kini tengah berdiri didepan pintu kamar pria kejam versi Tere, dia mengelus-elus dada, tidak lama Terepun berlalu dari sana dan tidak jadi membersihkan kamar utama, karena tidak ingin melihat Jay.

Dia berjalan menuruni tangga, tujuannya kali ini adalah bik Ana yang tengah masak didapur.

"bik." panggil Tere yang kini sudah berdiri disamping bik Ana, dan ikut membantu membersihkan seafood yang akan dimasak bik Ana, karena Jay sangat menyukai masakan seafood.

"iya neng?" terlihat bik Ana menoleh sekilas pada Tere dan kembali melanjutkan aktivitasnya yang tengah memasak.

"kapan dia kembali bik, prasaan semalam belum ada?" tanya Tere dengan suara pelan, entah kenapa jika ada Jay, Tere merasa ruang geraknya seperti sesak, seakan banyak telinga dan mata yang mengawasi gerak geriknya.

"semalam neng, tengah malam."

Tere tidak bertanya lagi, dia hanya manggut-manggut tanpa ada niatan bertanya lebih jauh lagi, karena dia juga tidak ingin tahu banyak tentang pria yang menurutnya menjengkelkan itu, akhirnya Tere memilih membantu bik Ana memasak.

Sedangkan dikamar, Jay sebenarnya sudah terbangun, dia hanya pura-pura tidur setelah mendengar pintunya seperti akan dibuka dari luar, dia yang awalnya akan turun mengurungkan niatnya, karena tidak biasanya ada seseorang yang berani masuk kekamarnya selama dia ada didalam.

Jay sedikit megintip, dan dia melihat dengan jelas siapa yang masuk kedalam kamarnya, "apa dia yang sekarang selalu membersihkan kamarku, terus kenapa tadi dia keluar dan tidak membersihkan apapun, apa dia segitu takutnya padaku, sehingga dia keluar setelah melihat ku," gumam Jay, Jay beranjak dan masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

setengah jam berlalu, kini Jay sudah menuruni tangga lengkap dengan jas yang melekat sempurna ditubuh atlentisnya, dia bisa melihat dari kejauhan siluet Tere yang tengah menata makan dimeja makan, dia terus berjalan sampai akhirnya sampai dihadapan Tere yang menunduk tanpa mau menatapnya.

"apa dia akan menghinaku lagi seperti yang sudah-sudah" batin Tere yang melihat Jay dengan ekor matanya. Dia sudah bersiap menerima amukan Jay seperti yang sudah-sudah, namun setelah lama menunggu dia tidak mendengar apapun, akhirnya Tere memberanikan diri melihat wajah tampan yang dingin dan mengerikan itu.

Tere melihat Jay yang tengah duduk dan tidak menatapnya, sehingga Tere bisa bernafas dengan lega, itu artinya dia tidak perlu terlibat masalah dengan pria didepannya ini.

"apa yang kamu tunggu! Apa kamu buta! tidak melihat saya yang menunggu!" bentak Jay, sehingga Tere langsung terkejut saat itu juga, baru juga bernafas lega, namun suaranya sudah seperti bom atom saja.

Tere bingung, apa yang harus dia lakukan, dia melihat sudah banyak makanan disana, dan semuanya sudah lengkap, lalu kenapa tuannya itu tidak makan juga, dan justru mengatainya buta.

Bik Ana menyenggol bahu Tere dan memberi isyarat pada Tere dengan dagunya, dia juga sedikit berbisik, Tere yang pahampun akhirnya mendekati Jay dan menyiapkan sarapan dipiring pria itu, "ingin rasanya aku memberi racun pada makanannya!" umpat Tere dalam batinnya.