EPS-16

"Apa ini?" Tanya Tere, ketika sebuah maps berada dihadapannya, setelah dilempar kasar oleh Jay.

"Buka saja! Jangan terlalu banyak bertanya!" Jay kembali kekursi kebesarannya dan mulai bekerja, sesekali matanya melirik Tere, terlihat wanita itu hanya membolak- balikkan maps itu saja, Jay merasa geram, sebab Tere tak kunjung membukanya, kenapa wanita didepannya ini selalu lelet dalam banyak hal dan selalu menguji kesabarannya.

"Apa kamu tuli! Sehingga tidak mendegar perintahku!" Kesal Jay, entah kenapa pria itu selalu berlebihan jika meluapkan emosinya pada Tere, seakan- akan bukan hanya untuk membuat wanita itu berubah atau berperilaku baik, melaikan ada dendam sendiri dimasa lalu.

Tere yang mendengar perkataan Jaypun segera membuka maps hijau yang berada ditangannya, "surat perjanjian" gumam Tere, dia segera membaca surat perjanjian itu, disana tertera jika Tere harus menjadi pesuruh pribadi untuk Jay, dari mengurus kebetuhan pria itu dikantor, ataupun dirumah, dan jika Jay membutuhkan kapan saja, wanita itu harus siap, jika selama 6bulan Tere menurut dan patuh, maka dia bisa bebas dan kembali kerumah keluarga besarnya.

Ada rasa bahagia yang Tere rasakan, ketika membaca akan segera kembali kerumahnya, dan ada juga yang membuatnya kesal, yaitu menuruti segala keinginan untuk mengurus Jay."Kenapa tidak menikah saja sekalian," celetuk Tere tanpa sadar, karena merasa kesal, wanita itu tidak menyadari perkataannya, yang didengar jelas oleh Jay.

Jay menyeringai, "Tidak buruk, persiapkan dirimu, malam ini kita menikah dibawah tangan."

Mata Tere membola mendengar perkataan Jay, bahkan tanpa beban sama sekali ketika Jay berucap, "tidak! Aku tidak akan pernah mau menikah denganmu!" Tolak Tere dengan tegas, sungguh Tere mengutuki perkataanya tadi, dia saja sudah sangat tersiksa tinggal satu atap dengan Jay, apa lagi menikah, bisa mati berdiri nanti.

"Aku tidak butuh persetujuanmu!"

Tere tidak lagi menjawab, dia sudah tahu jika ini akan terjadi, dimana dirinya tidak dapat menentukan keinginan hidupnya, selama masih bersama Jay, dan entah apa yang akan terjadi setelah ini.

Tidak lama Dio kembali masuk dengan kertas ditangannya, bahkan kertas itu tidak hanya satu, dia memberikan kertas dihadapan Tere, tanpa membaca ulang, Tere langsung membubuhkan tanda tangan begitu saja, dan menjauhkan kertas itu dari hadapanya.

Jay yang melihat itu, menautkan kedua alisnya, "apa kamu tidak ingin membacanya ulang?" Ucap Jay masih dengan mata tertuju pada Tere.

"Apa dia benar-benar pasrah dengan hidupnya," batin Jay.

"Tidak perlu, dan tidak peduli, lagian aku juga tidak akan bisa merubah isinya kan."

"Tentu saja, kamu hanya bisa menerima semua yang ada dalam perjanjian itu."

"hufff..." Tere berdiri dan hendak keluar dari ruangan Jay.

"Mau kemana? Tetap ditempatmu!" Tatapan tajam dia hunuskan pada Tere yang masih berdiri diambang pintu.

Tere memejamkan kedua matanya sesaat, demi mengurai gejolak yang timbul dalam hatinya, "Tugas saya sudah selesai, jadi ada apa lagi tuan," pasrah Tere dan kembali duduk disofa yang iya tempati barusan, andai saja dia bisa menghilang, sudah sejak tadi dia pergi dari hadapan pria ini.

"Makan, makanan itu sampai habis," tunjuk Jay pada rantang yang sudah dia bawa tadi.

Kedua mata Tere langsung berbinar, dengan senang hati dia membuka rantang itu dan melahap isinya, bahkan dia tidak merasa sungkan dengan Jay ataupun Dio, jujur saja perutnya sudah sangat lapar sejak tadi, karena Tere belum sarapan.