EPS-06

byurrrrr....

"auwww, banjir-banjir," teriak Tere yang gelagapan akibat siraman air yang begitu dingin ditubuhnya, dia segera duduk dan mengatur nafasnya, Keyla menatap pria yang ada didepannya ini, bahkan tatapannya begitu tajam, sehingga mampu membuat Tere merinding.

"bukannya enak, mandi tanpa harus kekamar mandi" Jay tersenyum menyeringai setelah menyiram Tere dengan air yang dingin itu, bahkan tanpa merasa kasihan sedikitpun.

seperti pria itu sangat kesal, karena sudah beberapa ART membangun Tere, namun tak kunjung bangun juga, "kamu disini hanya seorang pembantu, jadi biasakanlah bangun pagi! Dan berlakulah selayaknya pembantu, " bentak Jay, sehingga Tere sedikit memejamkan matanya mendengar begitu keras suara Jay, lagi-lagi kata pembantu yang keluar dari mulut pria itu, namun Tere berusaha untuk tidak terpancing emosi.

tanpa menjawab, Tere melewati Jay begitu saja, dia tidak ingin lagi berdebat dengan Jay, tere ingin memperbaiki hidupnya, agar lebih baik lagi, Tere akan menganggap yang kini dia alami, adalah sebagai bentuk kejahatannya dimasalalu, lebih tepatnya karma, Tere berjalan kekamar mandi yang berada didekat dapur dengan menggigil, sungguh dinginnya air itu seperti ingin menembus tulangnya, apa mungkin yang disiramkan Jay air es, entahlah, hanya pria itu yang tahu.

Sedangkan dikamar Tere, Jay diam terpaku, dia merasa percaya dan tidak, seorang Tere sama sekali tidak membantah dirinya, karena seperti yang sudah-sudah, Tere selalu melawan perkataannya, tapi ini, bahkan Tere sama sekali tidak ada perlawanan, sulit dipercaya, pikir Jay.

"apa aku sudah keterlaluan? ah tidak, suruh siapa dia menjadi pemalas, aku kan tidak suka orang pemalas," Jay mencoba menepis pemikirannya yang merasa bersalah terhadap Tere, dia melempar ember kecil ditangannya kesembarang arah, dan Jay berlalu dari kamar Tere dengan mengusap wajah, setelah dia menyuruh bibik untuk membersihkan kamar Tere, akibat ulahnya.

"Nona ada apa?" ragu-ragu koki dirumah itu bertanya pada Tere yang melintas dihadapannya dengan baju basah kuyup, karena dia takut, Tere akan kasar padanya seperti yang sudah-sudah.

sedangkan Tere yang melihat itu mengerti, jika Koki didepannya itu seperti takut pada dirinya, "apa aku begitu jahat, sehingga koki ini gemetaran bicara denganku" batin Tere, tere menghembuskan nafasnya pelan, ini semua salahnya, sehingga banyak orang yang tidak suka pada dirinya.

"tidak papa bik, bik, jika Tere selama ini berbuat salah, maafkan Tere ya bik," Tere mengulurkan tangannya pada koki dihadapannya ini, dia ingin memulai hidup yang lebih baik, dan belajar menjadi wanita yang bisa dibanggakan oleh ibunya, biarlah masalalunya cukup menjadi pelajaran, yang jelas, perlahan Tere akan merubah hidupnya yang begitu jahat.

Bik Ana menerima uluran tangan Tere dengan ragu-ragu, namun diluar dugaan, justru Tere memeluk bik Ana dengan erat.

"bantu aku menjadi wanita yang baik bik, aku sadar selama ini telah banyak melakukan kesalah," Tere menangis dalam pelukan bik Ana, dia merindukan mamahnya, hanya saja Tere belum bisa bertemu mereka, mengingat kedua orang tua Tere yang kecewa dengan dirinya, hanya bik Ana yang iya punya saat ini.

Bik Ana mengelus punggung Tere dengan lembut, sejak pertama kali melihat Tere, bik Ana bisa tahu, jika sebenarnya wanita dihadapannya ini tidak jahat, namun entah apa yang membuat wanita ini begitu arogan, namun pandangan-nya tidak bisa berbohong, jika wanita ini mempunyai luka yang dalam.