EPS-04

"Apa kamu tidak punya sopan santun!" bentak Jay, karena merasa Tere tidak menghargai dirinya yang tengah duduk dihadapannya.

"apa lagi kak, aku sudah makan, kenapa masih marah-marah" kesal Tere, karena Jay selalu marah padanya tanpa tahu kesalahannya.

"apa kamu tidak bisa permisi dulu, atau menawarkan yang lain untuk makan, setidaknya baca doa dulu!" Jay beranjak dan pergi dari ruang makan, karena nafsu makannya sudah menguar entah kemana, dia mengutuki dirinya sendiri, karena telah mau menampung tugas untuk mengubah wanita didepannya ini.

"ada apa dengannya? Apa dia sedang ment, ah sudahlah, terserah dia saja" gumam Tere, Tere kembali melanjutkan makan malamnya tanpa pedulu Jay yang baru saja marah-marah, toh itu semua tidak ngaruh untuk Tere.

"bisa darah tinggi aku jika selalu bersama wanita gila itu!" kesal Jay, Jay kini kembali keruangan kerjanya dan duduk menyendiri disana, "sepertinya aku butuh hiburan" Jay merogoh ponselnya yang berada di kantong celana yang iya gunakan, "carikan aku hiburan," tanpa menunggu jawaban yang disebrang, Jay langsung menutup ponselnya begitu saja.

"Tek!" teria Dio.

"iya bos!?"

"carikan Wanita yang menarik buat bos besar," ujar Dio, ya Dio adalah pria yang baru saja Jay telfon dan meminta mencarikan hiburan, pria itu juga kepercayaan Jay, didunia bawah, maupun dunia bisnis.

Sedangkan Jay kini tengah bersiap untuk pergi, "ada apa ini?" tanya Jay dengan suara beratnya, karena dia melihat Tere yang tengah memaki para Nani dan penjaga rumah.

"lihat tuh pembantumu! mereka semua berani menyuruhku untuk membereskan meja makan dan mencuci piring," adu Tere, Tere kini tersenyum sinis pada para Nani, karena dia akan segera dapat pembelaan dari Jay, pikir Tere.

"terus dimana salahnya, bukannya kamu disini hanya pembantu!"

Deg... Jawaban Jay langsung membuat Tere terdiam, bahkan senyum yang iya banggakan tadi lenyap seketika, "apa dia bilang, aku pembantu?" batin Tere dengan tatapan marahnya pada Jay, sungguh Jay begitu jahat bagi Tere kali ini, karena sudah menganggap dia pembantu.

"cepat bereskan semua kotoran itu!" betak Jay, karena melihat Tere yang hanya diam saja, hingga Tere terjingkak karena terkejut.

Tanpa banyak kata, Tere langsung melakukan apa yang Jay perintahkan, hatinya sedikit sakit melihat sikap kasar Jay pada dirinya, apa pria didepannya ini masih marah padanya.

Sedangkan Jay terus menatap Tere yang sejak tadi bolak balik kedapur dan ruang makan, Jay melarang seluruh ART membantu Tere, dia yang akan segera pergi mengurungkan niatnya, karena dia ingin secara langsung melihat penderitaan wanita itu, senyum menyeringai yang ditunjuk Jay, mampu membuat para pengawal bergidik.

"ini baru awal Nona Anderson, lihat saja Nanti apa yang akan aku perbuat pada wanita seperti dirimu" gumam Jay yang terus menatap Tere, sungguh Jay tidak main-main kali ini, dia akan memberikan hukuman yang setimpal buat Tere, karena perbuatan wanita itu dimasalalu, hampir merenggut nyawa seseorang, meskipun sikorban mamaafkan, tapi Jay tetap tidak akan semudah itu membiarkan Tere bebas begitu saja, apa lagi dia punya dendam pribadi pada wanita didepannya ini.

"hufff, sungguh ini sangat lelah, kenapa ART dirumahku pada betah ya, padahal kerjaannya cukup melelahkan," batin Tere, Tere menyandarian badannya disebuah kursi yang ada didapur itu, dia belum beranjak kekamarnya, karena badannya masih terasa lengket, jadi Tere berinisiatif untuk mandi dulu, bahkan kerjaannya masih ada yang tertinggal.

"Nona."

Tere hanya menoleh, dia langsung kembali memejamkan matanya setelah tahu jika sang koki rumah itu yang memanggil dirinya.

"pergilah!" usir Tere pada Koki itu, karena cukup lumayan Koki itu berdiri disamping Tere, meskipun Tere memejamkan matanya, tapi Tere bisa merasakan lewat aroma parfum Koki itu.

"sebaiknya Nona kembali kekamar dan istirahat, biar saya saja yang meneruskan sisanya," Koki itu manawarkan diri, karena dia merasa iba dengan Nona mudanya itu, sungguh terlihat mengenaskan, pikir Koki itu.