20

“Ini untukmu.”

Luna tersenyum sambil menerima makanan ringan yang diberikan Sahira. “Terima kasih, Sahira. Kau sangat baik.”

Sahira hanya berdehem, dia buru-buru pergi seolah takut akan sesuatu.

Luna menatap bingung, dia mengangkat bahunya acuh dan membuka bungkus dari kue cokelat yang diberikan Sahira. Luna tanpa prasangka buruk langsung memakan kue cokelat itu.

“Hai Luna, kau sedang apa?”

Luna menoleh ke asal suara sambil mengunyah. “Oh, sedang makan kue cokelat. Rasanya enak sekali, kau mau?”

“Tidak, terima kasih. Aku tidak suka cokelat.”

“Ah, sayang sekali.” Luna kembali mengigit kue cokelatnya.

“Omong-omong, bagaimana kemajuan hubunganmu dan Lethean?”

“Hm? Lumayan, aku dan Lethean sudah menjadi teman.”

“Oh ayolah! Masa kau tidak mengerti yang kukatakan,” kata Alysha kesal.

“Memang kau berkata apa?”

Alysha berdesah frustasi. “Kau sungguh tidak mengerti ucapanku??”

“Hm?” Luna menatap bingung Alysha dengan cokelat yang sedikit belepotan di wajahnya.

“Tidak, tidak ada apa-apa. Lebih baik aku pergi.”

“Oh, ok. Hati-hati.” Luna melambaikan tangannya dengan senyum kecil, raut wajahnya berubah datar. ‘Phoe, apa sudah berhasil?’

“Ya, Master. Tapi apa Anda yakin? Racun ini sangat mematikan untuk Vampir, bahkan Anda sendiri bisa saja dalam bahaya.” #

Luna tersenyum tipis. ‘Memang itu yang kuinginkan, demi membuat gadis itu menyesal. Maka aku akan melakukan apapun.. tunangan Lethean? Hng, lucu sekali.’

✯✯✧✯✯

Siswa-siswi mulai masuk secara berdesak-desakan saat mendengar suara lonceng. Mereka segera duduk di kursi masing-masing.

“Luna, bagaimana kalau kita jalan-jalan ke taman setelah kelas?” tanya Alysha berbisik.

Luna menganggukkan kepalanya dengan senyum manis. “Tentu, aku juga ingin melihat taman akademi.”

“Baguslah! Kita akan pergi bersama nanti setelah aku memanggil Alexa.”

“Tentu.” Luna menatap lurus ke depan saat profesor Shofie yang berjalan masuk.

“Kali ini kita akan mengadakan kelas gabungan, jadi bersiap ke kelas B.”

“Baik~.”

Para siswa-siswi mengambil buku yang dibutuhkan dan berjalan keluar kelas secara teratur dan menuju ke kelas B yang ada di lantai dua.

“Luna,” panggil Alysha sambil mendekat. “Apa kau punya pacar?” tanyanya berbisik.

“Eh? Kenapa kau tiba-tiba bertanya?”

“Aku hanya tanya, di kelas B dan A itu banyak pria tampan. Siapa tau kau masih sendirian. Aku bisa membantumu memilih salah satu dari mereka.”

Luna tersenyum. “Terima kasih tapi aku tidak perlu.” Dia menunduk dengan senyum sendu. “Aku sudah memiliki orang yang kusukai.”

“A-ah, begitu ya?” Alysha tampak gelagapan saat melihat ekspresi sedih Luna, dia menatap lurus sambil sesekali melirik Luna. ‘Bodoh, bodoh, bodoh! Kau seharusnya tidak menanyakan hal itu!!’

Luna tiba-tiba berhenti dan membuat Alysha ikut berhenti, keduanya yang ada di barisan terakhir membuat siswa-siswi lain tak begitu memperhatikan keduanya.

“Luna? Ada apa?”

Luna tak berkata apa-apa, dia langsung jatuh dan tak sadarkan diri.

“Luna!”

✯✯✧✯✯

‘Apa ini? Di mana aku?’ Luna menoleh ke sekeliling dengan eskpresi penuh kebingungan, ruangan berwarna abu-abu yang tampak suram membuatnya merasakan ketidaknyamanan.

“Luna..”

‘Siapa itu??’ Luna celingak-celinguk mencari asal suara, namun tak dapat melihat siapapun.

“Putriku..”

Luna langsung diam membeku saat melihat wanita yang tampak mirip dengannya namun berusia beberapa tahun lebih tua darinya. “I-ibunda..” gumamnya tak percaya.

Mata yang awalnya tertutup mulai terbuka, mata merah darah yang menyala redup tampak mengekpresikan kesedihan. Namun senyuman lembut yang tercetak di wajah membuat hati Luna menjadi tenang. “Putriku..”

“I-ibunda.. Ibunda, ada di sini?”

Wanita itu terus tersenyum lembut, dia merentangkan kedua tangannya.

Luna langsung berlari dan memeluk wanita itu dengan erat. “Ibunda, kenapa Ibunda meninggalkanku begitu cepat??” tanyanya terisak, air mata mengalir begitu saja tanpa bisa ditahan. “Ibunda tidak tau betapa tersiksanya aku tanpa ibunda.”

Wanita itu membalas pelukan Luna. “Maafkan ibu, Luna. Ibu juga tidak mau meninggalkanku sendirian, tapi ini adalah takdir. Putriku..”

“Ini bukan takdir! Ini salah para manusia itu! Mereka merebut ibu, merebut kekuatanku.. mereka semua memang harus dilenyapkan!” Aura menyeramkan langsung menguar begitu saja dari tubuh Luna.

Namun, aura dari wanita yang dipanggil ibu langsung menutupi aura Luna dengan cepat dan seolah menahan aura Luna yang ingin meluap. “Luna.. semuanya adalah takdir, kita tidak bisa mengubah waktu. Melihatmu hidup dengan bahagia sudah cukup bagi ibu.”

“Tapi bagiku itu belum cukup, Ibu. Aku ingin Ibu! Aku tidak mau berpisah dari ibu.” Luna mempererat pelukannya, seolah jika dia melonggarkan pelukannya maka sang Ibu akan langsung menghilang.

“Luna, kau tidak kehilangan ibu. Ibu selalu ada di dekatmu. Dimanapun kau berada, ibu akan selalu ada di sisimu.”

“Tetap saja, tetap saja aku tidak bisa melihat ibu! Aku ingin di sini, bersama Ibu.. bersama Ayah.”

“Luna.. Ayahmu.. masih hidup.”

Luna langsung tertegun. “Ibu, maksud Anda.. Ayahanda..”

“Benar, Luna. Ayahmu, Zephyr. Masih hidup.”

Luna melepas pelukannya dan menatap sang ibu dengan mata sembab. “Bagaimana bisa? Bukankah Ibunda bilang kalau Ayahanda sudah.. tiada?”

“Ibu dibohongi, Luna.” Wanita itu menyentuh dadanya dengan ekspresi kecewa. “Selama ini, Sahabat Ayahmu membohongi Ibu dan berkata kalau Ayahmu sudah mati.”

“Lalu, lalu kenapa Ayahanda tidak datang menemui Ibunda?”

Wanita itu tampak sangat sedih, dia menunduk. “Ibu tidak tau, sejak Asher memberitahu Ibu kalau Zephyr sudah mati. Ibu tidak lagi pernah mendengar kabar apapun tentangnya dan mengira kalau dia sudah mati.”

Luna mundur dengan sempoyongan, dia jatuh terduduk dengan tatapan tak percaya. “Jadi, selama ini. Ayahanda masih hidup.. tapi, tapi kenapa Ayahanda tidak pernah menemuiku sekalipun? Apa, apa Ayahanda.. membenciku?”

Arandelle, Ibu Luna segera memeluk Luna yang kembali terisak. “Itu tidak benar, Luna. Ayahmu selalu menyayangimu, Ayahmu tidak pernah membencimu. Ibu yakin, ibu yakin ayahmu juga ingin bertemu denganmu namun tidak bisa.”

“Ibunda.. apa Ayahanda, apa Ayahanda sungguh masih hidup? Apa, apa aku bisa bertemu Ayahanda nanti?”

“Tentu, Ibu yakin. Kau dan Ayahmu, pasti bertemu suatu hari nanti.”

✯✯✧✯✯

Luna perlahan-lahan membuka matanya, dia menatap lurus ke langit-langit ruangan dengan tatapan kosong namun terlihat ada sedikit secercah harapan.

Pintu tiba-tiba terbuka dan membuat Luna menoleh.

Alysha, yang membuka pintu menyadari keberadaan Luna dan segera menghampiri gadis itu sambil menyeret Raven yang tampak sangat tertekan. “Luna, apa kau baik-baik saja? Apa kau merasa ada yang aneh atau terasa tidak nyaman?”

“Siapa..” gumam Luna dengan pandangan yang sedikit kabur.

“Hm? Kau berkata apa?”

“Ah..” Luna tersenyum tipis. “Ternyata kau, Alysha. Apa yang terjadi?”

“Kau tiba-tiba tak sadarkan diri, untungnya Lethean kebetulan datang dan membawaku ke ruang kesehatan. Profesor bilang, kau diracuni.”

“Diracuni? Apa itu sebabnya, penglihatanku jadi tidak jelas?”

“Tidak jelas? Tidak jelas bagaimana?”

(✯✯✧✯✯)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!