“Eh, apa yang Ayahanda katakan?? Ayahanda ingin aku bersekolah di sekolah manusia? Yang benar saja!”
“Luna, sebagai calon pemimpin klan Vampir. Kau harus tau kelemahan manusia dan bagaimana cara menghabisi mereka dengan cepat, selain itu. Kau harus mendapatkan kepercayaan mereka dan satu-satunya cara hanya dengan bersekolah bersama mereka.”
“Tidak mau!” Luna membentuk tangannya menjadi tanda silang. “Sampai kapanpun, aku tetap tidak akan mau!!”
✯✯✧✯✯
Luna menatap datar, dia menghela napas. Pada akhirnya, Luna dengan terpaksa setuju untuk bersekolah di akademi yang sama dengan manusia, yang artinya. Dia harus keluar dari pekerjaannya saat ini di kuil.
“Ingat Luna, kau tidak boleh menunjukkan kekuatanmu pada siapapun! Ayah sudah mendaftarkanmu ke akademi Equestria dan kau akan masuk ke kelas C!”
Luna kembali menghela napas saat mengingat ucapan sang ayahanda tercinta, dia dengan malas berjalan masuk ke akademi. Luna berhenti di depan sebuah pintu akademi, tepatnya di depan seorang wanita berkacamata dengan senyuman lembut.
“Selamat pagi, kamu pasti Luna kan? Perkenalkan, saya Zoya Amirin. Saya akan menjadi gurumu di kelas C,” kata Profesor Zoya dengan ramah dan lemah lembut.
“Ah, halo. Profesor, saya Luna Co- Eastern. Mohon bimbingannya.” Luna menunduk hormat. ‘Fyuuh, hampir saja aku keceplosan menyebut nama keluargaku.’
Profesor Zoya tertawa kecil. “Kamu terlalu sopan, Luna. Karena kamu tiba lebih awal, bagaimana jika kamu ke asramamu untuk istirahat sebelum upacara penerimaan murid?”
“Terima kasih, Profesor.”
“Tentu saja.” Profesor Zoya dan mencari seseorang. “Kiara!”
Gadis berambut abu-abu yang memeluk boneka kelinci itu menoleh ke arah profesor, dia berjalan mendekat. “Ada yang bisa saya bantu, Profesor?”
“Iya, tolong antarkan Luna ke asrama nomor 337.”
Kiara terdiam sejenak, dia melirik Luna sebelum mengangguk. Kiara berbalik. “Ikuti aku.” Dia melangkah pergi.
Luna sedikit membungkuk dan berlari kecil menyusul Kiara yang sudah jauh.
Profesor Zoya hanya tersenyum tipis melihat keduanya, dia kembali menatap ke arah luar. ‘Kira-kira, siapa lagi murid baru yang akan datang ya?’
✯✯✧✯✯
“Ini asramamu,” kata Kiara sambil menunjuk sebuah pintu kamar berpelat nomor 337.
“Ah iya, terima kasih.. Kiara.”
Kiara hanya berdehem sebagai balasan, dia berjalan pergi. Kiara sempat berhenti sesaat dan melirik Luna. “Berhati-hatilah, orang-orang di asrama itu. Semuanya sinting.” Dia kembali melanjutkan perjalanannya.
‘Sinting?’ Luna menatap bingung, dia menoleh ke arah pintu. Luna menelan salivanya dan memberanikan diri membuka pintu asrama, hal pertama yang dia lihat adalah asrama yang bersih dan rapi.
Dengan perabot yang ditata sedemikian rupa dan dinding yang diberi warna biru dan hijau yang tercampur.
Woah..” gumam Luna terkagum-kagum, namun. Dia seketika tersadar saat melihat ada empat kasur di dalam. ‘Apa setiap asrama memiliki 4 anggota?’ batinnya bingung.
“Siapa kau?! Apa yang kau lakukan di sini??”
Luna seketika terkejut saat tiba-tiba terdengar suara dari belakang, dia menoleh dengan raut kesal. “Aku Luna! Kenapa kau tiba-tiba saja muncul dan mengangetkanku!”
Raut wajah gadis yang berdiri di depan Luna berangsur-angsur berubah, matanya tampak membulat kaget. “Namamu Luna? Kau murid baru di asrama kami? Wah, kami sangat cantik!” katanya langsung berubah.
Luna bingung dengan gadis di depannya, dia tak mengerti apa yang dikatakan gadis ini karena cara bicaranya yang cepat dan terkesan tergesa-gesa.
“Perkenalkan, aku Alysha. Aku teman sekamarmu di asrama 337,” kata Alysha dengan senyuman manis.
“Ah, halo. Aku Luna, senang bertemu denganmu,” kata Luna yang masih tak mengerti dengan alur pembicaraan keduanya.
“Kenapa hanya berdiri di sana?? Ayo cepat masuk!” Alysha melewati Luna dan menarik gadis itu masuk, dia meletakkan tas yang dibawa Luna di atas kasur tingkat pertama. “Mulai sekarang, ini kasurmu. Kasurku di tingkat kedua, untuk kasur yang itu milik Lethean dan Raven.”
“Hm.. ya?”
“Ayo duduklah.”
Luna hanya menurut, dia duduk di samping Alysha.
“Jadi apa kau bisa menceritakan tentang kisahmu? Maksudku alasan kenapa kamu dikirim ke akademi.”
Luna diam sesaat, dia tampak menimbang-nimbang jawaban yang akan diberikannya. “Itu karena permintaan orang tuaku, mereka ingin aku bersekolah dan belajar mengontrol sihirku.”
“Wah, keren. Lalu apa sihirmu?”
Luna kembali terdiam, dia kembali mengingat ucapan Alverd. “Pasir.”
“Ah, begitu ya. Sayang sekali.”
“Me-memangnya ada apa?”
“Kau tidak tau?” Alysha memperbaiki posisi duduknya. “Di akademi ini, sihir adalah segalanya. Orang-orang di akademi tidak akan perduli dengan identitas atau margamu, yang mereka inginkan hanya kau menjadi pintar dan berprestasi. Sihir di sini dibagi menjadi beberapa tingkatan. Sihir Kegelapan dan cahaya berada di tingkat tertinggi karena sangat langka dan unik, sihir yang berada di tingkat tertinggi kedua adalah Api dan petir. Itu karena kedua sihir itu sudah dikendalikan dan kuat, di tingkat tertinggi ketiga adalah sihir logam. Penggunaannya memang tidak jarang ditemui, tapi perlu kreativitas dan manna yang besar untuk membuat sihir ini membentuk apapun yang kita mau. Di tingkat tinggi, kelas A. Itu untuk murid pintar dan berprestasi, tingkat tinggi kedua, kelas B. Untuk murid yang bisa mengontrol sihirnya, untuk tingkat ketiga, kelas C. Untuk murid yang lumayan kuat untuk mengontrol sihirnya, untuk tingkat rendah kedua adalah Kelas D. Murid di sana tidak bisa mengontrol kekuatan mereka sama sekali. Dan untuk tingkat terburuk itu ada di kelas E. Aku sarankan, kau pergi jika bertemu anak kelas E. Mereka semua itu bandel dan kadang mengganggu para profesor, benar-benar tidak ada harapan lagi untuk kelas E.”
Luna diam mendengarkan, dia tak menjawab ataupun bereaksi apapun. “Alysha, kau ada di kelas berapa?” tanyanya setelah lama terdiam.
“Aku?” Alysha menunjuk dirinya sendiri, dia tersenyum. “Aku di kelas C1, sama sepertimu. Jadi kita bisa ke kelas bersama-sama setiap pagi.”
“Oh, begitu ya,” gumam Luna sedikit kecewa.
“Ada apa? Apa kau kecewa karena aku di tingkat rendah?” tanya Alysha dengan mata berkaca-kaca.
“Bukan begitu!” jelas Luna gelagapan, dia menunduk. “Aku pikir, orang-orang di kelas E tidak seburuk itu.”
“Yaampun Luna~ kau itu terlalu lembut! Kau tidak tahu saja, anak-anak di kelas E itu selalu menjahili Profesor, mereka sama sekali tidak perduli dengan peraturan di akademi. Mereka juga bahkan sering bertarung di arena tanpa persetujuan Profesor.”
“Arena?”
“Benar, namanya Arena sihir. Biasanya murid di sini akan ikut kompetisi dimana mereka melawan sesama murid di tingkat yang sama, siapapun pemenangnya. Maka dia bisa mendapatkan poin tambahan. Omong-omong, poin itu akan bisa kau gunakan untuk membeli apapun di sekitar akademi. Jadi koin tidak berarti di sini.” Alysha melirik kekanan-kiri, dia mendekat dan berbisik. “Kuberitahu ya, orang-orang di sini tidak suka disogok. Apalagi para Profesor, jika ketahuan menyogok orang lain, poinmu akan dikurangi dan jika kurang dari 10, kau tidak diperbolehkan untuk membeli makanan di kafetaria. Keterlaluan sekali kan!”
(✯✯✧✯✯)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments