Luna tersadar dari pingsannya, dia bangun dengan raut wajah linglung.
“Kamu sudah sadar?”
Luna menoleh ke asal suara, dia langsung terkagum-kagum melihat betapa cantiknya wanita yang tengah berjalan masuk itu.
“Ah, iya. Apa yang terjadi?”
Wanita itu tersenyum. “Kamu menolong siswa lain dengan sekuat tenaga, kamu tidak sadarkan diri karena kehabisan energi. Tapi kamu tidak perlu khawatir, setelah istirahat, kamu akan baik-baik saja.”
Luna tersenyum. “Iya, ah. Omong-omong, bagaimana keadaan pada murid yang lain? Apa mereka semua baik-baik saja?”
Wanita itu tertegun sejenak, dia tersenyum. “Mereka baik-baik saja, berkat kamu. Mereka tidak mengalami luka yang parah.. terima kasih.”
“Apa yang Anda katakan, saya tidak melakukan hal sebesar itu. Sebagai sesama manusia, sudah seharusnya saya membantu mereka.” Luna menunduk sembari menggenggam erat ujung seragamnya. “Maaf karena saya tidak banyak membantu.”
“Itu tidak benar, Luna. Kamu membantu mereka semua di saat-saat genting, meskipun kamu murid baru, kamu tetap berani melawan para Goblin itu dan menolong yang lain.” Wanita itu mengusap surai Luna. “Saya bangga padamu.”
Luna menatap kagum. ‘Wah.. dia cantik sekali.. tapi siapa namanya? Kalau aku tidak salah ingat, Alysha pernah ingin membawaku menemui Profesor Seraphine, apa dia Profesor Seraphine itu?’
“Omong-omong, Profesor Zoya mengizinkanmu untuk tidak ikut kelas hari ini. Jadi istirahatlah ya, saya akan kembali lagi nanti untuk mengecek keadaanmu.”
“Iya, terima kasih. Profesor.. Seraphine!”
Profesor Seraphine menoleh ke arah Luna, dia tersenyum manis.
✯✯✧✯✯
‘Ah, melelahkan sekali.’ Luna meregangnya otot-otot bahunya yang kaku. ‘Phoe, berapa lama aku tertidur?’
“.. tiga jam, Master. Maafkan saya, saya terpaksa menguras habis energi master agar tidak dicurigai siapapun.”
‘Aku mengerti, kau tidak perlu merasa bersalah.’ Luna membuka pintu asramanya dan berjalan masuk, dia menutup pintu dan berkacak pinggang sambil menatap seisi asrama. Luna menurunkan tangannya sambil berjalan masuk, dia duduk di kasurnya. ‘Membosankan juga sendirian di asrama, tapi jika keluar. Tetap akan sama kan? Lagipula, yang lain pasti sedang berada di kelas. Jika aku keluar sekarang dan dilihat oleh mereka, aku pasti akan dicurigai. Hmm.. bagaimana ya caranya agar aku bisa keluar tanpa dicurigai.’ Luna berdiri dari duduknya, dia berjalan keluar asrama dengan mengendap-endap. ‘Aku perlu mencari udara segar.’
✯✯✧✯✯
‘Ini taman yang pernah diberitahukan Alysha?’ Luna menarik napas dalam-dalam, dia menahannya sesaat sebelum menghembuskan napas. Luna berkacak pinggang. “Udara di sini sangat segar, sempurna!” Dia baru sadar dengan keberadaan pohon besar yang menjulang tinggi dengan banyak akar yang mencuat ke permukaan tanah. “Woah..” gumamnya terkagum-kagum. “Bagaimana menurutmu, Phoe? Pohon ini terlihat indah kan?”
“Kau bicara pada siapa?”
Luna langsung merinding saat mendengar suara berat dan sedikit serak yang tiba-tiba saja terdengar di belakangnya, padahal Luna sama sekali tak mendengar langkah kaki apapun. Tapi tiba-tiba saja pria itu muncul di belakang Luna entah lewat mana.
Dengan sedikit kikuk, Luna berbalik. “Ah, hay.. Lethean? Kau, kau di sini juga?”
“Ya,” balas Lethean dengan singkat dan jelas, dia memasukkan kedua tangannya ke saku. “Kenapa kau kemari?”
“Ah, hahaha. Aku hanya mencari udara segar,” kata Luna sembari melirik kesana-kemari.
Lethean diam sesaat. “Oh,” balasnya datar, dia berjalan mendekati pohon besar itu dan meletakkan tangannya di batang pohon kemudian menutup matanya.
“Apa yang sedang kau lakukan?” tanya Luna dengan kepala memiring, dia sangat penasaran dengan apa yang dilakukan manusia satu ini. Meskipun hanya seorang manusia biasa, tapi aura yang dikeluarkan pria bernama Lethean ini sangatlah luar biasa kuat. Jika Luna memakannya, dia bisa mendapatkan kekuatan yang berlimpah dengan cepat dan mungkin saja langsung menjadi pemimpin seluruh klan Vampir.
“Berdoa,” jawab Lethean singkat.
“Berdoa? Pada pohon?”
Lethean tak berkata apa-apa, dia hanya terus menutup matanya tanpa memperdulikan Luna yang semakin penasaran dibuatnya.
Gadis itu menghela napas panjang, dia berjalan mendekat dan ikut meletakkan tangannya di batang pohon itu. Luna ikut menutup matanya.
Lethean yang menyadari hal tersebut membuka matanya, dia menatap bingung. “Kau sedang apa?”
“Berdoa,” jawab Luna meniru ucapan Lethean.
“Aku tau, tapi kenapa kau berdoa pada pohon?”
Luna membuka matanya, raut wajahnya tampak sangat kesal. “Lalu kenapa kau juga berdoa pada pohon??”
“Aku melakukannya karena ingin.”
“Kalau begitu aku juga melakukannya karena penasaran.” Luna kembali menutup matanya.
“Jangan mengeyel.” Lethean menghela napas, dia memijat pelipisnya. “Bukankah kau seharusnya istirahat?”
“Ini aku sedang istirahat, jika terus ada di asrama. Aku malah akan tambah sakit, jadi aku keluar.”
Lethean berdecak. “Terserah apa maumu.” Dia berbalik dan berjalan pergi.
Luna membuka matanya, dia menatap Lethean yang mulai menjauh. Tatapannya begitu datar hingga tak terbaca. ‘Siapa kau sebenarnya? Manusia biasa bagaimana mungkin bisa memiliki energi sebesar itu. Bahkan, setelah Emily menjadi Saintess yang disayangi para Dewa. Dia tidak memiliki energi sekuat itu, tapi kenapa kau.. manusia biasa, bisa memilikinya?’
✯✯✧✯✯
“Ah~ melelahkan sekali, aku ingin langsung tiduran begitu sampai di asrama,” gumam Luna yang berjalan melewati lorong asrama yang entah kenapa sepi, dia celingak-celinguk mencari siapapun namun tak menemukan satupun siswa. ‘Di mana semua orang?’
“Luna!”
Luna menoleh ke asal suara. “Profesor Seraphine?” panggilnya saat melihat sang Profesor berlari kecil ke arahnya. “Ada apa? Profesor, kenapa Anda terburu-buru?”
“Goblin kembali menyerang! Kali ini ada Goblin king yang memimpin, Profesor tau ini waktu yang salah. Tapi profesor harap kamu bisa membantu siswa yang lain, tenaga medis saat ini sudah cukup kesusahan menangani para siswa yang terluka. Jika siswa lain itu terluka.. maka kami para profesor harus turun tangan.”
Luna terdiam, dia menatap Profesor Seraphine. “Saya mengerti, Profesor,” katanya dengan senyuman manis. “Sebagai murid akademi, sudah sewajarnya saya membantu para siswa lain. Anda juga tidak perlu mengkhawatirkan saya karena energi saya sudah pulih. Meski belum sepenuhnya sih, tapi saya akan berusaha semaksimal mungkin!”
Profesor Seraphine tersenyum lega. “Terima kasih, Luna. Saya.. sangat berterima kasih karena kamu sudah mau membantu akademi ini.”
“Anda tidak perlu sungkan, Profesor. Lagipula, saya juga murid akademi.”
✯✯✧✯✯
Luna menatap dingin, dia berdiri di depan menara jam yang menjadi bangunan paling tinggi di seluruh akademi Equestria.
“Master..”
“Apa kau sudah menghitungnya?” tanya Luna dengan ekspresi yang sama.
“Ya, ada 1350 goblin, ada 100 goblin Jenderal dan 50 goblin king.”
Luna memegang dagunya berpikir. “Total ada 1500 goblin..” gumamnya pelan, dia mengangkat kepalanya. “Butuh berapa jiwa untuk memulihkan kekuatanmu kembali?”
“Kira-kira. Perlu 10.000 jiwa. Master, apa yang akan Anda lakukan?”
Luna menyeringai. “Kuizinkan kau untuk memakan jiwa 1480 dari para goblin, tapi sisakan 10 di antara mereka yang paling kuat.” Dia menjilat bibirnya. “Sudah lama aku tidak mengisi energiku dengan darah goblin.”
(✯✯✧✯✯)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments