5

“Apa kau sungguh tidak akan datang ke upacara penyambutan?”

“Iya, maaf ya. Tapi aku tiba-tiba merasa tidak enak badan, tolong beritahu profesor ya.”

Alysha menatap khawatir, meskipun baru bertemu beberapa jam yang lalu. Tapi dia merasa sudah kenal lama dengan Luna, apalagi sikap antusias Luna ketika menanggapi beberapa ceritanya yang menarik. “Bagaimana jika kubawa menemui Profesor Seraphine? Beliau pasti bisa menyembuhkanmu.”

“Kau tidak perlu repot-repot, Alysha. Aku akan baik-baik saja, aku hanya perlu istirahat.”

Alysha tampak ragu-ragu, namun dia tetap menganggukkan kepalanya. “Kalau begitu, istirahatlah yang baik. Aku akan meminta kartumu pada Profesor.”

“Iya, terima kasih ya.”

Alysha tersenyum tipis, dia berjalan keluar dan kembali menutup pintu.

Di dalam asrama, Luna segera beranjak bangun. Dia berjalan cepat ke arah jendela yang terbuka, dia menangkap seekor burung gagak yang memiliki sebuah surat yang terikat di kakinya. Luna mengambil surat itu dan membacanya, dia menutup matanya sesaat setelah membaca surat. “Bocah-bocah itu..” gumamnya menahan amarah, Luna kembali membuka matanya. Dia kemudian mengigit jarinya dan menulis di atas kertas dengan darahnya, setelah itu. Luna kembali mengikatkan kertas itu di kaki sang gagak dan menerbangkannya. ‘Dasar bocah-bocah sialan!’

Tepat saat Luna berbalik, pintu tiba-tiba terbuka. Luna pikir Alysha telah kembali, namun. Saat dia hendak berjalan mendekat, dua pria asing tiba-tiba berjalan masuk.

Raut wajah keduanya sangat datar.

Luna tertegun sejenak, bukan karena terkagum-kagum dengan ketampanan keduanya. Luna hanya terlalu terkejut saat melihat aura yang memancar dari keduanya, apalagi dari pria berambut hitam dan mata biru tua yang sedalam sumur. Auranya memancar dengan sangat kuat hingga membuat Luna merinding.

“Siapa dia?” tanya pria berambut hitam itu pada temannya.

“Entahlah, permisi Nona. Apa kau salah asrama?” tanya pria berambut merah maron sembari berjalan mendekat.

Luna tersadar. “Ah, maafkan aku. Ini asrama 337 kan? Aku murid baru dan Profesor Zoya memintaku kemari, dan yah.. perkenalkan, aku Luna dari kelas C,” katanya cepat, cara bicara Luna kini mirip dengan Alysha yang berbicara terus-menerus.

“Oh~ namamu Luna ya? Aku dengar Profesor Zoya pernah menyebut dirimu, perkenalkan. Aku Raven dan dia Lethean, kami teman seasramamu mulai hari ini.”

“Ah, halo.” Luna sedikit membungkuk.

“Tidak perlu seformal itu, kita sederajat di sini.” Raven memperhatikan Luna dari ujung kaki hingga kepala. “Kenapa kau tidak mengganti gaunmu menjadi seragam akademi?”

Luna terdiam. ‘Benar juga! Karena terlalu asik berbicara dengan Alysha, aku jadi lupa menanyakan soal seragam. Bodoh sekali kau Luna!’

Raven diam dan menunggu jawaban dari Luna, namun gadis itu tampak kebingungan dan cemas. “Oh, apa Alysha tidak memberitahumu soal seragamnya? Huh, dasar gadis itu,” gumamnya di akhir kalimat. “Seragammu dan seragam Alysha ada di lemari di sana.”

Luna menoleh ke arah yang ditunjuk Raven, dia segera membungkuk. “Terima kasih, Alysha tidak memberitahuku apa-apa soal seragam.”

“Ya~ aku paham perasaanmu, gadis itu kalau sudah bicara, dia tidak akan tau bagaimana harus berhenti.”

Luna hanya tersenyum. “Be-nar juga..”

“Gantilah gaunmu, aku dan Lethean akan keluar.” Raven berbalik dan berjalan pergi bersama Lethean, pintu akademi tertutup secara otomatis.

Luna menghela napas, dia mengusap dadanya lega. ‘Sepertinya mereka tidak melihat tentang gagak dan surat itu, baguslah. Akan berbahaya kalau mereka jadi waspada padaku, meskipun sebenarnya. Aku tidak mau jadi pemimpin. Tapi jika ketahuan kalau aku Vampir, aku pasti akan ditusuk dengan pisau perak, atau disiram dengan air suci, atau dibunuh dengan bawang, atau.. yah, semuanya tidak berguna bagiku sih.’ Rautnya berubah datar, Luna menunduk dan menatap telapak tangannya. ‘Kenapa aku harus berbeda dari yang lain??’

“Hey lihat, dia sama sekali tidak terbakar sinar matahari!” #

“Wah, bukankah itu sangat mengerikan? Vampir itu akan terbakar sinar matahari, tapi dia malah dengan santainya berjalan-jalan di bawah sinar matahari.” #

“Bukankah dia itu terlihat aneh? Dia selalu menyendiri dan dia tidak terluka dengan sinar matahari sama sekali.” #

Luna mengepalkan tangannya dengan mata tertutup. ‘Tenangkan dirimu, Luna.. jangan terbawa emosi,’ batinnya saat merasakan matanya perih. ‘Itu sudah berlalu, sekarang. Tidak akan ada yang berani menghina dan merendahkanmu lagi, jadi tenanglah.. tenang~~’ Dia menghela napas dan membuka matanya, Luna membuka kepalan tangannya dan melihat bekas kukunya yang tertancap di kulit. Namun hal itu tak berlangsung lama karena tangan Luna langsung sembuh hanya dalam sepekian detik. ‘Jadi berbeda itu.. tidak sebagus yang kupikirkan, orang-orang seusiaku dulu berpikir aku aneh dan aku adalah monster hanya karena aku tidak terbakar sinar matahari. Apa kalian tahu, aku juga tidak ingin hal seperti ini terjadi padaku!!’ Dia berjongkok dan menutup wajahnya dengan kedua tangan. “Aku benci menjadi berbeda!” gumamnya pelan.

Pintu tiba-tiba terbuka dan membuat Luna tertegun, dia membuka matanya dan menatap linglung Alysha yang sudah kembali.

“Eh, ada apa?” tanya Alysha berjalan masuk. “Kau menangis?”

“Tidak kok, aku.. mataku hanya kemasukan debu.”

“Ah, begitu ya.” Alysha berjalan mendekat dengan senyum manis, dia memberikan sebuah kartu. “Ini milikmu, mulai sekarang. Kau resmi menjadi murid akademi Equestria.”

“Terima kasih.” Luna mengambil kartu itu, dia tersenyum. “Semoga kita bisa berteman baik.”

Alysha terkagum-kagum. ‘Wah.. cantiknya, aku tidak pernah menyangka akan ada gadis secantik Luna di dunia ini. Aku yakin tidak ada yang bisa mengalahkan kecantikan Luna di akademi ini!’

Luna menatap kartu di tangannya dengan senyum tipis. ‘Aku sudah bergabung dengan akademi ini, selanjutnya aku harus apa, Ayahanda.’

“Luna, karena kau sudah resmi menjadi salah satu murid di sini. Bagaimana jika kuajak kau berkeliling akademi??”

“Iya, mohon bantuannya ya. Alysha.”

✯✯✧✯✯

Hari mulai gelap, hampir 3 jam Alysha membawa Luna berkeliling. Gadis itu tak henti-hentinya menjelaskan setiap ruangan dengan sedetail mungkin tanpa kekurangan apapun dan membuat Luna bosan.

Setelah berkeliling selama 3 jam, Luna akhirnya bisa istirahat di asramanya dengan tenang karena Alysha sudah tertidur karena kelelahan.

Luna menghela napas panjang, sebagai seorang vampir. Dia hanya bisa tidur di siang hari seperti vampir pada umumnya, Luna menoleh ke arah kasur Lethean dan Raven. Kedua pria itu masih belum kembali meski hari sudah mulai larut.

Tiba-tiba saja, Ari, pengawal milik Alverd muncul dan berlutut dengan sebelah kaki sebagai tumpuan.

“Ada apa?” tanya Luna dengan raut datar, dia menatap dingin Ari.

“Tuan Besar mengirim saya kemari untuk memastikan apa Anda diterima di akademi.”

“Beritahu pada Ayahanda, aku akan melaksanakan perintahnya secepat mungkin. Jadi minta Ayahanda untuk segera membatalkan acara penobatanku.”

Ari diam sesaat, dia menunduk dalam. “Akan segera saya sampaikan.”

“Baguslah, segera pergi dari sini. Aku muak melihatmu!”

(✯✯✧✯✯)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!