Luna menunduk dan menatap beberapa murid yang masih berusaha melawan, salah satunya adalah Alysha. Padahal gadis itu sudah tergores sana-sini, juga ada lebam di beberapa tubuhnya. Namun Alysha masih berusaha untuk melawan tanpa memperdulikan kerusakan yang dialami tubuhnya.
Luna mengalihkan pandangannya ke arah gadis yang sangat mirip dengannya, dia adalah kloning Luna yang tengah mengontrol badai pasir menggantikan Luna. Berbeda dari Luna, kloning itu hanya memiliki sedikit dari kekuatan asli Luna, sehingga dia tidak perlu berpura-pura kehabisan energi.
“Master, apa Anda yakin memberikan saya 1480 jiwa? Kenapa tidak Anda saja yang mengambil semuanya?”
“Aku yakin kau sudah tau, darah goblin itu pahit. Tapi meski begitu, kekuatan mereka lumayan melimpah dan cocok untuk pemulihan kekuatanku. Itu sebabnya aku makan.. secara terpaksa sih.”
“Saya mengerti, Master. Saya akan melaksanakan yang Anda perintahkan.”
Luna tersenyum. “Kau memang sangat patuh, Phoe. Aku suka sikapmu ini.”
“Tapi, bagaimana saya bisa memakan jiwa mereka? Jarak kita saat ini sangatlah jauh dari para goblin.”
Luna menyeringai. “Aku akan mengurus soal itu.”
✯✯✧✯✯
“Sialan! Kenapa goblin-goblin ini lebih kuat daripada goblin sebelumnya?!” teriak salah seorang siswa yang kewalahan melawan berbeda goblin.
“Jangan lengah!” Alysha mundur dan mengambil jarak sekadar mengatur napas.
“Kita tidak mungkin bisa bertahan lebih lama lagi!” kata Alexa yang berdiri tak jauh dari Alysha, gadis itu masih terus melawan beberapa goblin Jenderal yang membawa senjata.
Alysha mengigit bibir dalamnya, dia kehabisan ide. ‘Apa yang harus kulakukan? Aku tidak bisa membiarkan para goblin itu masuk ke akademi, tapi jika kami tetap bertahan. Kami akan dihabisi satu demi satu, apa yang harus kuperbuat?!’
“Wah, wah. Tidak kusangka akan ada pertarungan di sini.”
Waktu tiba-tiba berhenti, namun. Waktu itu hanya membuat para goblin saja yang terhenti, sementara murid-murid beserta seluruh profesor di akademi masih normal.
Alysha menoleh ke asal suara dan menatap bingung seorang gadis berambut hitam legam yang diikat satu sembari memakai umbrella berwarna sama, mata merah dan gaun hitam selutut membuat gadis itu tampak misterius. “Siapa kau?? Apa yang kau lakukan di sini??”
“Aku?” Gadis itu menyeringai. “Kau tidak perlu tau siapa aku, yang pasti, apa kau ingin kubantu menghancurkan para goblin itu?”
“Membantu? Tidak mungkin ada seseorang yang membantu dengan suka rela, apa yang kau inginkan sebagai balasannya?” tanya Profesor Zoya dengan tak ramah, dia berjalan mendekat dan berdiri di depan Alysha.
Gadis itu tertawa kecil. “Kau cukup hebat karena bisa menebakku, Profesor. Langsung saja, aku tidak ingin apapun dari kalian, aku hanya ingin kalian menyerahkan para goblin itu padaku.”
“Menyerahkan goblin-goblin itu? Hanya itu?” tanya Profesor Zoya dengan kening berkerut, dia tentu tak percaya dengan ucapan gadis asing. Apalagi energi di sekitar gadis itu tidak main-main.
“Tentu saja, aku tidak mengharapkan imbalan apapun dari akademi ini.”
“Aku bisa memberikannya padamu, tapi ingin kau apakan goblin sebanyak itu?”
Gadis itu tersenyum misterius. “Tentu saja untuk memberi makan hewan piaraanku.”
“Memberi makan hewan dengan daging goblin? Siapa kau sebenarnya??”
Gadis itu berdecak. “Apa kau begitu penasaran dengan identitasku?”
“Tentu saja,” jawab Profesor Zoya terang-terangan. “Kami tidak akan bekerja sama jika kau tidak memberitahu siapa dirimu yang sebenarnya.”
Gadis itu menyeringai, dia berkacak pinggang. “Baikah jika kau begitu ingin tau siapa aku.” Gadis itu meletakkan tangannya di atas dada. “Aku berasal dari keluarga Courn, lebih tepatnya. Aku utusan Nona Muda keluarga Courn.”
“Keluarga Courn? Siapa itu?”
“Entahlah, aku tidak pernah mendengar marga itu di kerajaan.”
“Apa keluarga Courn itu bangsawan baru?”
Sementara para murid-murid menerka-nerka siapa keluarga Courn itu.
Profesor Zoya justru diam membeku, beberapa profesor juga tiba-tiba muncul dan berdiri di samping Profesor Zoya.
“Ada urusan apa keluarga Courn dengan akademi Equestria?” tanya pria tampan dengan tatapan datar nan tajam.
“Siapa kau ini? Ikut campur saja! Urusanku bukan pada kau.”
“Aku pengajar sekaligus pemilik akademi ini, Ramond. Untuk apa Nona Courn memgirimmu kemari??” tanya Profesor Ramond tegas.
“Ah, kau pemilik akademi?” Gadis itu menutup mulutnya terkejut, dia kemudian menurunkan tangannya dan tersenyum. “Senang bertemu dengan kau, Profesor. Seperti yang kukatakan sebelumnya, aku ingin akademi Equestria menyerahkan para goblin itu padaku.”
“Kami--”
“Tunggu sebentar, Profesor Ramond.” Profesor Zoya melangkah maju, dia menatap datar Gadis itu.
“Baiklah, aku setuju. Aku akan memberikan semua goblin itu padamu, tapi bagaimana jika kau justru mengincar murid-muridku?”
“Hmm. Benar juga, tidak mudah membangun kepercayaan.” Gadis itu memegang dagunya berpikir. “Begini saja, aku bersumpah atas nama keluarga Courn. Jika aku memakan satupun muridmu, maka tubuhku ini akan ditembus oleh sinar matahari.”
Profesor Zoya terdiam, dia menatap Gadis itu dengan raut tak terbaca. “Kenapa kau bisa begitu berani bersumpah atas nama keluarga atasanmu?”
“Fufufu, mudah saja. Karena ini permintaan Nona Muda, jika beliau ingin sesuatu. Maka Tuan besar pasti akan mengabulkannya dengan segera,” kata gadis itu bangga.
“Baiklah, aku akan percaya padamu.”
“Zoya--”
“Jangan khawatir, Profesor,” gumam Profesor Zoya. “Jika gadis itu menyentuh murid-murid yang lain, maka aku akan langsung membakar umbrellanya dan membuatnya terkena cahaya matahari.”
Profesor Ramond terdiam, dia menatap Profesor Zoya yang tampak yakin dengan rencananya. Senyum tipis terbit di wajah Profesor Ramond.
Di sisi lain, gadis itu. Berjalan mendekati para goblin yang sudah kembali normal. Mereka berteriak marah dan menatap gadis itu penuh amarah, tanpa ba-bi-bu. Para goblin itu langsung menyerang gadis itu secara bersamaan.
“Hng, dasar bodoh!” Gadis itu mengangkat sebelah tangannya, tiba-tiba. Muncul tetesan air berwarna hitam tepat di depan tangannya.
Bersamaan dengan itu, muncul tetesan-tetesan lain di dekat para goblin.
“Copycat, needle,” gumam gadis itu.
Tiba-tiba saja muncul semacam jarum kecil yang langsung menembus kepala para goblin, jarum itu langsung menghilang setelah melewati kepala goblin tersebut bersama dengan tetesan air.
Tiba-tiba saja, sebuah panah menancap di kepala gadis itu.
Suasana sunyi seketika.
Seorang siswi tampak memegang panah dengan tangan gemetar.
“Nia!!” teriak Profesor Sofie penuh amarah.
Nia langsung menjatuhkan busur dan anak panah yang tersisa satu, dia berlutut sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan dan mulai terisak.
“Jangan khawatir, Profesor. Anak panah itu dibuat khusus untuk membunuh Vampir. Dia sudah mati.” Gadis berambut merah maron berjalan mendekat, senyum sinis terbit di wajahnya saat menatap gadis itu yang terdiam dengan panah tertanam di kepalanya.
“Celine! Apa yang kau lakukan?!” tanya Profesor Sofie penuh amarah.
Celine terlonjak kaget, dia menatap takut profesor Sofie.
“Apa kau gila?! Dia adalah utusan Nona Muda keluarga Courn!”
(✯✯✧✯✯)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments