“Ada apa?”
“Tidak ada apa-apa.” Alysha tersenyum manis, dia berjalan ke arah Luna dan mendorong gadis itu. Dia kemudian memaksa Luna duduk di sofa berhadapan dengan Lethean.
Sementara Luna, gadis itu nanya menurut dengan penuh kebingungan. “Ada apa sih??”
“Sudah kubilang tidak ada apa-apa!” Alysha duduk di samping Luna sementara Raven duduk di samping Lethean.
Alysha dan Raven menatap Luna yang kebingungan dan Lethean yang membaca buku secara bergantian.
Kesunyian tiba-tiba menyelimuti, Luna merasa tak nyaman. Apalagi Alysha yang terus menatapnya dengan senyum lebar.
“Cukup!” Luna berdiri dari duduknya dan membuat Lethean menatapnya. “Kalian ini kenapa sih?!” tanyanya kesal.
“Kan sudah kubilang tidak ada apa-apa,” kata Alysha dengan senyum lebar.
Luna berdecak. “Sudahlah! Aku mau ke kafetaria!” Dia berjalan pergi dengan secepat mungkin, Luna membuka pintu asrama. Tepat setelah pintu tertutup, seseorang membekap mulutnya dengan kain berisi obat bius. Luna berusaha memberontak, namun tenaga orang yang membiusnya jauh lebih kuat. Perlahan-lahan, kesadarannya mulai menghilang.
“Tenanglah, Luna Courn. Aku tidak akan menyakitimu.”
Suara yang terdengar serak itu menyapu pendengaran Luna, gadis itu berusaha memberontak. ‘Sial! Steward sialan!’ Matanya berubah merah, Luna langsung mencakar wajah pria yang dipanggil Steward itu.
“Heh, luka kecil ini bisa sembuh dengan mudah. Sayang~”
‘Steward! Kau, breng-sek..’
✯✯✧✯✯
“Apa kalian mendengar suara?”
“Jangan mengalihkan pembicaraan, ayo mengakulah. Kau dan Luna berkencan kan??” tanya Raven dengan alis naik turun.
“Sudah kubilang tidak.”
“Jangan berbohong.” Alysha duduk di samping Lethean. “Kalau kalian benar-benar berkencan tidak masalah kok, benar kan?”
“Iya, benar. Lagipula--”
Suara ketukan pintu menyela ucapan Raven, keduanya saling menatap.
“Luna kenapa kau tidak langsung masuk?” tanya Alysha menghadap ke arah pintu.
Tidak ada balasan apapun, ketiganya saling menatap. Alysha berdiri dari duduknya. “Aku akan lihat dulu.” Dia berjalan ke arah pintu, Alysha membuka pintu dan celingak-celinguk. Namun, dia tak menemukan siapapun. ‘Tidak ada orang, apa murid iseng?’ Alysha menutup kembali pintu, namun dia seketika terhenti saat melihat bercak darah di lantai. “Ini darah siapa?”
“Ada apa?” Raven berjalan mendekat saat mendengar ucapan Alysha, bukan hanya dia. Lethean juga ikut nimbrung.
“Ada bercak darah, aku tidak tau milik siapa.”
“Sepertinya itu baru, siapa yang terluka?”
“Alysha, Raven, Lethean? Kenapa kalian berdiri di depan asrama?” tanya Profesor Zoya menghampiri ketiganya.
“Profesor? Apa yang Profesor lakukan di sini?”
“Begini, Profesor Ramond meminta saya untuk memanggil Luna. Itu sebabnya saya kemari, apa Luna ada di dalam?”
“Loh, Luna baru saja ke kafetaria.”
“Kafetaria? Profesor baru saja kesana dan tidak melihat siapapun.”
“Tunggu, maksud Anda. Luna tidak ada di kafetaria??”
Profesor Zoya mengangguk-anggukkan kepalanya. “Memangnya Luna tidak ada di dalam?”
Alysha menggeleng dengan wajah pucat. “Luna baru saja pergi ke kafetaria..” Mata Alysha membulat. “Jangan-jangan, darah ini..”
Profesor Zoya langsung mengerutkan keningnya. “Segera cari Luna!”
“Baik!”
✯✯✧✯✯
“Dimana Luna?!” tanya Lethean dengan tatapan datar nan tajam.
“Apa maksudmu? Bukankah Luna bersamamu?” tanya Alverd pura-pura acuh.
“Luna menghilang! Kau kan yang meminta orang untuk menculiknya!” tuduh Lethean.
Alverd seketika terdiam, dia menatap datar Lethean. “Apa maksudmu.. Luna menghilang??”
“Berhenti berpura-pura, Tuan Eastern. Aku tau kau yang menyembunyikan Luna, meskipun kau Ayahnya. Kau seharusnya tidak bertindak seenaknya, mau bagaimanapun, dia adalah Putrimu!”
Alverd berdiri dari duduknya, dia berjalan keluar dengan tergesa-gesa.
“Ayahanda, Anda mau kemana?” tanya Charles saat melihat Alverd pergi dengan tergesa-gesa.
“Tunggu, apa maksud Anda Luna menghilang??”
“Sudah kukatakan Luna hilang!” kata Alverd penuh amarah, dia membuang muka. “Segera kumpulkan semua orang untuk mencari Luna!”
✯✯✧✯✯
“Apa yang kau inginkan?” tanya Luna dengan tatapan dingin, dia kini tidak lagi menyembunyikan wujud aslinya sebagai seorang vampir.
“Luna, Luna. Kau pasti tau apa yang kumau.”
“Sudah kukatakan itu tidak mungkin.”
“Kenapa tidak mungkin?!” tanya Steward penuh amarah.
“Karena kita berbeda, Steward.” Luna menatap serius. “Berbeda denganmu, aku tidak memakan manusia. Apalagi, Klan Vampir Arod bermusuhan dengan Klan Vampir Courn. Mustahil kita bisa bersama.”
Steward mencengkram rahang Luna dengan erat. “Kau tau kan aku menyukaimu sejak kecil! Tapi kau selalu menolakku dengan alasan yang sama! Kenapa? Apa karena kau jatuh cinta pada manusia itu?!”
“Apa yang kau katakan?! Bagaimana bisa aku--”
Sebuah tamparan memotong ucapan Luna, rasa nyeri langsung menjalar dari pipinya yang ditampar dengan sangat kuat. Bahkan, darah mengalir keluar dari mulutnya, namun dengan cepat kembali sembuh.
“Cukup, Luna! Cukup! Aku sudah muak dengan setiap alasanmu itu! Kali ini, aku pasti akan membuatmu menjadi milikku tidak perduli apapun yang akan terjadi!”
“Steward, kenapa kau tidak bisa mengerti?” Air mata Luna mengalir. “Aku mencintaimu, aku juga mencintaimu! Tapi.. kita tidak mungkin bisa bersama.. Steward. Aku..”
“Jika kau benar-benar mencintaiku, kau tidak mungkin meninggalkanku saat itu! Kau pasti menepati janjimu dan menemuiku! Tapi apa, kau mengingkari janjimu dan tidak pernah menemuiku lagi! Itu yang kau namakan cinta?!”
“Steward, aku tau aku salah karena tidak menemuimu saat itu. Tapi aku punya alasannya..”
“Luna, berhentilah membuat alasan.” Steward berbalik dan berjalan pergi, dia melirik Luna. “Bersiaplah karena besok malam kita akan menikah.”
Mata Luna langsung membulat. “Steward! Dengarkan aku dulu! Steward!!”
✯✯✧✯✯
“Steward.”
Steward menoleh ke asal suara, dia tersenyum. “Ayahanda, Anda di sini?”
“Anakku, bagaimana keadaan gadis itu?”
“Luna baik-baik saja, Ayahanda. Terima kasih karena sudah mengizinkan saya untuk menikah dengan gadis yang saya cintai.”
“Tentu saja, lagipula kau Putraku.. setelah kau menikah dengan gadis itu, kita akan membuat Klan Vampir Courn berlutut di bawah kaki kita.”
“Iya, Ayahanda.”
“Ayahanda.”
“Oh, Putriku Vivian. Ada apa?”
Gadis kecil dengan sebuah boneka beruang di tangannya menatap sayu sang Ayah. “Ada acara apa?”
“Begini, kakakmu Steward akan menikah.”
“Menikah? Dengan siapa? Memangnya ada yang mau menikah dengan kakak? Aku yakin gadis itu sinting.”
“Hei-- cih, sudahlah. Lagipula ucapanmu tidak akan ada artinya lagi setelah aku menikah.
Vivian tersenyum manis. “Benar juga ya.” Dia menoleh ke sang Ayah. “Ayahanda, Vivian tidak begitu sehat. Vivian akan kembali ke kamar.”
“Tentu, perbanyak istirahatmu, Putriku.”
“Terima kasih, Ayahanda.”
✯✯✧✯✯
Luna berlari secepat yang dia bisa, dengan gaun pengantin berwarna putih. Luna berusaha menghindari beberapa kayu yang menghalangi jalan, dia terus berlari sambil mengangkat gaunnya agar lebih mudah bergerak. ‘Cepat! Cepat! Cepat! Aku harus lebih cepat!!’ Luna tanpa sengaja tersangkut akar pohon dan membuatnya jatuh, gaun putihnya telah dikotori oleh tanah dan lumpur. Dia berusaha berdiri sambil menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya. ‘Aku.. harus cepat!!’
(✯✯✧✯✯)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments