18

“Ibunda..”

“Tidak apa-apa, Luna. Kita akan membalas dendam mereka, kau tidak sendirian Luna. Ibunda, Bibi, paman, dan yang lainnya juga akan membantumu. Kau tidak sendirian, sayang.” Aruni mengusap surai Luna dengan lembut

“Ibunda.. apa sungguh akan membantuku menghancurkan mereka?”

Aruni terdiam. “Iya.. sayang,” katanya sedikit ragu.

Namun, Luna tidak mempermasalahkan hal itu. Dia tersenyum manis dan memeluk Aruni dengan erat. ‘Sudah cukup, aku sudah cukup bersabar dengan tingkah laku mereka. Ayahanda mati, Ibunda mati, paman mati.. mereka semua sudah mati. Tidak ada yang bisa menghentikanku lagi, setelah aku mendapatkan kekuatanku sepenuhnya. Akan kuhancurkan mereka semua!!’

✯✯✧✯✯

“Luna! Aku dengar kau diculik, apa kau baik-baik saja?”

Luna tersenyum manis. “Jangan khawatir, aku baik-baik saja. Itu karena permusuhan antara keluarga, tapi permasalahan itu telah diselesaikan. Tapi.. kenapa kau dipenjara?”

“Salahkan saja Tuan Eastern.”

Luna terkekeh geli, dia menoleh ke arah seorang pengawal. “Buka pintunya.”

“Maaf, Nona Muda. Tapi jika tidak ada perintah dari Tuan--”

“Ayahanda yang memberi perintah! Aku hanya memberitahumu saja, jika tidak ingin Ayahanda marah. Segera bebaskan dia.”

Pengawal itu tampak ragu-ragu, namun akhirnya. Dia melepaskan Lethean.

“Sial, tidak ada yang berani memenjarakanku sebelumnya,” gerutu Lethean sambil berjalan pergi ditemani Luna.

“Memang begitu, di sini tidak ada yang perduli apapun identitasmu.” Luna menoleh ke arah Lethean dengan senyuman. “Lagipula kediaman ini berada di antara perbatasan.”

Lethean diam-diam melirik Luna. “Kau menangis?”

“Hem?”

“Tidak, tidak ada apa-apa.” Lethean menatap lurus meski sesekali dia melirik Luna yang menatap ke depan dengan senyuman manis.

✯✯✧✯✯

“Luna, apa kau baik-baik saja?” tanya Alysha segera menghampiri Luna tepat setelah gadis itu memasuki gerbang akademi.

“A-alysha??” Luna tersenyum dengan mata yang tampak sedikit memicing. “Aku baik-baik saja.”

“Sungguh?? Kau tiba-tiba menghilang dan membuat kami semua khawatir!”

“Maafkan aku, Alysha. Aku.. segera pulang setelah tau kalau Ayahku sakit, aku terlalu khawatir sampai lupa memberitahu siapapun.”

“Itu tidak apa-apa, tapi.. kenapa Lethean bisa pulang bersamamu?” Alysha menatap Lethean dengan mata memicing curiga.

“Aku bertemu Lethean di tengah jalan saat kemari.”

“Ah~ begitu ya.. apa benar hanya begitu??” Alysha memegang dagunya berpikir dan menatap Lethean penuh selidik.

“Apa?” tanya Lethean kesal.

Alysha mengerutkan keningnya. “Sudahlah.” Dia menggandeng tangan Luna dengan senyum manis. “Lagipula kau sudah kembali jadi tidak ada masalah apapun lagi, ayo ke ruang kepala akademi. Profesor Ramond ingin bertemu kau.”

“Oh, ok.” Luna mengikuti Alysha yang terus menggandeng tangannya, dia menoleh ke arah Lethean yang tampak berdecak kesal. Luna tersenyum manis, dia kemudian menggerakkan mulutnya dan mengucapkan sesuatu tanpa suara sedikitpun. ‘Istirahatlah.’

✯✯✧✯✯

“Luna, kau tau kan. Ini bukanlah rumah dimana kau bisa datang dan pergi sesukamu!”

“Iya, maafkan saya. Profesor.” Luna menunduk, dia tau dia salah karena pergi berulangkali tanpa pemberitahuan apapun.

“Luna, jika ini terjadi lagi. Kau akan dikeluarkan dari akademi!”

Mata Luna membulat, dia mendongak dan menatap Profesor Ramond. “Profesor, Anda..”

“Luna, kau tidak bisa bertindak seenaknya di akademi ini,” omel Profesor Ramond tanpa menatap Luna. “Di akademi ini kau harus mengikuti semua aturan yang ada,” lanjutnya sambil mengerjakan dokumen.

Luna menatap dingin. ‘Mengomel terus, mengomel terus! Aku jadi ingin menjahit mulutnya agar tidak bicara lagi!’ Dia tersenyum. “Maafkan saya, Profesor. Saya akan berusaha mematuhi peraturan dari akademi.”

Profesor Ramond melirik Luna, dia berdecak. “Kau bisa pergi.”

Luna. Berbalik, dia berjalan ke arah pintu. Luna membuka pintu dan melangkah keluar lalu kembali menutup pintu, dia melirik sekitaran yang tampak sepi. Luna menghela napas panjang. ‘Tenangkan dirimu.. Luna, kau bukanlah vampir yang kejam, jangan termakan emosimu sendiri.. tenang~.’.

✯✯✧✯✯

“Kau darimana?”

Luna menatap Lethean bingung. “Dari ruangan kepala akademi, bukankah seharusnya ada kelas? Kenapa kau malah ada di asrama?” Dia berjalan ke arah jendela dan membuka tirai.

“Aku sedang tidak ingin ke kelas, lagipula pelajaran pertama sudah lewat. Untuk apa aku masuk di pelajaran kedua.”

“Wah.. kau sungguh pemalas ya.” Luna berjalan ke arah kasurnya, dia duduk dan menjadikan kedua tangannya sebagai tumpuan.

“Bukankah kita sama saja?”

“Siapa bilang? Aku kan dipanggil ke ruangan profesor, jadi wajar saja kalau aku tidak ikut kelas. Jadi kita itu berbeda,” jawab Luna dengan sedikit sombong.

“Heh.. padahal saat di kediaman Eastern. Kau jadi sangat pendiam dan penakut, tapi saat di akademi. Kau jadi berani.”

Luna terdiam, dia menatap Lethean yang sibuk dengan buku-bukunya. Luna tersenyum tipis. “Benar juga, tapi begitulah aku.”

“Hm. Terserah kau saja.. wanita itu sulit ditebak,” gumam Lethean di akhir kalimatnya.

“Heh. Apa kau ingin mengerti wanita? Lethean.”

“Tidak, kau salah dengar,” jawab Lethean berbohong.

“Ah.. begitu ya, sepertinya aku memang salah dengar,” kata Luna dengan senyum usil. “Omong-omong, apa kau akan kembali saat musim gugur?”

Lethean melirik Luna sekilas. “Kembali?”

“Iya, kembali ke kerajaan Angeous.”

Lethean sontak membeku. ‘Bagaimana dia bisa tau??’ Dia menutup bukunya dan menatap Luna dengan raut datar nan dingin. “Sejak kapan kau tau?”

“Hem..” Luna memegang dagunya berpikir. “Mungkin saat kau bertemu Ayahanda.”

“Apa hubungannya?”

Luna melirik Lethean, dia tersenyum. “Ayahanda selalu mengeluarkan aura jahat saat melihat orang asing, tapi saat bertemu Ayahanda. Kau terlihat biasa-biasa saja, bukankah itu artinya kau lebih kuat dari Ayahanda.. dulu aku pernah dengar, seorang pangeran dari kerajaan Angeous mewarisi kekuatan dari Raja yang pernah menjadi pahlawan dahulu.” Luna menatap Lethean. “Itu kau kan?”

Lethean mengalihkan pandangannya. “Aku bukan dia, aku tidak sehebat itu.”

“Ah, benarkah? Sayang sekali.”

Lethean melirik Luna yang tampak acuh tak acuh. “Apa kau berteman denganku karena berpikir aku pangeran ke4 kerajaan Angeous?” tanyanya ragu.

“Hem?” Luna menatap bingung Lethean, dia tersenyum. “Kenapa kau berpikir demikian?”

“Karena.. semua orang menyukai Pangeran ke4. Apa mungkin kau juga--”

Suara tawa yang berasal dari Luna membuat Lethean tak melanjutkan ucapannya, dia menatap bingung gadis itu.

“Kan sudah kubilang, aku mencurigaimu karena kau sama sekali tidak takut pada Ayahanda,” jelas Luna setelah tawanya mereda. “Kau ini, menurutmu sudah berapa lama kita saling mengenal?”

“Aku..” Lethean menunduk.

Luna berhenti tertawa, dia menatap polos Lethean. Luna tersenyum tipis, dia berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah Lethean. Luna duduk di samping pria itu. “Apa kau khawatir aku mendekatimu demi memanfaatkanmu?”

Lethean semakin menunduk, hatinya penuh perasaan bersalah. Saat mengingat orang-orang yang mendekatinya hanya karena kekuasaan, Lethean dikuasai emosi hingga lupa jika dia sudah lama kenal dengan Luna. “Maaf,” cicitnya.

Luna tersenyum manis, dia mengacak-acak rambut Lethean. “Semangatlah! Aku berteman denganmu tanpa niat jahat apapun.”

(✯✯✧✯✯)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!