“Master, apa yang Anda katakan pada pria itu benar?”
Luna tersenyum sambil mengepang rambutnya. ‘Mungkin?’ Dia menatap pantulan bayangannya di cermin.
“Mungkin?”
‘Sejak awal, aku memang ingin berteman dengannya secara tulus. Tapi manusia itu benar-benar serakah.’ Luna memakai jepit rambut berwarna biru dan hitam. ‘Sejak kematian Ayahanda, kepedulianku pada manusia sudah menghilang. Sekarang, bagi diriku. Mereka semua hanyalah makanan yang lezat.’
“Master.. apa Anda akan memakan manusia?”
‘Tidak, seperti yang kukatakan sebelumnya. Aku membenci manusia, entah itu tubuh atau darah mereka. Semuanya sama, yang saat ini kuinginkan, hanyalah menghancurkan mereka.’ Luna mengambil buku di atas meja dan berjalan keluar asrama, dia dengan santai keluar dari gedung asrama menuju ke kelas yang berada di gedung lain.
Di perjalanan, Luna tanpa sengaja bertemu beberapa pria dengan seragam akademi yang sama berjalan dari arah asrama.
“Ah, halo. Apa kamu siswi di sini?” tanya Seorang pria yang tanpa sengaja melihat Luna.
“Aku masuk beberapa hari yang lalu.” Luna tersenyum formal.
“Benarkah? Aku jarang melihatmu muncul, kau ada di kelas berapa?” tanya teman dari pria itu.
“Aku di kelas C1.”
“Kelas C1? Aku dengar, ada murid baru dari kelas C. Kalau tidak salah, namanya..”
“Benar, aku murid baru dari kelas C. Namaku Luna Eastern.”
“Eastern? Apa kau bangsawan baru?”
“Begitulah.” Luna tetap memasang senyum formalnya. “Omong-omong, kalian bertiga..”
“Namaku Farel dari kelas A1,” kata pria yang menyapa Luna.
“Aku Elard, kelas A2.”
Kalau aku Eliot, aku dari kelas A1.”
“Salam kenal semuanya.” Luna tersenyum manis.
“Master. Anda..”
‘Jangan khawatir, mereka tidak sekuat Lethean. Lagipula, makanan datang dengan sendirinya. Bukankah itu sebuah keberuntungan?’
“Wah.. apa kau sudah punya pacar?” tanya Farel dengan tatapan takjub.
“Eh.. aku--”
“Kenapa kau disini?”
Luna dan ketiga pria itu menoleh ke asal suara.
Lethean, dengan ekspresi datar berjalan mendekat. Dia berdiri di samping Luna dan menatap ketiganya dengan ekspresi kesal.
“Oh, Lethean. Kukira kau sudah di kelas.”
Lethean menoleh ke arah Luna. “Bukankah kau seharusnya memasuki kelas?”
“Benar, aku mau ke kelas. Tapi tidak sengaja bertemu Farel, Elard, dan Eliot. Apa mereka temanmu?”
“Bukan,” jawab Lethean cepat.
“Kau tidak mengakui kita?? Padahal sejak kecil kita sering bermain bersama!” kata Farel tak terima.
“Sudahlah, dia itu sedang dimabuk cinta.” Eliot menepuk pundak Farel.
“Itu tidak benar!” bantah Lethean cepat.
“Hei, kau tidak perlu berkata secara langsung begitu. Apa kau sebegitu tidak menyukaimu sampai wajahmu merah karena marah?” tanya Luna kesal.
“Dia itu tidak marah, tapi malu.”
Luna menatap Elard, dia mengalihkan pandangannya ke arah Lethean. “Kau malu?”
“Tidak ada!” Lethean memijat pelipisnya. “Sudahlah, ayo pergi!” Dia menggenggam tangan Luna dan menariknya pergi.
“Hati-hati dong! Kau mau buat aku jatuh??”
“Hahaha, kasihan sekali luna.”
“Kasihan?” Elard menatap bingung Eliot.
“Ya, aku kasihan karena dia disukai oleh Lethean.”
“Hah, ada-ada saja. Ayo ke kelas.”
“Tidak mau deh, aku mau ke kantin saja.” Farel berjalan pergi sambil melambaikan tangannya.
“Jika tidak hadir akan kuberitahu Ayahmu.”
Farel langsung berhenti, dia menatap Elard kesal. “Ya, ya, aku ke kelas!”
✯✯✧✯✯
“Lethean kau benar-benar malu?” tanya Luna sambil terus ditarik oleh Lethean, dia berjalan sedikit lebih cepat dan menyesuaikan langkahnya dengan Lethean. “Setidaknya jawab pertanyaanku, jangan buat aku penasaran!”
Lethean berhenti melangkah, dia menatap Luna dengan wajah yang memerah hingga mencapai daun telinganya. “Apa kau sungguh ingin tau jawabannya??”
“Tidak juga sih, tapi aku cukup penasaran.” Luna melangkah maju, dia kemudian berbalik dan berdiri di depan Lethean. “Jadi kau suka aku atau membenciku?”
Lethean. “I-ya,” gumamnya sangat pelan.
“Apa? Aku tidak dengar.”
“Aku bilang tidak!” Lethean langsung berbalik dan berjalan pergi.
“Eh, bukannya tadi mau ke kelas?” tanya Luna bingung.
“Tidak jadi!”
Luna bersedekap dada. ‘Dasar aneh.’
“Master, saya tidak berpikir Anda akan sepolos itu.”
Luna tersenyum tipis. ‘Aku memang tidak sepolos ini, semuanya hanyalah akting. Melihat wajahnya memerah seperti itu, pasti akan membuat rencanaku jauh lebih mudah.’
“Rencana? Rencana apa?”
‘Itu rahasia.’ Luna berbalik sambil berjalan, dia menyelipkan rambutnya di belakang telinga dengan warna mata berubah merah sekilas. ‘Aku pasti akan memanfaatkanmu dengan baik, Pangeran ke4.’
✯✯✧✯✯
“Kelas berakhir di sini, kalian bisa istirahat sebelum memulai pelajaran kedua.”
“Terima kasih, Profesor.”
Profesor Zoya tersenyum lembut, dia kemudian berjalan keluar dari kelas.
Tidak berselang lama, para murid berdiri dari kursi mereka dan berjalan keluar secara berdesak-desaka
Kini, hanya tersisa Luna dan seorang gadis.
Satu menit setelah kepergian para siswa, gadis itu berdiri dari duduknya. Dia berjalan ke arah meja Luna dan menjadikan meja sebagai tumpuan. “Hei, apa kau yang menggoda Lethean?” tanyanya dengan sinis.
‘Ah, sial. Aku ingin tidur!’ Luna yang tengah menelungkupkan wajahnya mendongak dan menatap datar gadis itu. “Siapa kau?”
“Aku Sahira! Aku adalah tunangan Lethean! Jangan berani-berani mendekati tunanganku atau kau akan habis!” ancam gadis bernama Sahira.
“Oh..” balas Luna dengan eskpresi yang sama.
“Jangan berani mendekati Lethean.” Sahira mendekat dengan tatapan mengancam. “Putri dari klan Vampir Courn adalah sahabatku, jika kau berani mendekati Lethean lagi. Maka kau akan menyesalinya!”
“Putri klan Vampir Courn? Siapa yang kau maksud?”
Sahira tampak sombong, dia bersedekap dada. “Tentu saja putri satu-satunya pemimpin Klan Vampir Courn, siapa lagi?”
Luna menatapnya jengkel. ‘Jadi kau mengaku-ngaku sebagai temanku?’ Dia menyeringai kecil. ‘Menarik, kau akan jadi mainan yang baik.’ Luna berdiri dari duduknya, dia menatap Sahira dengan tatapan rendah. “Benarkah? Tapi kupikir Putri Klan Vampir Courn tidak memiliki teman seorang manusia.”
“T-tentu saja dia tidak mengumumkannya karena tidak ingin aku dalam bahaya.”
“Ah, begitukah?” Luna tersenyum. “Tapi aku kenal dengan pelayan Nona Muda Courn, dia tidak pernah memberitahuku kalau kau teman Nona Muda.”
Sahira tampak terkejut, namun dia tetap berusaha bersikap tenang. “Be-benarkah? Putri klan Vampir Courn memang tidak pernah memberitahu siapapun tentangku bahkan pada pelayannya.”
“Hm, benar juga.” Luna tetap berekspresi sama. “Tapi, kau sedari tadi memanggilnya Putri klan Vampir Courn, apa jangan-jangan. Kau tidak tau namanya?” tanyanya memprovokasi.
“A-aku hanya tidak ingin mengungkapkan identitasnya. Mau, mau bagaimanapun. Dia melindungiku dengan tidak memberitahu orang lain tentangku, aku tentu harus melakukan hal yang sama.”
Luna menatap jengkel. ‘Aku sudah cukup muak dengan alasan gadis ini.. apa kuhabisi saja ya?’
“Sepertinya itu bukan pilihan yang tepat, pertama. Hanya Anda dan dia yang berada di kelas saat ini, jadi Anda pasti dicurigai. Kedua, darah cukup sulit untuk dibersihkan jadi kemungkinan akan meninggalkan bekas. Jika mau, lebih baik Anda melukainya secukupnya dan menjebaknya agar orang lain tak percaya padanya lagi.’
Luna tersenyum. ‘Ucapanmu itu benar, aku tidak boleh bersikap gegabah.’
(✯✯✧✯✯)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments