12

“Bukankah kau seharusnya ada kelas??” tanya Alverd tanpa mengalihkan pandangannya dari dokumen-dokumen di tangannya.

“Ayahanda, aku.. sebenarnya aku sedang diliburkan untuk istirahat. Itu sebabnya--”

“Bukankah kemarin kau sudah pulang?” Alverd menutup dokumennya dan menatap dingin Luna. “Jangan bilang kau kabur dari akademi.”

“Aku.. aku tidak--”

“Profesor memang meminta Luna untuk pulang!” Lethean dengan sok pahlawannya berdiri di depan Luna.

Sementara Luna, gadis itu hanya menghela napas panjang. ‘Kau bodoh atau bagaimana?? Jika benar-benar membuat Ayah marah, maka kau akan langsung dihabisi. Huh, dasar gila.’

“Siapa kau?? Ini urusan keluarga kami! Orang asing sepertimu tidak--”

“Meskipun saya orang asing, saya tidak akan membiarkan Anda bertindak seenaknya. Dan lagi, saya adalah temannya Luna!” kata Lethean panjang lebar.

‘Semoga Ayah bisa bersabar,’ batin Luna, dia menghela napas. “Ayahanda, tolong maafkan Lethean,” katanya dengan raut panik. “Lethean tidak bermaksud berkata begitu, dia hanya..”

“Cukup!” Alverd berdiri sambil menggebrak meja. “Beraninya kau mengomentari apa yang kulakukan! Dan kau, Luna! Kenapa kau memilih berandal seperti dia menjadi temanmu, hah?!”

“A-ayahanda.. aku..” Luna menunduk dengan penuh penyesalan.

“Putri tak tahu diri!” Alverd langsung meraih gelas kopi di sampingnya dan melemparkannya ke arah Luna.

Sementara Luna, dia menutup matanya.

Namun, menunggu cukup lama. Tidak terjadi apapun, Luna membuka matanya dan melihat Lethean yang menahan gelas kopi hingga membuat tangannya mengeluarkan sedikit darah. Mata Luna bercahaya.

“Cukup! Anda sudah keterlaluan!” kata Lethean kesal. “Jika Anda tidak perduli padanya, lalu untuk apa Anda memanggilnya anak?! Jika Anda tidak perduli, tetaplah tidak perduli dan jangan ganggu Luna lagi!!”

Sementara Alverd, pria itu menatap Lethean dengan tatapan tajam. Tepat setelah pintu dibanting, raut wajah Alverd langsung berubah khawatir. ‘Apa Luna baik-baik saja? Dia tidak terkena kaca kan? Astaga, gadis itu! Kenapa dia memintaku berpura-pura seperti ini?? Jika terjadi sesuatu pada Luna, aku tidak akan pernah memaafkan diriku sendiri!’

✯✯✧✯✯

Lethean terus menarik tangan Luna sambil berlari kecil, dia tidak pernah menoleh ke belakang dan hanya fokus menatap ke depan.

Sementara Luna, gadis itu kini merasa sangat aneh. Hasratnya tentang haus darah tiba-tiba saja menyerang, jantungnya berdetak tak karuan. Apalagi saat matanya tanpa sengaja melihat darah yang mengalir di tangan Lethean, Luna menelan salivanya. Matanya secara bertahap berubah menjadi merah.

“Master sadarlah!” #

Luna seolah kehilangan indra pendengarannya, matanya menatap tajam ke darah yang menetes ke lantai. Luna mendongak dan menatap leher Lethean, haus darahnya semakin menyerang saat melihat peredaran darah di leher pria yang terus menariknya itu.

Lethean tiba-tiba berhenti karena tersesat.

Begitupun dengan Luna yang berada di belakang, gadis itu membuka mulutnya dan menunjukkan taringnya yang tajam. Luna hendak mengigit Lethean, namun. Baru saja taringnya menyentuh leher pria itu, dia langsung mendapatkan kesadarannya kembali.

Luna membulatkan matanya, dia langsung menjauh, melepaskan genggaman Lethean dan berbalik dan berlari pergi secepat mungkin.

“Luna!”

✯✯✧✯✯

“Tidak boleh, tidak boleh, tidak boleh!” gumam Luna terus-menerus, dia memeluk kedua lututnya dengan tubuh gemetar. “Tidak boleh memakan manusia..” gumamnya tak jelas. ‘Kau tidak boleh memakan manusia!!’ Air matanya perlahan mengalir. ‘Kenapa.. kenapa aku mengigit Lethean?? Tidak, tidak boleh! Aku tidak boleh memakan manusia satupun!’ Dia menjambak rambutnya. ‘Kenapa?! Kenapa aku harus melanggar janji Ibunda?!’ Air mata tak henti-hentinya mengalir keluar. ‘Maaf, maaf, maaf, maafkan aku. Ibunda, padahal, padahal aku berjanji untuk menggantikan Ibunda. Tapi aku malah mengingkari janji itu, maaf.. maafkan aku..’

✯✯✧✯✯

“Luna, kediamanmu ini sangat aneh.”

“Aneh? Benarkah?” tanya Luna mengikuti langkah Lethean yang berjalan keluar kediaman.

“Iya, saat aku mencarimu. Mereka terus menatapku dengan tatapan aneh.”

“Ah, benarkah? Mungkin karena mereka tidak pernah melihat tamu baru, itu sebabnya. Lagipula, kediaman ini ada di tengah hutan, tidak banyak orang yang akan berkunjung saat tau banyak binatang buas. Benar kan?”

Lethean hanya berdehem sebagai jawabannya, dia mendongak dan menatap matahari yang mulai terbenam. “Sudah sore, kita harus segera kembali!”

“Benar juga, terlalu berbahaya berada di hutan saat malam. Tapi bagaimana kita pulang? Jaraknya masih cukup jauh dan sepertinya kita tidak akan tiba sebelum malam.”

Lethean terdiam, dia menatap serius Luna.

“A-apa?? Kau jangan macam-macam ya!” Luna langsung memeluk tubuhnya sendiri.

“Aku bisa sihir teleportasi, kita bisa segera sampai ke akademi.”

“Tunggu, lalu kenapa kau tidak berteleportasi saja saat kita datang tadi??” tanya Luna menurunkan tangannya.

“Aku tidak memiliki koordinat kediamanmu sebelumnya, itu sebabnya aku tidak melakukan teleportasi. Sementara di akademi, aku sudah menandai koordinatnya. Jadi aku bisa berteleportasi.” Lethean menggenggam tangan Luna, dia kemudian menutup matanya.

Sementara Luna, dia terus memperhatikan Lethean dengan tatapan datar. ‘Pria ini aneh, darahnya tidak seperti darah manusia pada umumnya. Apa dia memiliki darah yang spesial? Darah yang bisa memancing nafsu seorang vampir.. tapi jika benar, maka dia pasti sudah dimakan habis oleh para pelayan. Lalu kenapa dia masih bertahan hidup?’

Cahaya menyilaukan membuat Luna menutup matanya. Saat dia membuka matanya lagi, dia kini berada di asrama. “Wah, hebat juga,” gumamnya celingak-celinguk.

Lethean duduk di sofa, dia kembali mengambil buku di meja dan membacanya.

Luna berdecak, dia berjalan ke arah lemari dan mengambil seragam baru. Luna kemudian berjalan ke arah kamar mandi. “Aku mau mandi dulu,” katanya sambil membuka pintu kamar mandi. “Jangan mengintip!” lanjutnya sebelum menutup pintu.

“Dasar aneh,” gumam Lethean sambil membalik halaman buku.

Tidak berselang lama, pintu terbuka. Alysha dan Raven berjalan masuk sambil berbincang-bincang.

“Oh, Lethean? Kau sudah kembali, kau darimana saja?”

“Jalan-jalan.”

“Oh~ apa kau melihat Luna? Dia tiba-tiba menghilang, aku dan Raven sudah mencarinya ke sekeliling akademi tapi tidak menemukannya.”

“Luna di kamar mandi.”

Alysha langsung terdiam mendengar penuturan Lethean, dia baru mendengar suara percikan air. Alysha tiba-tiba menutup mulutnya dengan raut kaget.

“Ada apa?”

“Lethean, jangan-jangan. Kau dan Luna..” Tanpa memperdulikan pertanyaan Raven, Alysha menatap Lethean penuh keterkejutan.

“Hah? Apa yang kau katakan?”

“Jangan-jangan.. kalian habis berkencan ya!” tebak Alysha asal-asalan.

“Tidak mungkin.” Raven menepuk pundak Alysha. “Dia itu tidak tertarik pada gadis,” katanya sambil menunjuk Lethean yang meliriknya dengan tatapan maut, namun bukannya jera. Raven justru tersenyum lebar. “Dia itu sebenernya..” Dia mendekat dan berbisik.

Alysha hanya diam dan mendengarkan dengan seksama, matanya langsung membulat. Dia menatap Lethean penuh keterkejutan.

“Jangan mengatakan hal aneh!”

“Tidak tuh” Raven mengalihkan pandangannya sambil bersiul.

“Lethean.. kau--” Ucapan Alysha langsung terpotong saat pintu kamar mandi terbuka, ketiganya menoleh ke arah Luna yang tampak kebingungan.

“Ada apa?”

(✯✯✧✯✯)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!