Luna memegang dagunya berpikir, dia melirik Alverd yang tampak menunggu jawabannya. Luna menghela napas. “Mungkin akademi manusia?”
“Hmm, kenapa kau berpikir akademi manusia lebih baik?”
“Seperti yang kukatakan, mereka lebih rapi dan bersih daripada di akademi Vampir,” kata Luna acuh.
“Luna!”
“Charles!!”
Charles menatap Alverd dengan tatapan tak percaya, dia berdiri dan berjalan keluar dengan penuh kekesalan di hatinya.
“Apa Ayah tidak takut Kak Charles akan memberontak?” tanya Luna menopang dagunya.
Alverd memijat pelipisnya. “Anak itu, dia terlalu dimanja saat kecil. Itu sebabnya dia jadi keras kepala dan pembangkang.”
Luna berdiri dari duduknya, dia menatap sayu Alverd. “Aku tidak mau Ayah dan Kakak bertengkar, aku tidak masalah jika Kak Charles tidak mengerti diriku sama sekali. Tapi kumohon, kumohon Ayah. Ayah seharusnya mengerti posisiku.”
Alverd terdiam, dia menatap sedih Luna. “Maafkan Ayah, Luna. Ayah hanya tidak ingin Charles memarahimu, anak itu tidak pernah mau mendengarkan ucapanku sama sekali!”
Luna tersenyum kecut. ‘Kak Charles, kau seharusnya bahagia. Karena kau, masih memiliki keluarga yang utuh.’
✯✯✧✯✯
“Ah, Luna. Kau sudah kembali?”
“Hai Alysha, aku sa~ngat merindukanmu,” kata Luna dengan senyuman manis.
Alysha tertawa kecil. “Aku juga merindukanmu, Luna. Padahal kita hanya 1 hari tidak bertemu.. omong-omong, bagaimana keadaanmu? Kudengar, kau kehabisan energimu lagi karena membantu kami.”
“Tidak separah itu kok, aku hanya tak sadarkan diri karena menggunakan kekuatanku secara paksa. Aku sudah terbiasa jadi kau tidak perlu khawatir.” Luna tersenyum manis.
“Lain kali jangan lakukan lagi ya.” Alysha mengambil seragam akademi yang terlipat rapi dan menyerahkannya pada Luna. “Ganti seragammu dan segeralah ke kelas.” Dia berjalan pergi. “Aku akan ke kelas duluan.”
“Tentu.” Luna melambaikan tangannya dengan senyum tipis, tepat setelah pintu tertutup. Raut wajahnya segera berubah datar, dia berbalik dan menatap seisi asrama yang sepi. Luna menutup matanya. ‘Phoe..’
“Jangan khawatir, Master. Berkat jiwa Goblin yang Anda berikan belum lama ini, kekuatan saya sudah mulai pulih. Anda bisa meminum darah dan memulihkan energi Anda.”
‘Apa kau yakin? Bagaimana jika terjadi lagi seperti dulu?’
“Jangan khawatir, Master. Kejadian dulu telah saya jadikan pelajaran.”
Luna tersenyum tipis, dia membuka matanya. Kornea matanya menjadi merah darah, rambutnya pun berubah menjadi hitam legam. Luna melirik sekitaran, dia kemudian mengigit tangannya sendiri. Darah keluar dari sela mulutnya, anehnya. Darah yang keluar itu berwarna emas. Luna menurunkan tangannya, dia mendongak ke langit-langit dengan mata tertutup. Luka gigitnya pun hilang dengan cepat, Luna kembali membuka matanya. Warna mata dan rambutnya kini kembali seperti semula, dia mengusap darah di bibirnya dan membawa seragam akademi ke kamar mandi.
✯✯✧✯✯
“Seperti yang kalian tahu--”
Suara ketukan pintu memotong ucapan Profesor Zoya, dia menoleh ke arah pintu yang dibuka.
“Maafkan saya, Profesor. Saya terlambat masuk ke kelas.”
Bukannya marah, Profesor Zoya justru tersenyum. “Kamu sudah datang? Luna. Masuklah.”
Luna melangkah masuk, dia tampak ragu-ragu dan berdiri di samping Profesor Zoya.
“Semuanya, perkenalkan. Dia adalah Luna Eastern, dan mulai saat ini. Luna akan ikut pelajaran kita di kelas C1, semuanya. Harap perlakukan Luna dengan baik, ya.”
“Baik, Profesor.”
Profesor Zoya menoleh ke arah Luna. “Luna, tempat dudukmu--”
“Luna, di sini!” Alysha berdiri sambil melambaikan tangannya setinggi mungkin.
“Hei, apa maksudmu di sini?? Kursi ini kan--”
“Ayolah Kinan, mengalah sekali saja bisa kan?? Lagipula Luna itu anak baru, dia tidak--”
“Memangnya kenapa kalau anak baru?!” Gadis berambut sebahu itu berdiri sambil menggebrak meja dan membuat atensi semua orang mengarah ke keduanya. “Kau pikir gadis yang tidak jelas asal-usulnya bisa satu kelas dengan kita?! Tidak! Dia itu pantasnya berada di kelas E!” katanya dengan sarkas sambil menunjuk Luna.
“Kinan, aku--”
“Diam!!” Kinan langsung saja menyela ucapan Luna dan menyerangnya dengan belati air.
Luna yang tak sempat menghindar langsung terkena belati itu dan membuat darah mengalir keluar dari kepalanya, dia menyentuh lukanya dengan tangan gemetar. Matanya berkaca-kaca menahan tangis.
“Luna!” Alysha segera menghampiri Luna dengan penuh kekhawatiran.
“Bawa Luna ke ruang kesehatan,” kata Profesor Zoya yang juga khawatir. “Dan Kinan!” Nadanya langsung berubah marah. “Ikut Profesor ke ruang Kepala akademi!”
“Profesor.. saya..” kata Kinan terbata-bata, dia seolah tersadar dari apa yang dilakukannya.
“Tidak ada alasan apapun! Ikut saya ke ruang kepala akademi!”
✯✯✧✯✯
“Maaf ya, gara-gara aku. Kau jadi terluka,” kata Alysha penuh penyesalan, dia kini tengah mengantar Luna ke ruang kesehatan.
“Aku baik-baik saja, Alysha.” Luna tersenyum manis meski darah terus bercucuran dari luka di kepalanya. “Kau tidak perlu menyalahkan dirimu, aku juga tidak berhati-hati. Makanya terluka.”
Alysha menggelengkan kepalanya, air matanya berlinang. “Ini semua karena aku.” Alysha mengusap matanya kasar. “Kalau bulan karena aku yang memintamu duduk di kursi Kinan, dia tidak akan marah dan menyerangmu.”
“Duh, sudah kukatakan. Jangan menyalahkan dirimu sendiri.”
Alysha dan Luna berjalan memasuki ruang kesehatan.
Profesor Seraphine yang tengah memeriksa obat-obatan seketika terkejut saat melihat darah di wajah Luna, dia segera menghampiri kedua gadis itu. “Apa yang terjadi? Kenapa Luna penuh dengan darah?”
“Ah, saya baik--”
“Tolong segera obati Luna, Profesor. Kinan menyerangnya dengan pisau air, darahnya tidak berhenti keluar,” jelas Alysha dengan panik.
Profesor Seraphine tanpa berkata apa-apa la langsung mengarahkan tangannya ke luka Luna, dia kemudian menggunakan sihir penyembuhan dan menyembuhkan Luna gadis itu.
“Maaf, master. Saya tidak bisa menahan regenerasi Anda lagi.”
‘Tidak apa-apa, Phoe. Seharusnya tidak akan ada yang curiga tentang ini.’
“Saya sudah menyembuhkan lukanya, tapi lukanya cukup parah dan membekas. Ah, tunggu di sini!” Profesor Seraphine berbalik dan berjalan ke arah meja, dia membuka laci meja itu dan mengambil sesuatu. Profesor Seraphine kembali mendekati Luna dan menempelkan sebuah plaster dengan gambar bunga yang tampak imut. “Dengan begini, tidak akan tahu kalau kamu memiliki bekas luka.”
“Wah, imutnya..” gumam Luna gemas, dia menatap Profesor Seraphine dengan senyum manis. “Terima kasih, Profesor.”
“Wah, plaster itu terlihat sangat lucu! Apa ada untuk saya juga?” tanya Alysha dengan penuh harap.
“Memangnya kamu juga terluka?” tanya Profesor Seraphina bingung, dia menatap sekujur tubuh Alysha namun tak menemukan luka apapun. Hanya jejak darah milik Luna yang berada di seragam Alysha.
“Tidak sih.” Alysha menggaruk tengkuknya yang tak gatal. “Tapi plaster itu sangat lucu, jadi.. saya minta satu ya,” bujuknya dengan seimut mungkin.
Profesor Seraphine berkacak pinggang. “Tidak boleh! Plaster itu hanya untuk menutupi bekas luka seperti milik Luna, kamu kan tidak terluka sama sekali. Meskipun terluka, saya bisa menyembuhkanmu tanpa bekas.”
“Ihh. Profesor Seraphine sangat pelit!”
(✯✯✧✯✯)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments