"Kakak" panggilan Sola membuyarkan lamunan Thera dan mulai mengikuti adiknya masuk ke dalam apartemen.
"Maaf jika sedikit berantakan. Aku belum membersihkannya sejak kemarin" ucap Sola sesaat setelah masuk kedalam rumahnya. Thera hanya terdiam dan memperhatikan sekeliling, begitu banyak kaktus hias di sudut jendela dan ada beberapa di pantri dapur. Ruangan yang sederhana, tak ada foto satu pun yang terpajang, hanya sebuah lukisan pemandangan yang menghias dinding ruangan itu.
"Aku akan memasak dulu sebentar. Kakak bisa menonton tv" ucap Sola yang mulai sibuk di dapurnya.
"Sola. Selama ini bagaimana kau menjalani hidupmu?" tanya Thera. Membuat Sola menghentikan aktifitasnya sejenak.
"Ya seperti ini saja. Melakukan keseharian biasa" jawabnya dengan senyum dipaksakan.
"Tidak. Maksudku, dulu saat kau kecil, kau tinggal dimana?"
"Itu" Sola melanjutkan memotong sayuran dan memasukkannya kedalam air yang telah mendidih. "Itu bukan kisah yang bagus untuk di ceritakan" gumamnya pelan. Namun masih sekilas terdengar di telinga Thera.
"Apakah kau tinggal di panti asuhan, atau..." Thera menghentikan kalimatnya melihat ekspresi Sola yang sudah seperti ingin menahan sesuatu. "Maaf. Seharusnya aku tak menanyakannya, hanya saja..."
"Tidak apa-apa. Kakak memang berhak bertanya, karena aku memang tiba-tiba datang menemui kalian, jelas kalian akan menanyakan itu" Sola menghela nafasnya, lalu mencicipi sup yang dibuatnya, di rasa sudah pas ia mematikan kompor dan menuangkan sup kedalam mangkuk, dan segera menyajikannya untuk Thera.
"Kakak makan dulu" ucap Sola menyerahkan sendok sup pada kakaknya.
Tanpa ragu Thera menerimanya dan mulai mencicipi sup itu dengan hati-hati karena masih panas. "Ini enak. Cera lebih suka membuat makanan yang manis. Sup ini begitu ringan dan enak di badan" ucapnya. Sola tersenyum lega karena masakannya cocok dengan lidah kakaknya. Thera menghabiskan supnya dengan cepat.
"Ini benar-benar lezat. Aku merasa lebih baik. Terima kasih" Thera tersenyum senang, sakit kepala yang di rasakannya juga sudah hilang.
"Kak Thera. Tentang masa laluku..." ucap Sola ragu. Thera menatapnya seolah menunggu adiknya itu menceritakan kisahnya.
'Saat aku kecil, aku tinggal dengan ibu, dia orang yang baik namun sangat tegas. Namun, ayah dan kakak adalah orang yang jahat, mereka hanya menyusahkan ibu, mereka jarang di rumah dan menghabiskan waktu di tempat judi. Pulang hanya sesekali untuk minta uang, terkadang jika tidak di kasih mereka main pukul. Tapi ibu selalu melindungiku. Hingga saat aku sudah agak dewasa ibuku menjualku pada seorang pria asing yang mencari seorang anak asuh, demi membayar hutang ayah. Saat itulah aku tahu bahwa aku bukanlah anak kandung mereka'
Thera merebahkan tubuhnya di sofa ruangan Ariana, mengingat kisah masa lalu Sola. Ia merasa sangat bersalah, bagaimana ia bisa hidup begitu nyaman sedang adik satunya begitu menderita.
"Aku masih tidak percaya dengan yang kau katakan. Bagaimana tiba-tiba Cera memiliki saudara kembar. Sungguh mengejutkan" Ariana meletakkan minuman coklat hangat di atas meja, dan duduk di lantai, bersandar di kaki sofa tempat Thera rebahan.
"Aku masih berpikir tentang mimpiku yang sering berulang saat kecil dulu. Aku hanya merasa akan ada perubahan besar dalam keluargaku" gumam Thera.
"Tentu saja pasti akan ada. Harusnya kau bahagia adikmu sudah kembali" Ariana menyesap minumannya.
"Ya. Aku merasa senang, namun ada perasaan yang lain, seperti suatu hal yang buruk akan terjadi" Thera menatap langit-langit ruangan itu dengan tatapan datar.
"Ya, mungkin hanya pemikiranmu saja. Yang pasti kau harus banyak istirahat, jangan sampai sakit lagi karena terlalu lelah bekerja" ucap Ariana, lalu mencium tangan Thera.
"Aku tahu" Thera menatap nanar Ariana dan merasa bersalah. Tak ada yang mengetahui penyakitnya selain ayahnya dan Sola. Ia benar-benar tak ingin menyakiti orang-orang yang di sayanginya.
"Terima kasih untuk kerja keras kalian!" ucap Sola setelah semua pekerjaan rekaman selesai. Ia melambaikan tangan pada para member boy grup yang melakukan rekaman tadi.
"Sudah kubilang, kan. Marco lebih cocok di jadikan lead vocal untuk lagu ini" Ucap Produser Crish pada seorang editor di ruangan itu. Wajahnya terlihat begitu bangga dengan hasil yang di dapatkannya hari ini.
"Eh, kau akan langsung pulang? Setelah ini kita akan makan-makan dulu" Produser Crish menghampiri Sola yang terlihat sudah berberes dan akan pulang.
"Lain kali saya akan ikut. Saya agak lelah hari ini" Sola membungkukkan badannya, dan segera pergi. Produser Crish hanya menatapnya tanpa berkata apapun, ia sudah lama mengenal Sola, dia memang jarang mau ikut acara makan-makan karena punya masalah lambung yang cukup serius dulu.
"Ya, baiklah. Ayo kita ke restoran depan. Kita makan sepuasnya" ajak Produser Crish pada para staf disana.
Sola duduk di halte menunggu bus. Ponselnya mati karena ia lupa mengisi dayanya tadi. Padahal ia ada janji dengan temannya, Louis.
"Eh. Kak Cera, kenapa kau disini? Bukankah kau menjaga kedai jusmu?" tanya seorang wanita yang tiba-tiba duduk di samping Sola dan berbicara begitu santai. "Oh, jangan-jangan kau akan berkencan dengan Kak Daniel ya. Ih, dasar" cerocos wanita itu.
"Maaf, aku bukan..." belum sempat Sola menjawab, tiba-tiba wanita itu berdiri dan melambaikan tangannya pada seorang pria yang ada di seberang jalan.
"Kak Daniel. Disini!" teriaknya dengan begitu gembira pada pria dengan setelan jas, begitu tampan.
"Tuh, kekasihmu datang" wanita itu tersenyum, sedang Sola hanya terdiam dan bingung dengan situasi ini.
"Hai, sayang. Apa kau sudah merindukanku lagi?" pria itu langsung memeluk erat Sola yang masih membeku di tempat. Namun kemudian ia mendorong tubuh pria itu.
"Aih, kenapa kalian begitu romantis. Ah sudahlah, sebaiknya aku pergi. Nikmati kencan kalian" wanita itu langsung berlari menyeberangi jalan, meninggalkan Sola dan pria itu sendirian.
"Benar-benar si Bella itu. Aku kira kau menungguku di kedai, ternyata malah disini. Apakah kamu tidak lelah?" tanya pria itu.
"Maaf, tuan. Saya tidak mengenal anda, juga wanita tadi. Apa jangan-jangan anda ini penjahat?" Sola mundur beberapa langkah ke belakang. Pria itu menatapnya dengan tatapan bingung.
"Cera, apa kau masih marah padaku?" tanya pria itu.
"Cera?" Kini Sola sadar kalau orang itu mungkin mengira dirinya Cera. Ia sendiri juga baru ingat kalau ia memiliki saudara kembar. "Anda salah orang. Saya Sola, saudara kembar Cera" ucap Sola.
"Pfft. Hahhaha. Apa kau sedang latihan akting? Sejak kapan seorang Cera punya saudara kembar?" pria itu malah tertawa dengan penjelasan Sola. Sola hanya diam dengan tatapan serius, membuat pria itu menghentikan tawanya. "Kau pasti masih marah padaku. Maafkan aku" ucapnya, lalu mengecup kening Sola.
'PLAAAK' reflek Sola menampar pipi pria itu dan menatapnya kesal.
"Mohon jaga sopan-santun anda" tegas Sola segera pergi, pria itu masih mematung di tempat karena masih shock dengan tamparan Sola. Ia melihat Sola masuk ke dalam bus. Kesadarannya bangun setelah mendengar dering ponsel di sakunya.
"Cera?" ia masih bingung, namun langsung mengangkatnya.
"Niel, kau dimana? Aku lelah menunggumu" kesal seseorang di balik telepon.
"K-kau dimana?" tanyanya memastikan.
"Tentu saja di depan kedai. Bukankah kita sudah sepakat tadi?"
Pria itu, Daniel hanya bisa ternganga dengan apa yang terjadi barusan. Wanita tadi benar-benar bukan Cera, kekasihnya tapi saudara kembarnya. Perilakunya tadi sudah benar-benar salah, memang pantas ia mendapatkan tamparan itu.
"Aku akan segera kesana" ucap Daniel pada Cera, dan segera pergi menemuinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments