Episode 12 : Kesalahpahaman

"Tunggu dulu. Bagaimana bisa kau memiliki saudara kembar begitu saja" suara keras Louis membuat seisi restoran kecil di sudut kota itu menoleh ke arahnya dan Sola. Sola langsung menepuk lengan Louis dan tersenyum kikuk meminta maaf.

"Oke. maaf" sadar Louis merapikan duduknya dan mendekatkan kepalanya pada Sola. "Kau serius kan? Kau tidak sedang berkhayal?" tanyanya memastikan. Sola hanya mengangguk pasti.

"Ini sungguh mengejutkan. Tapi ini hal bagus karena kau sudah menemukan keluarga kandungmu kan. Aku ikut bahagia untukmu" ucap Louis mulai menyeruput smootie nya.

"Tentu saja aku bahagia, hanya saja, ini tentang kakakku, aku bahkan baru saja bertemu dengannya, tapi dia..." Sola menggantungkan kalimatnya.

Louis mengambil ponselnya dan menunjukkan sesuatu pada Sola. "Seharusnya ini adalah data rahasia, tapi aku berhasil mendapatkannya karena yang menangani kakakmu selama ini adalah ayahku, jadi aku tahu sedikit" ucap Louis. Sola melihat data yang tertera, ia membungkam mulutnya dan mencoba menahan air matanya. "Apa benar-benar tidak ada obatnya lagi? Lalu obat yang di minum kakak selama ini?" tanyanya. Namun Louis hanya menggeleng tak berdaya. "Obat itu hanya menahan rasa sakitnya, tapi tidak menghilangkan penyakitnya" ujarnya.

Sola menahan tangisnya, ia tidak bisa membayangkan apa yang di rasakan kakaknya selama ini. "Sebenarnya ada satu yang cara, tapi itu pun hanya memiliki kemungkinan 10 persen untuk berhasil" ucap Louis sedikit ragu.

"Apa itu?"

"Donor sumsum tulang belakang. Tapi resikonya juga sangat besar"

"Kalau begitu kenapa ayahmu tidak menyarankannya"

"Itu. Sudah ayah lakukan, hanya saja, kakakmu menolaknya karena ia tidak ingin keluarganya tahu"

"Maksudmu, tidak ada satu orang pun yang tahu tentang penyakit kak Thera?"

Louis menggeleng. "Sebenarnya ini juga rahasia, tapi aku tidak tega melihatmu seperti ini" ia membuang muka, merasa begitu bersalah karena telah menghancurkan kode etik kedokteran, untuk menjaga rahasia pasien.

Sola memeluk Louis begitu erat, "Terima kasih kau sudah memberi tahuku, aku akan meminta bantuanmu sekali lagi..." ucap Sola begitu yakin.

...----------------...

Cera berusaha keras menahan tawanya. Daniel menatap kekasihnya dengan kesal bercampur malu. "Aku sudah melakukan hal tidak baik. Apakah ini termasuk penghianatan?" ucapnya. Cera menggeleng, "Itu karena kau tidak tahu hal sebenarnya. Lagipula kau sudah mendapat hukuman kan dari Sola, itu sudah cukup".

"Kau sungguh tidak marah padaku?"

Cera menggeleng sekali lagi. Daniel tersenyum merasa lega karena ia benar-benar takut melakukan hal yang menyakiti wanita paling baik di hadapannya itu. "Tapi, aku sungguh harus bertemu Sola untuk meminta maaf" ucapnya.

Tak berapa lama ponsel Cera berdering. Sungguh kebetulan, Sola menghubunginya. "Sola" bisik Cera kemudian mengangkatnya.

"Aku di cafe Grace" ucap Cera. "Oh baiklah. Aku akan menunggumu"

"Sola akan kesini" ucap Cera setelah menutup teleponnya. "Benarkah? Kebetulan sekali" gumam Daniel, ia agak sedikit khawatir bagaimana mengahadapi Sola nanti. "Ya, memang kebetulan, sepertinya ada sesuatu yang penting". Cera menyesap kopinya dan tersenyum pada Daniel.

...----------------...

Reinald memindahkan semua keranjang kosong kedalam gudang, dan mencuci tangan setelahnya. Ia agak sedikit lapar, namun ia enggan untuk memasak dan memutuskan untuk membeli makanan di luar saja.

Di sepanjang jalan ia memikirkan tentang bagaimana keadaan Sola setelah bertemu keluarganya, pasalnya Sola tak pernah menghubunginya sejak saat itu.

Dan tanpa sengaja, ia melihat Sola berdiri di halte bus. Ia pun menghentikan sepeda motornya di depan Sola. "Rein?" gumam Sola. "Hai, apa kabar?" Reinald tersenyum lalu menoleh ke kanan dan ke kiri lalu kearah Sola lagi.

Sola tersenyum singkat melihat tingkah pria itu, "Kabar baik. Kebetulan sekali" ucapnya langsung naik di boncengan motor Reinald. "Eh? Memangnya aku menawarimu tumpangan?" ucap Reinald dengan nada sedikit kesal.

"Kurasa memang itu tujuannya" Sola terkikik.

"Cih. Sebagai bayarannya kau harus masak untukku, aku sangat lapar" Reinald menyalakan motornya lalu, lalu melirik Sola dari kaca spion. Ia terlihat banyak pikiran.

"Sola" panggil Reinald karena tak kunjung dapat tanggapan.

"Kebetulan juga. Aku mau ke kedai Cera. Aku masak disana saja, atau kau ingin makanan disana?" ucap Sola dengan senyum dibuat-buat. "Sudah, ayo berangkat" tambahnya sambil menepuk bahu Reinald.

Reinald pun membawa motor itu melesat melewati jalanan. Sepanjang jalan Sola hanya diam menikmati angin yang menerpanya.

"Kau bahagia?" tanya Reinald sedikit berteriak, karena beradu dengan suara angin yang cukup kencang.

"Ya. Tentu saja" jawab Sola yakin. Tapi masih ada ekspresi sedih di wajahnya. "Terima kasih banyak kau sudah membantuku selama ini" ucapnya lagi. Setelahnya mereka kembali terdiam, banyak hal yang ingin Reinald tanyakan namun ia tahu sekarang bukanlah saatnya.

Tak lama kemudian mereka sampai di kedai Cera.

Setelah memarkir sepedanya Reinald dan Sola segera masuk, namun langkah Reinald tertahan saat melihat Cera bersama pria yang di peluknya waktu itu.

"Ayo masuk" kata Sola menyadarkan Reinald, "Baiklah, kau duluan saja" Reinald tersenyum lalu berjalan di belakang Sola.

Sola agak terkejut saat melihat Daniel, pria yang mengira dirinya Cera tadi.

"Sola!" teriak Cera yang langsung menghampiri saudarinya itu. Daniel melihat kearah Sola dan Reinald dengan senyum kikuk.

"Wah, ada Reinald juga ternyata, kalian saling mengenal?" tanya Cera lagi sambil menyuruh mereka duduk. Mereka berempat melingkar di satu meja.

"Nona Sola. Aku sungguh minta maaf soal tadi, aku benar-benar tidak tahu. Maafkan aku" Daniel berdiri dan membungkuk minta maaf pada Sola. Membuat Sola merasa tidak enak. "Tidak masalah. Aku juga minta maaf karena menampar anda" ucap Sola.

"Heh? Kenapa ini?" tanya Reinald berbisik. Sola hanya menggeleng.

"Haih, maafkan aku ya, aku memang belum bilang kalau saudara kembarku sudah kembali, jadi ada sedikit kesalah pahaman diantar kami" ujar Cera. "Ah, Reinald apa kau mengenal Sola?, maksudku kau terlihat tidak terkejut dengan kami"

"Ya, memang aku me...." belum sempat melanjutkan kalimatnya, Cera menggebrak meja membuat semuanya kaget. "Aku tahu, Sola adalah kekasihmu, kan?" tebaknya, berhasil membuat ketiga orang di depannya terbelalak.

"Eh, bu-bukan, kok" tolak Sola.

"Ah, kalau begitu pas sekali, kita bisa double date hari ini" sahut Daniel.

"Double date?" gumam Reinald, dan akhirnya ia menyadari, bahwa Daniel adalah kekasih Cera. Seketika ia merasa patah hati.

"Ti-tidak, kami bukan..." ucapan Sola terhenti karena Reinald menggenggam tangannya. "Ya, Sola adalah kekasihku, mari kita melakukan double date" katanya. Sola menatap Reinald tak percaya, pria itu terlihat berbeda saat ini.

"Yosh sudah diputuskan. Malam minggu ini kita pergi" kata Daniel. "Aku yang traktir" tambahnya.

"Oh baiklah. Kita akan bertemu nanti" kata Reinald lalu menggandeng tangan Sola untuk pergi dari sana.,

Sola memberontak, ia mencoba melepaskan genggaman tangan itu. Ia menyadari situasinya, bahwa Reinald merasa cemburu, karena ia tahu Reinald menyukai Cera, bahkan berusaha keras mencarinya, tapi sekarang ia tahu kalau Cera sudah memiliki kekasih. Akhirnya ia hanya bisa menurut saja, membiarkan Reinald lebih tenang dulu.

"Sola pinjamkan bahumu sebentar"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!