source ; pinterest ( CINDY MAYHEW )
Cera tersenyum memandangi bayangan dirinya di cermin dan melihat liontin kalung yang dipakainya. "Bagus juga pilihannya" ia tersenyum lagi, dan mengingat kemarin.
‘TTRIIIINGGG’
Lonceng di atas pintu berbunyi, tanda ada orang masuk.
“Maaf kedai belum bu…?” kalimatnya terputus. Ia sangat terkejut melihat orang itu berdiri didepannya dengan senyuman dan sebuket mawar ditangannya. Ia pun tersenyum, karena merasa bahagia, namun, setelah mengingat hal kemarin, dalam sekejap, ia memasang wajah cemberutnya.
“Hei. Ekspresi apa itu? Seharusnya kau terkejut, lalu tersenyum bahagia dan memelukku” sungut pria itu.
“Haha” tawa ejek Cera sambil melanjutkan kegiatannya tadi.
“Heh? Kenapa? Apa kau marah padaku? Apa aku membuat kesalahan?” tanya pria itu sambil mengikuti arah gerak Cera. Cera yang sudah kesal langsung berhenti, berbalik dan menatap tajam pria dihadapannya itu.
“DANIEL ZACH” kerasnya. Ya, pria itu tak lain dan tak bukan adalah Daniel, tunangannya. “Bagaimana bisa kau menghubungi David lebih dulu dibanding aku, hm? dan kenapa kemarin kau tidak datang juga?” tambahnya.
Daniel membulatkan matanya menatap Cera, “B-b-ba…” gagapnya. Cera menghembuskan nafas kesal. “Sudahlah, lupakan” ucapnya.
Daniel berfikir sebentar ‘Jadi, kemarin David bersama Cera?, dan?.. ah’, ia pun menghampiri Cera.
“Maaf, aku sungguh minta maaf. Sebenarnya aku ingin memberimu kejutan, tapi, selalu saja gagal. Tiba-tiba kemarin mobilku mogok dan aku terpaksa pulang dengan bus. Seperti itulah. Maaf, sungguh” ucap Daniel tulus, ia terduduk di kursi dan meletakkan barang yang dibawanya tadi.
Cera diam-diam tersenyum mendengar pengakuan itu. Ia mendekati Daniel, “Jadi, seorang Daniel menyerah begitu saja?” ejeknya. Daniel hanya menunduk, Cera mengambil bunga itu dan membuka sebuah kotak kecil disamping bunga itu.
“Apa… ini untukku?” tanyanya.
“Tentu saja. Aku mencari itu dengan susah payah” ujar Daniel.
“Benarkah?” tanya Cera tak percaya. “Hwaaa… ini benar-benar indah sekali. Dimana kau membelinya?”
“Apa pentingnya hal itu?”.
Cera menyerahkan kalung liontin dalam kotak itu pada Daniel. Membuat Daniel mengernyitkan keningnya. “Kau tidak suka?” tanyanya.
“Aih, pasangkan untukku” ucap Cera sedikit manja sambil berdiri membelakangi Daniel. Daniel tersenyum dan melingkarkan kalung itu dileher cantik Cera. “Ini cantik. Aku menyukainya” ucap Cera. Daniel memegang kedua bahu Cera dan membalikkan tubuh Cera perlahan hingga menghadapnya.
“Maaf untuk semuanya. Aku tidak bermaksud tidak menghubungimu lebih dulu, dan…”
“Sudahlah. Lupakan saja. Itu tidak masalah bagiku, aku tahu kau sangat sibuk dengan pekerjaanmu. Oh ya, bagaimana kabar ayahmu?” tanya Cera.
“Apa ini? Kau tidak menanyakan kabarku lebih dulu, hm?”
“Hm, tidak. Karena aku tahu kau akan mengatakan kalau kau sangat merindukanku, kan?” tebak Cera. Daniel tersenyum lebar dan langsung membawa Cera kedalam pelukannya. “Ya, aku sangat merindukanmu” ucapnya.
“Benarkah? Tapi aku tidak percaya. Kau bahkan tidak menghubungiku atau mengirim pesan untukku, bahkan kupikir kau sudah punya wanita lain”
“Hah? itu tidak mungkin. Bagaimana kau bisa berfikir seperti itu, hm?”
Ya, seperti itulah hubungan mereka, sebentar-sebentar bertengkar karena hal kecil dan sebentar kemudian akan baikan kembali.
"Eehh? apa yang kakak pikirkan? Senyum-senyum sendiri" interupsi Bella yang sudah ada di sampingnya sejak tadi dan memperhatikan perilaku teman dan juga bosnya itu.
"Tidak ada" jawab Cera salah tingkah.
TRING
"Selamat datang" ucap Cera saat pelanggan datang, mereka pun mulai melayaninya.
...----------------...
Di sebuah studio rekaman musik Sola tengah di sibukkan dengan beberapa jadwal rekaman dengan beberapa penyanyi. Produser Crish begitu tegas dengan para penyanyi itu. Entah kenapa ia hari ini sedikit emosional.
Sola membawakan beberapa cup kopi yang baru di pesannya, dan meletakkan di meja.
"Kopi untuk semuanya!" ucap Sola. Semua kru mengambil kopi masing-masing. Ia pun mengambil satu untuk Produser Crish.
"Kopi untukmu" ucap Sola. "Hm. Terima kasih" Produser Crish meminum kopi itu.
"Argh. Ini benar-benar bikin kesal. Padahal ini hanya lagu yang mudah, kenapa para penyanyi itu tidak bisa menyanyikannya?" gerutu Produser Crish. "Ya, coba lagu lain saja. Kurasa memang genre mereka tidak cocok dengan jenis suara mereka, ya, agency mereka terlalu memaksakan" ujar Sola.
"Haaa.... Kau benar. Lagu apa yang menurutmu cocok?" tanya Produser Crish. Sola berpikir sebentar. "Ah, apa Senior ingat lagu yang anda buat waktu acara kembang api tahun lalu? Senior bilang lagu itu akan senior berikan sebagai hadiah pernikahan, namun ...eh.." Sola menghentikan ucapannya karena sedikit terlalu jauh, apalagi melihat ekspresi Produser Crish.
"Maaf. Aku tidak bermaksud..." introspeksi Sola.
"Tidak masalah. Tapi kau benar. Lagu itu sepertinya cocok untuk mereka. Kau sudah memberiku jalan keluar. Terima kasih" Produser Crish berdiri dari duduknya, lalu menghampiri para kru dan berbicara sesuatu. Sola merasa lega karena Seniornya itu tidak marah-marah.
Ia sendiri juga sudah berbicara berlebihan. Bagaimana ia bisa menyinggung masalah pernikahan Produser Crish yang gagal setahun yang lalu.
Mereka pun melanjutkan rekamannya. Dan kali ini benar-benar berjalan lancar.
Hari sudah hampir gelap. Semua kru segera pulang, namun beberapa ada yang pergi makan malam bersama.
"Senior Sola! Ayo ikut kami!" ajak beberapa kru.
Sola yang masih menunggu taxi hanya melambaikan tangannya. "Maaf, aku ada urusan" tolaknya. Orang-orang itu hanya menggerutu dan kecewa karena Sola tidak ikut, namun tetap pergi setelahnya.
Sola masih berdiri di tempatnya, lalu mengingat sebuah alamat yang di berikan Reinald kemarin. Ia merasa senang, namun juga takut. Apakah nanti keluarganya akan menerimanya. Dan lagi, Ibu angkatnya dulu bilang kalau dia di temukan di jembatan. Apa mungkin ia memang sengaja di buang?
Semua itu akan tetap menjadi pertanyaan jika ia tak menanyakannya langsung pada orang tua kandungnya. Dan lagi Reinald bilang ia memiliki saudara kembar yang sangat mirip dengannya, ia semakin tak sabar bertemu dengannya.
"Oii, beruang manja!" teriak seseorang, Sola menoleh. Apakah dia yang di panggil, ia menoleh ke kanan dan kiri mungkin ada orang lain. Tapi ternyata memang tidak ada.
"Apa kepalamu baru saja terbentur, hingga kau melupakan kakak tampanmu ini?" kesal pria yang kini sudah ada di depan Sola dengan senyum kesalnya. Sola masih terdiam karena bingung. "Astaga. Anak ini" pria itu memegang kening Sola, sontak Sola mundur kebelakang.
"Maaf anda siapa?" tanya Sola.
"Cera. Kau benar-benar melupakan kakak tampanmu ini? Tentu saja aku Thera, siapa lagi?" ucap Thera agak kesal dengan candaan adiknya itu.
'Cera? Thera?' gumam Sola.
"Saya Sola" ucap Sola. Thera masih terbengong, bagaimana adiknya bisa berakting dengan begitu sempurna. Bahkan ia merubah penampilannya.
"Sudahlah. Ayo pulang. Sepertinya kau butuh beberapa jitakan biar sadar. Aku tahu kau sedang ribut dengan Daniel. Tapi masa iya sampai amnesia" cerewet Thera sambil menarik tangan Sola.
"Maaf saya tidak kenal anda" Sola langsung menepis tangan Thera dan masuk kedalam taxi yang kebetulan sudah datang.
"Lah? Oii Beruang Manja! Kau!" teriak Thera yang masih terbingungkan dengan sikap orang yang dianggap adiknya itu. Ia pun kembali ke mobilnya dan mengejar taxi itu, takut akan terjadi apa-apa padanya.
...----------------...
"Kau?"
"Kau?"
Nyonya James mematung melihat putrinya ada dua, tubuhnya lemas dan langsung terduduk di sofa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Ryuu nee
Next.... 🙏🙏🙏
2023-08-29
1