source : pinterest ( SEAN RICHMOND )
Hari sudah semakin siang. Reinald mengangkat keranjang terakhirnya ke dalam mobil pick up nya. Beberapa wanita paruh baya pemetik apel menghampirinya.
"Hei, nak Reinald. Itu sudah keranjang terakhir ya" ucap seorang wanita.
"Ya, bibi semua memang yang terbaik. Apel-apel ini pasti akan sangat manis karena kalian yang memetiknya"
"Haih, anak ini mulutnya sangat manis"
"Hari ini kami akan ada acara berkumpul di rumah Monica, dia baru saja menikahkan putrinya. Kau harus datang ya"
"Eh. Maaf bibi. Sepertinya lain kali. Aku harus segera mengantarkan buah-buah ini" tolak Reinald dengan canggung.
"Aa. Apa mungkin kau tidak enak pada anak Monica? Kau menolaknya dulu, dan sekarang dia sudah menikah dengan seorang putra pengusaha mebel"
"Benar. Dia memang tidak setampan dirimu, tapi dia cukup kaya"
Reinald hanya tersenyum, pasalnya dulu yang menjodoh-jodohkan adalah mereka sendiri dan sekarang mereka malah mencemoohnya. Ia juga tak ambil pusing. Namanya juga ibu-ibu.
"Heh, apa yang kalian katakan? Nak Reinald adalah yang terbaik. Sudah sana, kau bisa pergi mengantarkan buah-buahannya. Jangan dengarkan omong kosong wanita-wanita itu" bibi Lenni selalu menjadi penyelamat Reinald. Ia tersenyum dan segera pergi.
Di depan gudang, Reinald melihat Sean sedang diam melamun. Ia melepas sarung tangannya dan menghampirinya. "Ada apa, Kak?" tanyanya, membuat Sean tersadar dan sedikit salah tingkah.
"Kau sudah selesai?" tanya Sean. "Ya, tinggal mengantarnya saja" ucap Reinald. Sean menepuk bahu Reinald. "Baiklah kau bisa pergi. Aku akan menghubungi Tuan Bob bahwa kau sudah akan berangkat" ujar Sean segera menghubungi seseorang. Reinald juga tidak ingin menanyakan lagi tentang apa yang tengah di lamunkan rekan kerjanya itu.
"Aku pergi!" pamitnya.
Sean melambaikan tangannya karena Reinald memang sudah agak jauh. Ia pun kembali ke dalam toko.
...----------------...
"Jika itu pilihanmu, maka lakukan. Aku yang sudah tua ini hanya bisa mendukungmu saja" ucap seorang pria tua sambil menyesap tehnya sesekali.
"Ya. Aku tahu. Yang penting ayah jaga kesehatan disini. Aku sudah menyelesaikan semua urusanku dan akan kembali. Sebulan lagi aku akan datang menjengukmu" ucap pria yang yang lebih muda.
"Ya. ya. Hati-hatilah di jalan"
"Aku pergi"
Pria muda itu pun meninggalkan rumah itu. Dilihatnya ponselnya, jam masih menunjukkan pukul 9.15, masih ada waktu 2 jam sebelum keretanya berangkat.
Daniel Zach. Kekasih Cera. Ia tidak menyangka sudah hampir 2 bulan ia tinggal bersama ayahnya. Dan tidak menghubungi Cera sama sekali, karena daerahnya pegunungan dan agak sulit mencari sinyal. Ia benar-benar sangat merindukan kekasihnya itu.
"Apa sebaiknya aku membelikan hadiah untuknya?" gumam Daniel, ia pun menuju sebuah pusat perbelanjaan terdekat dan mencari pernak-pernik yang mungkin cocok untuk Cera.
Sesekali ia tersenyum membayangkan Cera akan memakai aksesoris yang di belikannya. Ia pun agak sedikit khawatir kalau kekasihnya itu akan marah karena dia menghubunginya sama sekali.
"Eh? Cera?" ia mengucek matanya, mencoba memastikan pandangannya. Ia melihat Cera juga ada disana membeli sesuatu. Beberapa kali ia mencoba menyadarkan diri, mungkin itu hanya halusinasinya saja karena sangat ingin merindukan kekasihnya saja.
"Cera?" teriaknya. Namun wanita itu tak mendengar atau mungkin memang tak merasa di panggil. Daniel pun mengejarnya. "Cera! Tunggu!" teriaknya. Namun akhirnya ia tetap kehilangan jejaknya.
Ia mencoba menghubungi Cera namun tetap sulit. Ia pun menyerah dan segera pergi ke stasiun, mungkin ia akan bertemu Cera di sana.
"Ada apa Sola?" tanya Crish, atasan Sola. Sola hanya menggeleng, ia merasa tadi seperti ada yang mengejarnya. Hah, tapi mana mungkin ia tak mengenal siapapun di kota itu. Lagi pula ia kesini karena akan melakukan pengambilan gambar untuk video klip seorang penyanyi pendatang baru.
"Sinyalnya sungguh sulit. Menyebalkan" umpat Crish yang masih kesal dengan ponselnya. Sola hanya terkikik.
...----------------...
Cera melihati ponselnya sejak tadi. Namun yang selalu di tunggunya tak kunjung ada. Ia mendengus sebal. Jam sudah menunjukkan pukul 20.00, sebentar lagi ia akan menutup kedainya.
Lonceng berbunyi tanda ada pelanggan masuk. "Selamat datang" ucap Cera.
"Yo. Apa kabar kak Cera!" seru David.
"Ahh. Lelah sekali" disusul Simon.
"Yoo... Cera aku pesan jus jeruk yaaa... esnya yang banyak!" sahut Leon.
Cera hanya menghela nafas karena yang datang adalah 3 sekawan yang selalu membuat gempar dunia. Mereka teman-temannya.
"Kemarin kau sudah membeli begitu banyak. Jadi kak Sean memintaku memberikan ini sebagai bonus" ucap David sambil memasukkan buah yang di bawanya ke dalam kulkas. Cera masih membuatkan jus untuk Leon.
"Aku akan membuat sendiri, ya" David selalu begitu, ia sangat mandiri dan kadang sering membantu Cera. "Lakukan sesukamu" ucap Cera.
"Oh. Dimana si Cerewet?" tanya Simon yang kini rebahan di sofa.
"Kau sangat merindukannya ya?" Senggol Leon. Simon berdecih dan memejamkan matanya. "Untunglah kalau tidak disini. Dia sangat mengganggu" ucapnya.
"Dia sangat menyukai Bella. Aku melihatnya beberapa kali curi-curi pandang padanya" Leon tertawa.
"Cih. Diam kau" kesal Simon.
"Ya, kalau kau suka langsung bilang saja kan. Lagi pula apa salahnya" Cera membawakan jus untuk mereka berdua, disusul David.
"Jangan bahas aku. Lalu bagaimana denganmu?. Apakah kau masih belum mendapat kabar dari Daniel?" tanya Simon. Cera menghela nafas. Dan semuanya sudah paham.
"Tenang saja. Kalau dia macam-macam aku yang akan maju kedepan mendukungmu" ucap Simon yakin. Cera tertawa mendengarnya. "Terima kasih" jawabnya dengan nada dibuat-buat.
"Tapi menurutku, Daniel bukan orang seperti itu. Lagipula kita sudah lama mengenalnya kan" ucap Leon sambil menyeruput jusnya. "Hmn, kak Daniel itu orangnya setia kok. Aku tahu dia tidak akan mengkhianati kak Cera" sahut David.
"Eh? Dia juga juga pria, pria itu mudah sekali tergoda. Dan lagi..." David membungkam mulut Simon, karena melihat Cera sepertinya sedikit tertekan.
Cera hanya terdiam. Mungkin saja ada kemungkinan Daniel akan meninggalkannya. Tapi hubungannya dengan Daniel tidak ada masalah, hanya tiba-tiba Daniel pergi dan sampai sekarang tanpa kabar.
"Ahaha. Cera, jangan kau pikirkan. Bagaimana kalau kita mengadakan permainan hari ini? Kebetulan tadi kak Thera dan pacarnya juga akan datang" Ucap Leon. Cera tersenyum dan mencoba tidak memikirkan hal itu.
Dibantu 3 sekawan, Cera pun menutup kedainya. Dan mereka berempat berjalan menuju lapangan basket di sebelah taman. Ternyata Thera dan Ariana juga sudah ada disana, juga ada Bella.
"Yooo.... kenapa kau disini?" kesal Simon.
"Eeh? Apa salahnya? ini kan tempat umum" Bella menimpali.
"Eheheheh, sudah ada 7 orang kan? Ayo kita main. Aku akan jadi wasitnya" ucap Thera.
"Kau serius kak? Kenapa kau jadi wasit?" Leon tak terima.
"Dia sedikit tidak enak badan. Jadi tidak main hari ini" kata Ariana.
"Eh? Benarkah? Apa kakak sakit?" tanya Cera yang sedikit panik dan mulai mengecek suhu tubuh kakaknya.
"Tenang, aku baik-baik saja. Hanya sedikit lelah"
"Benarkah?"
"Iya, sudah sana. Akan ku bagi ya, tim satu Cera, David, Leon. Team dua Simon, Bella, Ariana" ucap Thera.
"Tunggu. Kenapa aku satu team dengannya" Simon tak terima.
"Siapa juga yang mau" kesal Bella.
"Yaa, mereka mulai lagi. Baiklah, Bella kau bertukar denganku" ucap Cera mencoba mengakhiri perseteruan mereka.
Pertandingan pun dimulai.
"Kau jalan dulu" ucap Ariana, ia mulai mengocok dadunya dan menjalankan pionnya.
Mereka bermain ular tangga. Permainan berlangsung seru. Semuanya tertawa bahagia.
"Eh. Kak Daniel?" gumam David. Cera pun mendekati David dan menyuruh David mengangkatnya.
"Ah, halo kak"
"..."
"Ya, aku tadi ke kedai jusnya. Kenapa?"
David menjauhkan ponselnya, "Dia mencarimu" bisiknya. "Bilang tidak tahu" jawab Cera ikut berbisik.
"Ah, aku tidak tahu"
"..."
"Oke"
David menutup ponselnya. Cera merasa kesal. Kenapa Daniel tidak menghubunginya lebih dulu, malah orang lain.
...----------------...
"Ah, berarti wanita tadi bukan dia" gumam Daniel. Ia merasa kesal karena gagal memberi kejutan pada Cera hari ini karena mobilnya tiba-tiba mogok. Dan ia harus menunggu bus, tapi telat karena kedai Cera sudah tutup.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Ryuu nee
Lanjut kaka 😘
2023-08-27
1