Episode 3 : Kedai Jus

source : pinterst

"Jam berapa sekarang?" Cera melirik kearah jam dinding di sampingnya sambil membereskan mejanya yang sedikit kotor. Tubuhnya agak berat hari ini dan badannya terasa sangat panas, mungkin ia kelelahan.

Ini masih jam 4, ia memutuskan untuk menutup kedai jusnya. Dan sebaiknya ia istirahat dirumah.

"Permisi" ada seorang pelanggan masuk.

"Selamat datang" ucap Cera dengan senyum lemahnya.

"Oh, apa anda sakit? Anda sedikit pucat" ucap orang itu. Cera tersenyum, "hanya sedikit" ucap Cera.

"Sebaiknya anda istirahat. Saya akan kembali lagi nanti, sebaiknya anda pulang" orang itu pun pergi. Cera mengangguk dan segera menutup kedainya.

"Rasanya sangat melelahkan saat tubuhku seperti ini" gumamnya sambil terus berjalan menyusuri taman, jalan yang dilaluinya setiap hari untuk pergi ke kedai jus. Karena memang jaraknya tidak terlalu jauh, hanya 10 menit jalan kaki. Namun dalam keadaannya saat ini, seperti sudah berjalan berjam-jam.

Ia duduk di bangku taman untuk istirahat sebentar. Kepalanya terasa berdenyut dan matanya berkunang-kunang, ia mencoba tetap sadar, tiba-tiba tubuhnya sudah hampir jatuh ketanah, namun ia masih merasakan kalau ada yang mengangkat tubuhnya. Meski berusaha keras membuka matanya untuk melihat orang itu namun ia sungguh tak berdaya.

...----------------...

Cahaya matahari pagi menelusup dari balik tirai yang melambai tertiup angin. Mata Cera mengerjap karena terganggu sinar itu. Tangannya menarik selimut dan membungkus tubuhnya.

"Cera. Ibu pergi dulu. Makan sarapanmu, jangan paksakan bekerja kalau kau belum sehat" suara Nyonya James terdengar lirih dari balik pintu. Cera masih enggan bangun. Setelah itu suasana kembali sunyi.

Tentu saja karena tak ada orang lain lagi selain dirinya. Ayahnya pasti sudah pergi ke pasar sejak pagi buta, dan ibunya baru saja pergi. Sedangkan kakaknya, entah pergi kemana, sudah sebulan tak ada kabar bahkan pacarnya juga tak bisa dihubungi.

Ia menyibak selimutnya dan bangun, lalu mengecek ponselnya.

"Hmh. Banyak sekali" gumamnya melihat begitu banyak pesan dari beberapa pelanggan dan juga teman-temannya. Sepertinya memang dia harus membuka kedai hari ini. Lagipula dia juga sudah baik-baik saja.

"Eh? Tunggu? Bukankah kemarin aku pingsan di taman, dan ada seseorang yang menolongku, tapi, siapa?" gumamnya. Ia benar-benar tidak ingat apapun setelah kemarin. Seharusnya tadi dia tanya pada ibunya. Ya sudahlah, tanya nanti saja. Ia pun pergi mandi.

"Ceeee... Raaaaaa....." suara lirih dan sedikit berat masuk ke indra pendengaran Cera saat ia berjalan ke dapur mengambil sarapannya, ia menoleh ke kanan dan ke kiri namun tak menemukan siapapun. Karena memang dirumah hanya dia sendiri.

"Ceeee... Raaaaaa....." suara itu terdengar lagi. Tiba-tiba hawa dingin menyeruak dari arah belakangnya. Ia menguatkan dirinya, ia tak percaya adanya hantu. Saat ia berbalik.

"Huaaaaaaaaa"

'PRAAANGG'

Ia terlonjak kaget dan piring yang di bawanya jatuh ke lantai. Dan seorang pria tertawa keras melihat ekspresi Cera.

"Ahahhahaha. Kau sangat lucu" ejek pria itu yang masih terus tertawa. Cera yang masih shock memegangi dadanya, dan menatap kesal pria itu.

"Bersihkan lantainya. Ini semua karena kakak" ucap Cera yang langsung duduk di kursi dengan wajah cemberut.

"Eh? Ini kan kau yang menjatuhkannya. Kenapa aku yang membersihkannya" pria itu ikut duduk di samping Cera. "Itu salahmu karena datang seperti hantu" gerutu Cera.

Dia kakak Cera, Thera Tygra James. Yang baru pulang dari perjalanannya yang entah dari mana itu.

"Oke oke" Thera segera membereskan kekacauan itu. "Tapi bagaimana kalau memang yang datang hantuku?" canda Thera. "Akan kumasukin botol dan ku buang kelaut" jawab Cera cepat. Thera terkekeh mendengarnya. "Lagipula mana ada hantu, aku tidak percaya kalau ada hantu" tambah Cera.

"Ya, tapi kau takut kan tadi?" ejek Thera setelah membuang piring pecah kedalam sampah. Cera melirik, "Heh, tidak takut hanya terkejut saja" ucap Rainy bergeming.

"Dasar beruang manja. Ya sudahlah, sekarang makan sarapanmu dan minum obatmu" ucap Thera segera menyiapkan bubur yang masih hangat ke dalam mangkuk dan menyerahkannya pada adiknya itu.

"Ternyata kau bisa sakit juga" Thera duduk didepan Cera dan menatap adiknya dengan khawatir. "Tunggu. Apa jangan-jangan kemarin kakak yang...?"

"Yang apa? Kemarin aku baru saja pulang dan kau tertidur karena habis minum obat dokter" ujar Thera sambil nyemil keripik kentang di dekatnya.

Berarti yang menolongnya kemarin bukan kakaknya kan. "Lalu siapa?" gumamnya.

"Kemarin Nyonya James bilang..."

"Nyonya James? Itu Ibumu tahu" kesal Cera karena kakaknya itu terlalu sering bercanda.

"Kan Ibumu juga" ia terkekeh. "Ibu bilang kemarin ada seorang pria, dia sangat tampan, kulitnya putih, badannya kekar, sorot matanya tajam, dan senyum yang menawan, suara ya..."

"Stop. Kakak bicara apa sih? Menyebalkan sekali" ucap Rainy semakin kesal.

"Oke, oke. Dia memang seperti itu, tapi aku tidak tahu siapa dia, dia pergi setelah mengantarmu. Sudah itu saja" ujar Thera sambil melanjutkan makan keripik kentang. Cera menatapnya tak percaya.

"Ah sudahlah, aku tanya Ibu saja nanti" Cera mulai memakan buburnya.

"Yeee, tidak percaya ya sudah. Ini sedikit diluar persepsiku sih. Seharusnya kemarin saat aku datang kau menyambutku dengan penuh senyuman dan memelukku erat untuk melepas kerinduan pada kakakmu yang tampan ini karena sudah lama tak bertemu"

Cera menatap kakaknya datar. Mungkin sudah sekitar 2 bulan kakaknya pergi tanpa kabar, dan setelah kembali kenapa semakin tidak waras. "Mana mau aku melakukan hal konyol itu. Lagipula kenapa kembali? Sekalian saja pergi, bisa-bisanya tak memberi kabar apapun. Bahkan Ayah dan Ibu juga tidak diberitahu" omel Cera.

"Yoo... Lihatlah betapa kau mengkhawatirkan kakakmu ini" Thera tertawa gembira.

"Di lihat dari mana aku mengkhawatirkan kakak. Sudahlah, sebaiknya aku membuka kedai" Cera menyelesaikan sarapannya dan segera mencuci mangkuknya.

"Kenapa membuka kedai. Tutup saja dulu, istirahat dengan baik" ucap Thera. Cera tak mempedulikannya, ia segera mengambil tasnya dan pergi.

"Dasar beruang manja, kau memang tidak mempedulikan omongan kakakmu ya" teriak Thera. Cera memakai sepatunya. "Dasar nakal" ucap Thera. "Kenapa aku harus mendengarkan kakak, kakak sendiri tidak pernah peduli denganku... dan lagi...

Tiba-tiba nafas Thera agak sedikit sesak dan kepalanya sedikit pening, suara Cera juga terdengar semakin samar. Ia segera berpegangan pada tembok di sampingnya. Darah juga sudah keluar dari hidungnya. Ia segera mengusapnya dengan tangan dan menyembunyikannya tangannya kebelakang tubuhnya.

"Itu salah kakak" ucap Cera, lalu berbalik karena kakaknya tak ada respon. Ia menatap kakaknya malas, karena malah berpose di tembok dengan senyum bodohnya. "Terserah lah" ucapnya kesal.

"Ya, ya, kakak salah. Nanti kakak akan mengantarmu ke Sean Store, kau boleh belanja sepuasnya" ucap Thera.

"Deal. Aku akan menunggumu" Cera tersenyum dan segera pergi.

"Hati-hati dijalan" teriak Thera. Memastikan adiknya sudah menutup pintu, tubuhnya langsung jatuh kelantai. Ia segera mengambil sebuah botol disaku celananya dan meminum beberapa butir. Napasnya tersengal sesaat, lalu kembali normal. Ia menyeka keringat yang bercucuran di keningnya dan merebahkan tubuhnya dilantai, menatap nanar atap diatasnya. Ia tersenyum sedih.

...----------------...

Like dan vote kalian sangat membantu lo... Jangan lupa ya...

😘

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!