Episode 5 : Sean's Store

source : pinterest ( THERA TYGRA JAMES )

"Belum sampai aku buka kedai. Kakak malah mengajakku ke Sean" gerutu Cera yang baru turun dari mobil. "Eh, siapa tadi yang bilang kalau bahan-bahan di kedai habis?" Thera ikut turun.

"Ya ya. Pokoknya hari ini aku akan menghabiskan uang kakak" semangat Cera.

"Tidak masalah. Nanti aku tinggal minta ganti Daniel" Thera terkekeh. Mendengar nama Daniel Cera memandang kakaknya. "Uh, jangan menyebut namanya. Aku sudah melupakannya" kesal Cera.

"Kenapa? Kau sudah putus dengan Daniel?"

"Entah. Aku sudah lama tidak mendengar kabarnya. Mungkin dia sedang bermain dengan pinguin dikutub" gerutu Cera. Thera hanya diam dan berasumsi bahwa hubungan Cera dan Daniel sedang tidak baik-baik saja.

"Ya sudahlah. Lupakan dia. Sana pergi" Thera mendorong pelan adiknya masuk kedalam toko. Dan disambut Sean yang tengah berbicara dengan beberapa karyawannya.

"Thera! Apa kabar kau?" seru Sean. Thera melambai dan tersenyum. "Seperti biasa" jawabnya.

"Astaga, kau semakin kurus dari terakhir kali. Kemana saja kau?" Sean terkekeh.

"Ah, ada beberapa pekerjaan" jawab Thera. Cera menengahi. "Kakak, aku belanja dulu ya" ucapnya.

"Ahaha, oke Cera. Ambillah sepuasmu" kata Sean. "Oke. Tapi diskonnya ditambah ya" Cera terkikik dan pergi sambil mendorong troli.

"Sebaiknya kita ke ruanganku, kita bisa mengobrol disana" Sean mengajak Thera menuju ruangannya. Thera pun mengikutinya.

"Ku dengar kau juga pergi dengan Arina" ucap Sean, mengambil 2 kaleng soda di kulkas dekatnya.

"Ah, boleh air putih saja" ucap Thera. Sean menatapnya aneh. "Kau serius? Seorang Thera yang dulu selalu mengejek orang karena di beri air putih. Sekarang minta air putih saja?" ucap Sean, tidak habis pikir. Thera terkekeh. "Maaf, maaf, aku tidak tahu kalau aku begitu sombong dengan kalian".

Sean pun mengambilkan segelas air putih untuk Thera dan duduk didepannya. "Thanks" ucap Thera.

"Haih. Kau membuatku curiga" Sean menatap Thera penuh selidik.

"Tidak masalah. Aku hanya terlalu lelah dan tenggorokanku rasanya tidak enak"

"Hooo... Jangan-jangan kau kelelahan menghabiskan malammu dengan Ariana selama beberapa bulan. Kalian bulan madu, kan?"

Thera terbengong dengan pemikiran mesum sahabatnya itu. "Kau gila. Kami bahkan belum menikah. Jangan terlalu berpikir kotor", Thera meminum airnya.

"Ya. ya. Tapi mungkin saja kan. Sudahlah lupakan. Kau memang mengerjakan apa dan pergi kemana?"

"Ke Singapore. Ariana ada proyek bersama saudaranya, aku datang kesana membantu. Ah, sebenarnya itu juga proyek kami berdua" ujar Thera.

"Ho, bagus juga. Sejak kuliah dulu kalian memang paling cocok dalam bekerja sama. Cepatlah menikah dengannya, atau nanti kau keburu mati. Hahahaha" canda Sean. Thera hanya tersenyum menanggapi.

"Hooii. Aku hanya bercanda. Jangan kau masukkan hati" ucap Sean merasa ucapannya keterlaluan. "Tidak masalah. Aku juga sempat berfikir akan melamarnya. Tapi..." Thera terdiam sejenak. "Hahah, kau lihat saja nanti, aku akan memberikannya pernikahan termegah" tambahnya sambil tertawa keras. Sean masih merasa aneh, namun ia agak takut lebih menyinggung sahabatnya yang satu itu.

Lagi, kepala Thera kembali terasa berat. Pandangannya juga semakin buram. Beberapa kali ia mengerjap, dan darah di hidungnya keluar lagi.

"Hoi, hidungmu berdarah. Kau sakit?" tanya Sean khawatir. Thera segera menyekanya dan masuk ke dalam toilet. Ia segera membasuh wajahnya dan melihat bayangannya di cermin. Ia mengepalkan tangannya erat. "Kumohon jangan secepat ini" gumamnya, ia mengeluarkan botol obatnya dan menelan beberapa butir.

"Hoii.. Thera, kau baik-baik saja kan? Thera!" teriak Sean dari luar. Merasa sedikit lebih baik. Thera keluar dengan senyum lebar.

"Eheh, aku sangat kelelahan jadi seperti ini. Jangan terlalu khawatir" ucapnya sambil menepuk bahu Sean dan kembali duduk, meneguk airnya hingga habis.

"Ther... Kau serius kan, baik-baik saja" Sean mengisi gelas Thera lagi. Thera hanya mengacungkan jempolnya. "Ini tidak benar. Kau selalu mengacungkan jempolmu saat kau berbohong" selidik Sean.

"Hah, kau ini masih saja. Terserahlah. Aku akan keluar menemui Cera" ucap Thera. Ia melarikan diri lagi, ia bahkan tidak menyangka Sean begitu memahami dirinya. "Thera" Sean mengikutinya.

"Kumohon rahasiakan ini dari Cera" ucap Thera. "Kalau begitu bilang, kau sakit apa?" desak Sean. Thera menepuk bahunya lagi. "Aku sehat, bahkan bisa berlari keliling toko ini 100 kali" ia tersenyum lebar. Sean menyerah, ia pasti akan kalah dengan sahabatnya yang sangat keras kepala itu.

...----------------...

Cera masih sibuk dengan buah-buahan di depannya. "Hmn. Apel ini terlihat sangat manis sekali, jambu ini juga, stobery nya... Aaah, aku ambil semua" gumamnya girang.

"Kenapa tidak memilih tomat ini?" tanya seorang pria, Rainy menoleh dan menatapnya bingung. Pria itu tersenyum sambil menunjukkan sebuah tomat yang sangat merah dan segar.

"Ini bagus" ucap Cera setelahnya, dan mengambil tomat itu.

"Sepertinya kau sering belanja di sini?" tanya pria itu.

"Benar. Di sini semua buah dan sayurannya sangat segar dan berkualitas. Dan harganya lumayan lebih murah" ucap Cera sambil nyengir. "Kau juga sering kesini?"

"Ah, kebetulan aku adalah pemasok buah-buahan dan sayuran di sini" ucap pria itu. Cera menatapnya takjub. "Benarkah. Jadi semua buah dan sayur ini kau yang menanamnya?"

"Ahaha, tidak sepenuhnya, mungkin hanya beberapa sayuran saja. Kalau buah-buahan ada sebagian yang ku ambil dari beberapa perkebunan"

"Hwah. Jadi kau sangat paham dengan hal ini" Cera masih takjub. "Ahahah, perkenalkan, aku Cera"

"Ah. Sepertinya aku harus pergi. Senang bertemu denganmu Cera. Sampai jumpa" pria itu langsung berlari pergi.

"Eh, namamu?" teriak Cera karena belum mendapat jawaban. "Reinald" teriak pria itu yang sudah hilang dari pandangan Cera.

"Reinald ya?" gumam Cera sambil tersenyum. "Nama yang tidak asing"

Setelah puas berbelanja Cera segera mencari kakaknya, dan menemukannya di dekat ruangan Sean.

"Kakak!" teriaknya. Thera dan Sean menoleh, lalu mereka saling berpandangan seolah mengisyaratkan sesuatu. "Ada apa?" tanya Cera.

"Ahahahha. Tidak" sahut mereka hampir bersamaan. "Apa sudah selesai belanjanya?" tanya Thera. "Sudah. Tinggal menunggu kakak untuk membayarnya" jawab Cera.

"Oke. Ayo Thera, bayarlah" senggol Sean. "Diskon 50 persen ya. Aku sangat mencintaimu" goda Thera. Sean tertawa dan mendorong pelan tubuh Thera menuju kasir. Cera hanya mengikuti dari belakang dan tersenyum geli melihat kelakuan kakaknya dan sahabatnya itu.

Setelah selesai membayar, Thera dan Cera pun langsung pamit pergi. Sean mengantar sampai depan. Ia merasa khawatir dengan Thera, seolah sahabatnya itu tengah menyembunyikan rahasia besar.

Di sisi lain.

"Uh. Aku hampir telat gara-gara kakak" kesal Cindy yang turun dari mobil dan menutup pintunya agak kasar.

"Wo, hati-hati dong. Jelek-jelek gini mobil bersejarah ya" rutuk Reinald. Cindy hanya menjulurkan lidahnya, mengejek. "Kau!"

"Kalau kau memang masih menyukainya, harus ya tadi langsung bilang. Kenapa basa-basi lama. Kau sudah lama mencarinya, dan akhirnya ketemu malah seperti itu" cerocos Cindy.

"Diamlah dan pergi sana" Reinald langsung menyalakan mobilnya dan meninggalkan tempat itu, tak mempedulikan teriakan Cindy.

Ia menghela nafas kasar. Cera masih belum ingat dengannya, sungguh ironis, ia terlalu berharap banyak. Ia tersenyum sedih, namun ia tidak boleh menyerah.

...----------------...

"Cera! Tunggu!" teriak seorang pria, saat melihat seorang wanita yang sangat dikenalnya. Namun wanita itu tak menoleh.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!