Episode 14 : Pertemuan Keluarga

"Cera. Tolong bantu ibu ambilkan alat pemanggang di samping lemari es" kata Nyonya James yang tengah sibuk mengambil beberapa arang.

"Siap. Bu" Cera yang baru selesai mencuci sayuran segera melakukan apa yang di suruh ibunya. Melihat kekasihnya agak kesulitan mengambil pemanggang itu, Daniel segera membantunya dan mengangkat alat itu ke halaman belakang.

"Hm? Ini cukup enak" Thera tengah menemani Arina mengupas buah, sambil sesekali mencicipinya. Mereka saling tersenyum satu sama lain.

Tak berapa lama tuan James datang membawa sebuah kotak besar berisi ikan-ikan segar dan bahan makanan laut dari pasar. Daniel segera mengambil alih kotak itu dan membawanya ke dalam.

"Kau sudah pulang?" tanya nyonya James, mengambil jaket yang dilepas suaminya dan segera menyimpannya di rak gantungan.

"Kalian sibuk sekali. Semua sudah disini, dimulai saja acaranya" Tuan James meneguk air, dan tersenyum melihat pemandangan itu.

"Tentu saja harus menunggu Sola. Dia akan segera datang, baru kita mulai" sahut Cera yang muncul dari balik pintu.

"Sola?" gumam Tuan James dengan ekspresi wajah yang dingin. Ia tak mengucapkan kata selanjutnya dan hanya berbalik dan pergi, seketika suasana sedikit suram. Nyonya James segera mengikuti suaminya, sedang Thera dan Cera saling memandang.

"Ah, sudahlah, ayo kita lanjutkan, pasti sebentar lagi Sola datang" kata Cera memecah suasana. "Kak Thera bawa buah-buah itu kesini" tambahnya.

"Oke" Thera segera merapikan buah-buahan yang baru saja dikupas Arina, "Biar aku saja. tolong bawakan botol ini saja" ucapnya, tak membiarkan kekasihnya membawa barang berat, itu selalu berhasil membuat Arina tersipu. "Baiklah. Hati-hati" ucapnya sambil mengekor dibelakang Thera.

Sola berdiri lama di depan pintu gerbang rumah keluarganya, ia memandang dengan wajah bahagianya. Reinald yang sejak tadi ada di sampingnya juga ikut tersenyum senang melihatnya. Dia cukup lega karena berhasil mempertemukan Sola dengan keluarganya.

"Aku tahu kau sangat bahagia, tapi kakiku sudah pegal, tanganku juga menyedihkan" Reinald memberi isyarat. Sola meliriknya, ya, memang ia cukup banyak membawa makanan dari rumahnya tadi, ia hanya nyengir dan mengambil beberapa kotak dari Reinald. "Maaf" ucapnya. Lalu mereka masuk.

Entah kenapa Reinald kembali gugup, karena ini pertemuan pertamanya dengan keluarga James setelah bertahun-tahun tak bertemu. Ia menarik nafas panjang dan mengikuti Sola.

"Wah, sudah selesai ya, maaf telat" ucap Sola, membuat semua yang ada di sana menoleh kearahnya.

"Sola! Rein!" teriak Cera yang langsung menghampiri mereka. Thera yang masih mengipasi arang, tersenyum lebar melihat adiknya datang. Sola memeluk Cera, lalu yang lainnya. Dan saat giliran Thera, Sola sedikit menahan rasa sedihnya, ia memeluk kakaknya sedikit erat, "Kakak baik-baik saja?" bisik Sola. Thera menepuk bahu Sola dan tersenyum sambil mengangguk pelan. Sola mencoba tenang dan hanya menanggapi dengan senyum.

"Bu! Sola dan pacarnya datang!" teriak Cera.

"Eh?" Sola meringis, pasalnya kini semua mata menuju kearahnya dan Reinald yang tersenyum kikuk. "Halo semua!" ucap Reinald.

Thera menarik tangan Sola, "Dia pacarmu?" tanyanya penuh selidik. "Ah, itu..." belum sempat menjawab pertanyaan kakaknya, Thera sudah lebih dulu menghampiri Reinald.

"Hm, kenapa aku sedikit familiar denganmu?" tanya Thera sambil menatap Reinald penuh selidik.

"Sudah lama tak jumpa, apa kabar kak Thera?" ucap Reinald.

"Kau mengenalku?"

"Tentu saja"

"Kakak tidak akan menyangka kalau dia itu si hidung tomat Reinald" interupsi Cera.

"Ah, putra paman Klein. Wah, kebetulan yang luar biasa sekali, bagaimana kau bisa jadi pacar Sola. Kapan kalian ketemu? Berapa lama kalian pacaran?" cerca Thera.

"Eheh itu..."

"Sudahlah kakak jangan mulai lagi, ayo kita mulai acaranya" kata Cera. Reinald menghela nafas lega, begitupun Sola, yang sebenarnya sejak tadi ia cukup tenang, karena memang ia tak ingin menyanggah, hanya akan mengatakan kebenarannya nanti, tapi bukan saat ini.

Tak berapa lama Nyonya James datang membawa sekotak asinan, dan tersenyum bahagia melihat Sola. Sola memeluknya, lalu Reinald, dan pertanyaan yang sama lagi.

Setelahnya acara pun dimulai, mereka bercengkerama dengan asyik. Namun Sola tak melihat ayahnya sejak tadi.

Sedangkan Tuan James hanya memperhatikan Sola dari balik korden jendela. Matanya terlihat sendu namun ekspresi wajahnya tetap dingin.

Sola meminta ijin ke kamar mandi. Dan kebetulan saat itu ayahnya baru keluar dari kamarnya, mereka pun saling berpapasan. Sola langsung membungkuk memberi hormat, hatinya sangat bahagia.

"Apa kabar?" ucap Sola. Tuan James hanya mengangguk tanpa mengubah ekspresinya, lalu ia pergi keluar meninggalkan Sola yang terdiam ditempat dengan bingung.

Namun hal itu teralihkan saat mendengar ada benda jatuh di lantai, dengan ragu ia ingin melihat apa yang terjadi disana.

"K-kak Thera?" gumam Sola saat melihat Thera jatuh terduduk dengan darah di hidungnya. Dengan segera ia membantu Thera berdiri dan mendudukkannya di ranjang.

"Kau Sola?" tanya Thera lemah. Sola berdehem mengiyakan. "Baiklah. tolong tutup pintunya" katanya lagi. Sola pun menutupnya lalu kembali dan menyeka hidung kakaknya dengan sapu tangannya.

"Kak, kakak ikuti saja apa yang disarankan dokter kakak" ucap Sola.

"Sola? Kau menyelidiki ku?"

"Maafkan aku, aku hanya tidak bisa diam saja melihat kakak seperti ini"

"Haih, kau tenang saja, kakak tidak apa-apa"

"Tidak. Aku bukan lagi anak kecil yang bisa di bohongi. Maafkan aku tapi, kakak bisa mengambil sumsum tulang belakangku"

"Sola!" Thera agak sedikit keras mengucapkannya, ia bahkan menyingkirkan tangan Sola dan menatapnya tak suka. "Jika kau mengatakannya sekali lagi, maka aku akan sangat membencimu" katanya.

"Kak..." Sola tak ingin melanjutkan kalimatnya, ia paham kenapa kàkaknya seperti itu. Sola mengambilkan obat milik Thera dan memberikannya segelas air, lalu pergi dari sana, "Kakak bisa menghubungiku kapan saja" katanya sesaat sebelum pergi.

Thera menatap nanar adiknya itu, antara senang dan sedih. Ia sangat senang karena adiknya begitu mempedulikannya dan sifatnya sangat tenang membuatnya sangat mempercayainya, tapi ia sedih, bagaimana bisa adiknya memperlakukannya dengan begitu baiknya sedangkan selama ini ia tak bisa menjaganya, dengan semua kehidupannya yang buruk dimasa lalu.

Tak berapa lama pintu di ketuk, dan Tuan James masuk.

"Ayah?" ucap Thera.

"Dia mengetahui keadaanmu?"

Thera mengangguk. "Tapi aku sangat mempercayainya" ucapnya. Tuan James menghela nafas, "Lakukan operasi itu. Ayah akan menjadi pendonornya"

"Tidak. Itu tidak akan terjadi"

"Thera!"

"Ayah. Kumohon jangan membahas ini lagi. Aku pasti akan hidup lebih lama". Thera meneguk airnya sekali lagi dan kembali kebawah, meninggalkan tuan James di tempatnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!