Episode 4 : Kebun di Pinggiran Kota

source : pinterest

Seorang pria terlihat tengah sibuk menyiangi gulma diantara tanaman sayurnya. Hari masih pagi jadi sangat bagus untuk beraktifitas dan mencari keringat. Setelah selesai dengan gulma-gulma itu ia memetik beberapa sayuran yang siap konsumsi lalu mencucinya dengan bersih.

"Rein! Apa kau masih sibuk? Sudah waktunya sarapan" teriak seorang wanita dari arah rumah. Pria itu menoleh dan menyeka keringatnya.

"Oke. Tunggu sebentar" jawabnya, segera melepas sarung tangannya dan mencuci tangan. Ia pun masuk kerumah tak lupa membawa sayuran yang baru dipetiknya.

"Seladanya terlihat segar" ucap wanita itu. Sola Anastasia.

""Tentu saja. Petani tampan dan pintar Reinald selalu menghasilkan tanaman dengan kualitas terbaik" kata Reinald dengan penuh percaya diri.

Sola tertawa sambil menuangkan air kedalam gelas dan memberikannya pada pria yang kini duduk dihadapannya itu. Reinald Kleiner.

source : pinterest (REINALD KLEINER)

Reinald mengamati makanan yang tersaji dengan tatapan sulit dipahami.

"Jangan bilang makanannya tidak enak ya" ucap Sola yang melihat ekspresi Reinald. Reinald nyengir dan mulai mencicipi makanannya. "Hm. Tidak buruk. Lumayan" ucapnya ala-ala vloger, lalu mulai menyantap makanannya dengan sedikit rakus.

Sola hanya terkekeh karena sudah terbiasa dengan hal itu. Ia pun mulai makan juga.

"Oh ya, hari ini aku akan mengirim buah ke Sean, kau mau sekalian ku antar?" tanya Reinald. Sola menggeleng, "Tidak perlu, aku masih harus ke rumah Produser Crish, dia menyuruhku mengambil beberapa dokumen" ucapnya.

"Baiklah" Reinald melanjutkan makannya. Ia mengingat kejadian 5 tahun lalu.

Saat itu ia ingin mencari sahabat masa kecilnya, juga cinta pertamanya, Cera Nathalie. Namun ternyata ia malah bertemu Sola yang wajahnya sama persis dengan Cera, bahkan sulit dibedakan. Mereka bertemu di sebuah agency musik Stars Entertainment, dan Sola bekerja disana sebagai asisten produser.

Memang dulu Reinald adalah seorang penyanyi muda yang cukup bertalenta, dan sudah mengeluarkan satu album, namun karena sebuah kecelakaan, dan ada cedera di dadanya membuatnya akan kesulitan untuk mengolah suara perut, otomatis suaranya tak akan bisa maksimal.

Saat itu ia sangat putus asa, namun karena dukungan Sola ia bisa kembali bangkit dan memilih menjadi petani dan membuat kebun di pinggiran kota, mengikuti jejak keluarganya yang memang seorang petani. Dan ternyata ia cukup sukses.

Meski begitu, ia tetap mencari keberadaan Cera. Dan seminggu yang lalu ia benar-benar menemukan alamat Cera. Dan mulai mengikuti Cera hingga ke kedai secara diam-diam.

Ia bahkan membeli jus disana, namun Cera tak mengenalnya. Memang sedikit kecewa, tapi ia senang karena bisa menemukan cinta pertamanya itu.

Hingga kemarin tak sengaja ia melihat Cera hampir terjatuh karena pingsan dan segera mengantarnya pulang.

"Ada apa?" tanya Sola membuyarkan lamunan Reinald.

"Tidak. Hanya kepikiran dengan masa lalu saja" jawab Reinald lalu tersenyum.

"Yaa, aku sungguh bersyukur bisa mengenalmu juga. Kadang aku berpikir, kenapa aku tidak mengenalmu dari kecil saja" ucap Sola, ia juga teringat kisah masa kecilnya yang cukup menyedihkan. Bahkan ia sangat tidak ingin mengingatnya. "Ya sudahlah, itu cuma masa lalu" tambahnya.

"Mantap. Ada sarapan" seru seorang wanita yang baru datang dan langsung mengambil makanan dan langsung menyantapnya tanpa memedulikan dua orang yang kini menatapnya.

"Uah, aku lapar sekali" ucapnya dengan mulut yang masih sibuk mengunyah.

"Dasar anak tidak punya sopan santun. Tanpa salam langsung menyerobot makanan" rutuk Reinald yang sudah menyelesaikan makanannya. Sola terkekeh sambil memungut piring kotor untuk dibersihkan.

Cindy Mayhew. Gadis itu hanya melirik Reinald dan melanjutkan makannya.

"Sebagai seorang kakak sepupu yang patut diteladani, kau harus memperlakukan adik sepupumu yang super cantik ini dengan baik" ucapnya setelah meneguk segelas air.

"Cih. Kakak sepupu" Reinald mencibir lalu pergi ke kamar mandi. Badannya agak tidak enak karena keringat tadi.

"Ya sudahlah. Pokoknya aku mau numpang. Antar aku ke kampus" ujar Cindy sedikit berteriak karena Reinald sudah ada di kamar mandi.

Cindy memperhatikan Sola yang masih sibuk mencuci piring. "Kak Sola. Kau akan bekerja hari ini kan? Apa kita akan pergi bersama?" tanyanya. Sola meletakkan piring bersih di rak dan memandang Cindy.

"Aku bekerja. Tapi aku harus ke rumah Produser dulu. Jadi tidak bareng kalian" ucap Sola.

"Hmn, oke. Padahal aku ingin melihat ke tempat kerja kakak. Siapa tahu aku ketemu dengan Lucas disana" gumam Cindy sambil membayangkan idolanya.

"Ahahah. Sangat sulit bertemu dengannya, bahkan para staf saja sangat jarang bertemu" ucap Sola. Cindy mendengus sedih. "Ya, setidaknya melihatnya agak jauh sedikit tidak masalah kan. Ya sudahlah".

"Hah, dalam pikiranmu hanya ada pria-pria cantik yang tidak berguna itu, siapa tadi? Unggas?" cerocos Reinald yang baru keluar dari kamar mandi.

"Berhentilah menghujat mereka. Lagian itu juga isi kepalaku sendiri kan, dan lagi, namanya Lucas bukan unggas" kesal Cindy. Sola tertawa melihat mereka berdua seperti itu.

"Ya sudahlah, aku pergi dulu ya" pamit Sola sambil meraih tasnya di dekat Cindy.

"Oki doki. Jangan lupa salamku untuk Lucas" teriak Cindy. Reinald mengetuk kepala Cindy dengan telunjuknya. "Hati-hati di jalan" teriaknya pada Sola yang di jawab dengan lambaian tangan.

"Kita juga berangkat" ajak Reinald mengambil kunci mobil dalam laci. Dan beranjak keluar.

"Tunggu! Kenapa naik mobil ini?" tanya Cindy melihat Reinald menaiki mobil pick up nya. Reinald mengeluarkan kepalanya dari kaca pintu mobil. "Karena kita harus mengirim buah dulu ke Sean" ucapnya.

"Yaih ini menyebalkan. Kenapa hari ini" kesalnya.

"Mau naik tidak? Kalau tidak aku tinggal" Reinald sudah menyalakan mobil. Tak ada pilihan lain Cindy pun ikut naik.

Selama perjalanan, Cindy memilih memasang headsetnya, ia tak ingin mendengarkan ocehan kakak sepupunya itu. Sedang Renald memilih untuk fokus saja.

Akhirnya mereka sampai di Sean Store, sebuah pusat perbelanjaan tempat Reinald menjual dagangannya, lebih tepatnya Reinald adalah penyuplai sayuran dan buah-buahan juga mengelola kebun buah yang ada di belakang tempat itu.

"Hai. Kau sedikit telat hari ini" sapa Sean pemilik toko saat Reinald baru datang.

"Ahaha. Ya, masih ada sedikit urusan tadi" ucap Reinald yang turun dari mobil diikuti Cindy.

"Kau mengajak adikmu lagi?"

"Sebenarnya tidak, dia yang mau ikut" Cindy masih memainkan ponselnya dan hanya melirik Reinald. "Lumayan ada yang membantu" tambahnya. Sean tertawa kecil.

"Hari ini 200 Apel, 150 belimbing dan 250 pir" Reinald menurunkan kotak-kota berisi buah dari atas mobil.

"Oke. Sesuai pesanan. Sebentar aku akan memanggil David untuk membantu" Sean pergi.

"Oiii... Letakkan ponselmu dan bantu aku mengangkat ini" teriak Reinald pada Cindy.

"Auhh... Kau benar-benar tega menyuruh wanita lemah sepertiku?"

"Baiklah. Aku potong saja uang bulananmu"

Cindy memutar bola matanya kesal. Selalu saja diancam dengan potong uang bulanan. Mau tak mau ia tetap membantu kan.

Reinald tersenyum menang, dan mulai mengangkut kotak-kotak itu kedalam gudang.

"Oh hai David" sapanya pada seorang lelaki yang baru datang. "Hai. Brother!" jawab David dengan senyum ramahnya. David segera ke mobil mengambil kotak buah, dan melihat Cindy tengah menurunkan beberapa kotak.

"Eh? Nona cantik sepertimu kenapa harus mengangkat kotak-kotak berat ini?" ucap David mengambil kotak dari tangan Cindy.

"Tentu saja aku tidak pantas. Karena kau disini aku akan pergi" sahut Cindy dan tersenyum kecut.

"Okay. Serahkan padaku"

Cindy melihat David tersenyum dengan penuh semangat. Ia terbengong. 'Bagaimana ada manusia tampan seperti dia tersesat disini? Aaah, aku seperti sudah menemukan belahan jiwaku' batin Cindy yang masih mengamati setiap pergerakan David.

"Woooi, air liurmu sampai tumpah tuh" ucapan Reinald membuatnya sadar dan menyeka mulutnya yang tidak ada apa-apa. "Eheh. Bodoh" ejek Reinald. Cindy ingin sekali melempari kakak sepupunya itu dengan batu paving yang tertumpuk di sampingnya.

"Ha, jadi kau adiknya kak Rein?" tanya David yang tiba-tiba ikut nimbrung.

"Eh. I-iya" ucap Cindy tergagap dan salah tingkah. Reinald hanya menggeleng melihat kelakuan adik sepupunya itu.

"Bukankah itu kak Sola?" Cindy menunjuk kearah pelanggan yang baru datang. Reinald dan David menoleh.

"Itu Cera" jawab David.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!