source : pinterest ( BELLA DANN )
Mereka berempat duduk bersama di ruang keluarga. Dan masih saling berpandangan bahagia.
"Sola. Ini sungguh mengejutkan. Bagaimana kita bisa begitu mirip?" Cera yang masih terkagum mulai membandingkan wajahnya dan wajah Sola.
"Aku sungguh tidak bisa membedakan kalian jika style kalian sama, untung saja ada bedanya" ucap Thera. Cera mengerucutkan bibirnya pada Thera. "Meski beda, kami tetap cantik, bukan?".
"Kau? Apa iya?" Thera mencibir Cera. "Hooo. Kakak jahat sekali. Itu artinya kakak meragukan kecantikan Sola juga" ujar Cera sambil menyipitkan mata dan menunjuk Thera.
"Tentu saja tidak begitu. Sola tetaplah cantik, kalau kau, aku sedikit ragu" ujar Thera, lalu di sambung tawa ibunya.
"Jangan dengarkan dia, Sola. Oh ya, kau tinggal dimana?"
"Hmn, aku sering tidur di kantor, tapi aku punya apartemen kecil di pinggiran kota" ucap Sola.
"Hwaah. Kau sudah punya apartemen? Kau kerja apa?" kini Thera yang bertanya.
"Ehm, asisten produser musik"
"Kau bisa menyanyi? Hwaaah. Itu memang adikku. Hahahah"
"Eh, tidak, aku hanya membantu bosku membuat rekaman para penyanyi saja"
"Itu menakjubkan sekali" Cera merangkul lengan Sola seolah tak ingin lepas darinya karena saking bahagianya.
"Baiklah. Mari kita makan siang dulu. Kau sudah lapar kan Sola" Nyonya James memegang bahu Sola, mengajaknya ke ruang makan.
Cera dan Thera pun mengikuti mereka dan duduk melingkar di ruang makan.
Mereka menikmati makanan dengan penuh tawa. Sola yang semula takut dan khawatir tidak akan diterima di keluarga itu, kini sudah tenang dan merasa sangat nyaman. Sungguh perasaan yang ingin di milikinya sejak kecil. Ia bahkan sempat meneteskan air mata, namun di sembunyikannya.
Thera yang mengetahui itu memegang bahu Sola dan tersenyum padanya, seolah mengatakan, "Tenang saja, kau sudah kembali ke keluargamu. Berbahagialah"
Hari sudah semakin larut, dengan obrolan dan canda tawa.
"Kau akan menginap di sini, kan?" tanya Cera setelah beberapa kali menguap. Sola meletakkan kaleng minumannya.
"Sepertinya aku harus kembali, karena besok aku harus pergi ke kota untuk pekerjaan" jawab Sola enggan.
"Haih, kau ternyata begitu sibuk. Padahal aku sangat ingin bersamamu lebih lama"
"Ya, benar, tidurlah disini. Hari juga sudah malam" ucap Thera yang baru datang dengan sekotak ayam goreng.
"Sungguh aku sangat ingin, tapi aku belum berberes untuk besok. Maafkan aku"
"Baiklah. Tapi aku akan mengantarmu sampai apartemen" Thera mengambil kunci mobilnya dan bersiap.
"Haduuh, ayahmu belum juga pulang. Kau belum bertemu ayahmu" Nyonya James terlihat sedih.
"Iya, tidak biasanya ayah harus lembur" gumam Cera.
"Aku akan datang lagi nanti. Ibu jangan khawatir" ucap Sola mencoba menenangkan.
"Tentu saja harus datang lagi, kalau perlu kau harus pindah kesini, jadi kita bisa berkumpul bersama" Cera memeluk Sola erat. Lalu Nyonya James.
Thera sudah menunggu di depan rumah, Sola pun masuk mobil. Ia melambaikan tangannya pada Ibu dan saudara kembarnya. Dan mobil pun melaju di jalan raya.
Selang beberapa waktu, Tuan James datang.
"Kenapa kalian di luar?" tanyanya.
"Ayah kenapa pulang telat? Sola sudah kembali" sungut Cera. Tuan James mengernyitkan dahi, sambil menatap istrinya dengan penuh tanya.
"Putri kita yang hilang, dia sudah tumbuh begitu cantik dan pandai" jawaban Nyonya James membuat Tuan James terbelalak.
"Kau bilang, putri kita? Saudara kembar Cera?" ucapnya mencoba mengulangi apa yang di dengarnya.
"Tentu saja, Ayah. Aku juga kaget karena sejak kecil kalian tidak memberi tahuku hal itu"
Tuan James hanya diam dan masuk ke dalam rumah. Ia tak merespon apapun yang di ucapkan Cera dan juga istrinya. Ketakutan mulai menguasai dirinya, takut akan kemalangan yang akan menanti keluarga bahagianya.
"Suruh Thera segera pulang" ucapnya singkat, lalu masuk kedalam kamar.
"Ada apa dengan Ayah?" tanya Cera. Nyonya James juga bertanya-tanya akan hal itu. "Mungkin dia lelah. Sebaiknya kau juga istirahat"
...----------------...
"Apakah kakak sedang sakit?" tanya Sola. Thera tersenyum dan menggeleng pelan. "Mungkin kelelahan. Tapi tidak masalah, cukup minum vitamin saja" jawabnya sambil memarkir mobilnya di tepi jalan.
"Seperti itukah? Tapi kakak terlihat sangat pucat" Sola terlihat khawatir.
Thera merasakan sakit di kepalanya, ia mengambil botol obat di sakunya dan menelan dua butir.
"Biarkan aku yang mengemudi, kakak bisa istirahat dulu" ucap Sola yang langsung keluar dari mobil dan mengambil alih kemudi.
"Maaf ya Sola. Aku malah merepotkanmu" Thera merasa bersalah.
"Tidak masalah, aku sudah terbiasa menyetir sendiri. Aku akan mengantar kakak ke rumah sakit ya"
"Tidak perlu. Aku cukup tidur sebentar saja. Mungkin aku agak kelelahan" ucap Thera yang masih menekan pangkal hidungnya sambil mencoba tidur.
Sola melirik Thera sesekali untuk memastikan. Kakaknya itu pasti sangat bekerja keras. Ia melirik botol obat yang menyembul dari saku celana Thera. Dengan ragu ia mengambil barang itu.
Ia agak mengernyitkan dahi melihat obat milik kakaknya. Ia merasa familiar dengan obat itu. Hanya saja ia lupa, yang ia tahu obat itu adalah obat keras. Dengan sebelah tangannya ia memotret isi obat itu dan mengirimkannya pada Louis, temannya yang merupakan seorang dokter di Rumah Sakit Internasional. Lalu ia mengembalikan obat itu ke kantong celana kakaknya lagi.
Tak berapa lama ia sudah sampai di apartemennya. Namun ia tak tega membangunkan Thera yang sudah terlelap. Mungkin efek obat juga. Ia pun tetap di mobil dan menyelimuti tubuh kakaknya dengan syalnya.
'TING'
Pesan dari Louis masuk.
'Hei. Apa kau sakit?'
'Bagaimana keadaanmu?'
'Ini obat berdosis tinggi. Bagaimana kau memilikinya?'
^^^'Aku baik-baik saja'^^^
^^^'Ini obat milik seseorang. Obat apa sebenarnya?'^^^
'Itu obat untuk kanker. Dan dilihat dari dosisnya kemungkinan sudah masuk stadium 2 atau 3''
Sola menutup mulutnya yang seolah ingin berteriak tak percaya. Bahkan ia baru saja bisa bertemu keluarga kandungnya, apakah harus ada perpisahan lagi. Ia masih memandangi wajah kakaknya yang terlihat pucat itu.
"Kau sudah tahu?" Thera membuka matanya tanpa mengubah posisinya saat ini.
Sola terkaget karena Thera sudah sadar. "Kakak sudah bangun?" tanyanya.
"Aku hanya memejamkan mataku" Thera memperbaiki posisi duduknya agar tegap. "Kau lebih peka dari Cera" ia tersenyum sambil menatap Sola.
"Aku. Minta maaf, tidak seharusnya ceroboh seperti itu" Sola menunduk menyesal. "Tapi, kakak..."
"Aku tahu ke khawatiranmu. Tapi aku baik-baik saja. Memang takdirku seperti ini"
"Tapi, aku mohon padamu untuk tidak memberitahukan pada siapapun tentang penyakit ini"
"Aku tahu" Sola tak bisa menolak, ia masih terlalu sungkan mencampuri urusan orang lain meski Thera adalah kakak kandungnya yang baru ia temui.
"Kau benar-benar kebalikan Cera. Kau begitu tenang menghadapi segala sesuatu"
"Aku hanya terbiasa seperti itu. Kakak mau turun dulu, akan kubuatkan sup. Agar kakak sedikit lebih baik" tawar Sola.
"Aku akan merepotkanmu"
"Tentu saja tidak. Ayolah"
Thera terdiam, ia benar-benar tidak menyangka ada Cera versi lain di hadapannya. Sejak kecil ia hanya sering bermimpi memiliki dua adik yang sangat mirip dengan dua sifat berbeda. Dan pernah sekali bermimpi salah satu adiknya mendorong saudara kembarnya dan ia hanya diam melihat itu.
Jika memang mimpi pertama menjadi kenyataan, akankah selanjutnya juga sama? Tentu saja ia tak ingin hal itu.
"Kakak" panggilan Sola membuyarkan lamunannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
🍾⃝ ͩSᷞɪͧᴠᷡɪ ͣ
keren thor ada visual gambarnya. cicil sampe sini dlu bacanya. jgn lp mampir karyaku "DICINTAI OLEH RAJA MAFIA"/Rose//Pray//Ok/
2025-03-23
1