Sejenak Guna melirik gadis yang duduk manis di sebelahnya lalu menjawab ucapan sang mama dengan deheman saja.
"Kita mau kemana?" lirih Giana.
"Mau ke Amerika!"
Giana mendesis, "Isshhh! Dasar manusia kulkas."
"Masih keturunan ular, ya? Ndesisnya persis banget."
"Iya! Masih keturunan ular dan ularnya siap menelan, Tuan!" jawab Giana sengit.
'Hadeehh! Lama-lama, aku dekatan dengan manusia kulkas ini bisa-bisa darting aku,' gumam Giana, akan tetapi masih didengar oleh Guna.
Sontak saja Guna langsung melajukan mobilnya dengan kencang karena kesal memdengar Giana berulang kali menyebutnya manusia kulkas.
'Kurang ajar! Di kantor ada Widhya yang ngatain saya manusia kutub, lah di sini ada si cempreng ini yang ngatai saya manusia kulkas,' batin Guna.
Kemudian Guna menambah kecepatan roda empat tersebut sehingga Giana memekik keras agar karena ketakutan dengan laju mobil yang sangat kencang, sedangkan Guna bersorak dalam hati karena merasa menang telah berhasil menakuti si cempreng yang ada di sebelahnya.
"Tuan kalau mau mati, mati aja sendiri. Jangan ngajak-ngajak saya," racau Giana tanpa jeda.
"Yang mau mati, siapa?"
"Tuanlah, masa iya tukang sapu jalanan. Gila kok di bagi-bagi!" sungut Giana.
Guna tidak menanggapi lagi racauan-racauan Giana, ia fokus melajukan benda beroda empat tersebut.
Beberapa saat kemudian mereka pun sampai di bandara, dengan tergesa-gesa Giana membuka pintu. Ia pengen cepat-cepat menghirup udara segar karena dalam perjalanan ia diliputi ketegangan hakiki.
'Aaarrgghhh! Ini manusia kulkas benar-benar manusia teraneh yang pernah aku temui,' batin Giana.
Begitu turun Giana langsung memuntahkan semua isi perutnya, selain Giana pernah mengalami trauma karena pernah kecelakaan mobil, Giana juga tidak terbiasa dengan laju mobil yang terlalu kencang seperti itu.
Huueekk ... huueekkk ....
Setelah memarkirkan mobilnya Guna pun turun dan menghampiri Giana yang tengah muntah-muntah.
"Kamu kenapa?"
Giana tidak menjawab.
Hueeekkk ..... huueekkkk ....
Giana tetap muntah, sehingga mereka berdua menjadi pusat perhatian.
Perempuan paruh baya menghampiri mereka dan menyodorkan air mineral.
"Ini, Nak. Kasihkan ke istrimu, kasian dari tadi muntah-muntah. Yang sabar ya, biasa awal-awal itu butuh perjuangan."
Guna dan Giana melongo mendengar ucapan perempuan paruh baya tersebut.
"I-iya. I-itu!" Giana ingin menjawab namun tiba-tiba Guna bersuara.
"Makasih, Bu air minumnya, istri saya memang ngidamnya susah."
Giana terperanjat mendengar apa yang Guna ucap, 'Wah! Apa lagi yang manusia kulkas ini lakukan.'
"Oh, iya. Yang sabar, Nak. Kasian istrinya pasti susah makan juga, anak pertama ya?"
"Iya, Bu!"
"Oh, ya. Kalau begitu selamat ya, semoga lancar sampai melahirkan," ucap perempuan itu lalu pamit pergi karena sebentar lagi akan melakukan check in.
Sekarang tinggal mereka berdua, Giana menatap tajam ke arah Guna karena telah membuat orang mengira dia tengah hamil.
"Dasar manusia kulkas! Manusia aneh!" ucap Giana sengit.
Guna mengabaikannya lalu berjalan masuk ke dalam bandara untuk mencari keberadaan mama papanya.
Bruukkkk ....
Baru beberapa langkah Guna berjalan, terdengar suara seperti orang jatuh tepat di belakangnya, saat melihat siapa yang jatuh. Guna sangat terkejut karena Giana sudah terbaring di tanah.
"Giana!"
Guna pun segera menghampiri Giana dan beberapa orang di sekitar situ pun ikut menolong Giana, gadis itu terlihat sangat pucat dan tangannya sangat dingin.
'Apa aku sudah keterlaluan mengerjainya,' tanya Guna dalam hati.
Handphonenya berbunyi, ternyata itu sang mama yang menelponnya.
"Kalian di mana, kenapa bisa lama sekali?" Terdengar suara cempreng milik Anita.
"Kami di depan bandara, Ma. Giana pingsan."
"Apa? Kamu apakan calon menantu, Mama. Hah?"
Tuuttt ...
Sambungan telepon terputus, akan tetapi beberapa saat kemudian Anita dan Angga sudah berdiri di dekat kerumunan.
"Itu, pasti mereka, Pa!" ucap Anita panik.
"Ya sudah. Kita ke sana!"
Bersamaan dengan itu, amblance pun datang.
Anita semakin panik ketika milihat wajah pucat Giana.
"Ya Allah, Giana kenapa bisa begini?"
Guna terdiam ketika mengikuti petugas membawa Giana masuk ke dalam ambulance.
"Mama mau ikut naik ambulance saja,' rengek Anita.
"Jangan, Ma. Biarkan Guna saja yang ikut ambulance."
"Pa! Nanti apa yang harus katakan kepada orangtuanya Giana?"
Angga menenangkan istrinya yang kalut karena takut sahabatnya marah.
"Ssttt, mereka pasti mengerti kok, Ma. Jangan berlebihan, kita masuk lagi yuk. Sebentar lagi mereka sampai!"
Mereka pun kembali masuk karena sebentar lagi pesawat yang orangtuanya Giana akan tiba.
Mereka sebenarnya hendak memberikan kejutan kepada Giana, tidak memberitahu kalau yang mereka jemput sekarang adalah orangtuanya. Namun apa mau dikata malah orangtuanya Giana yang akan mendapatkan kejutan dari anak gadisnya.
Sementara ambulance yang membawa Giana telah sampai, Guna segera menghubungi Linda, salah satu sahabatnya sejak SMA, yang bertugas di situ untuk memeriksa Giana.
Beberapa saat dokter linda memeriksa, Guna tidak tenang menunggu di luar.
Linda keluar lalu tersenyum melihat sang sahabat yang panik, Linda merasa senang melihat sahabatnya yang panik gara-gara seorang perempuan karena selama ini ia sangat tahu persis bahwa Guna tidak mempunya teman dekat perempuan semanjak Sindhy si perempuan lucknut itu meninggalkan Guna demi laki-laki lain.
"Siapa dia?" tanya Linda yang sudah berdiri dihadapan Guna yang tengah berdiri menatap lantai.
Guna mendongak, "Bukan siapa-siapa!"
"Sudah lama ekspresi itu tidak kelihatan," timpal Linda.
"Ah! Biasa saja, aku cuma menolongnya?"
"Hanya sebuah pertolongan, tapi sampai panik begitu?" Linda menatap sahabatnya.
"Gimana keadaanya?"
"Ah ya, ada sesuatu yang perlu aku tanyakan. Tapi berhubung kamu bukan siapa-siapanya, nanti saja tunggu keluarganya datang."
"Bilang saja kepadaku, Lin. Nanti biar aku yang sampaikan."
Linda kembali tersenyum, "Kamu sudah lama mengenalnya?"
"Apa maksudmu, aku sudah bilang aku bukan siapa-siapanya. Pertanyaan macam apa itu!"
"Kalau begitu, kamu tidak berhak untuk mengetahuinya."
Guna terdiam.
"Guna .... Guna .... aku mengenal kamu sudah dari beberapa tahun yang lalu sampai sekarang aku sudah mempunyai anak dua loh."
Sejenak tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut mereka, Guna yang panik namun masih bisa menguasai dirinya karena gengsi mengatup mulutnya rapat-rapat.
Sedangkan Linda sang sahabat, berpikir pasti sahabatnya ada apa-apanya dengan gadis yang tengah terbaring di dalam sana.
"Masih tidak mau mengaku rupanya."
"Kamu sangat kurang kerjaan, Lin. Terus bertanya hal yang sudah aku jawab."
Linda tergelak lalu menepuk punggung Guna, "Antara mulut dan gesturmu sangat jauh berbeda sayang."
"Sok tahu!"
"Hei! Kamu lupa siapa aku? Si pembaca gestur, dan kamu tahu? Sangat tipis untuk meleset," ucap Linda.
Bersamaan dengan itu, muncul beberapa orang dengan langkah cepat dengan wajah panik akut.
Diantara orang-orang yang beriringan tersebut Linda sangat mengenalnya namun tidak dengan dua orang lainnya sama sekali Linda tidak mengenalnya. Baru kali ini ia melihatnya.
"Guna! Di mana Giana, apa dia baik-baik saja?" tanya salah satu dari mereka dengan mode panik on.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
like dan jejak lgi
2021-02-04
1
Flora
20 like sudah mendarat
dikaryamu yang hebat
Tetap semangat
salam dari yuppy
"Diikuti makhluk ghaib"
2021-01-07
1