Anita yang dari tadi diam tanpa segan berbicara "Kalian harus menikah."
Sontak Guna Giana berseru bersamaan "TIDAK!"
Guna tidak terima keputusan mamanya, dia tidak mau menikah dengan perempuan cempreng kerempeng yang menurutnya norak, begitu juga sebaliknya, Giana sama sekali tidak terpikirkan olehnya untuk menikah dengan si kulkas yang selalu memasang wajah datar bagai temhok tanpa cat. Apa yang akan terjadi jika dia menikah dengan laki-laki macam itu.
"Ma! Guna nggak mau nikah, Guna belum siap untuk menikah."
"Kapan kamu siapnya? Nggak inget itu umur udah bangkotan?"
"Pokoknya, Guna. Nggak setuju, Ma!"
"Yang meminta persetujuan kamu, siapa?"
Anita bertanya sengit kepada anak manusia satu itu, dia terus memutar otaknya untuk mendapatkan stok jawaban yang lebih banyak lagi, agar rencananya kali ini tidak berakhir tragis seperti sebelum-sebelumnya.
"Ini semua gara-gara kamu, kalau kamu tidak aneh-aneh dalam bertindak pasti tidak akan kayak gini," ucap Giana.
"Eehh, kok, saya yang salah, kamu tuh. Siapa suruh pagi-pagi masuk kamar saya tanpa ijin."
"Saya, cuman disuruh si Mbok untuk bangunin kamu karena sudah siang, Tuan Edi Gunawan Sari. Yang terhormat."
"Alaahhh, bilang aja ganjen pengen masuk kamar saya, iya kan?"
"Huh! Dasar kulkas, siapa juga yang mau keganjenan sama kulkas kayak, Kamu? Jangan terlalu tinggi PDnya ntar ditabrak pesawat tau rasa, lha kamu aja yang nggak ada kerjaan pake acara ngerjain segala."
Panjang kali lebar Giana menimpali ucapan Guna yang bilang dia ganjen, pengen sekali dia mencakar wajah menyebalkan yang ada di sampingnya, akan tetapi ia menahan gejolak emosi karena tidak ingin menunjukkan ketidak sopanan di depan sahabat orangtuanya.
"Mama, pokoknya Guna nggak menikah dengan perempuan cempreng kerempeng kayak, Dia."
Guna berkata sambil menunjuk ke arah Giana, ia bener-bener tidak ingin menikah dengan orang yang tidak dia tahu sebelumnya. Guna berpikir apa jadinya kalau sampai menikah dengan perempuan cempreng yang berada di sampingnya sekarang.
"Saya juga ogah guling-guling nikah sama kulkas wajah datar bagai tembok tanpa cat kayak kamu."
'Akh, menyebalkan sekali orang ini, dosakah saya jika ingin mencekiknya sekarang juga?' rutuk Giana dalam hati.
Lagi-lagi Anita dan Angga hanya duduk menatap kedua anak manusia itu yang dari tadi saling adu mulut dan saling menyalahkan satu sama lainnya, mereka melihat kedua anak manusia yang ada di depan mereka sekarang adalah makhluk yang paling unik dan mereka berdua memang di takdirkan untuk bersama.
"Sudah-sudah, mau sampai itu mulut berbusa kalian saling menyalahkan tetep kalian akan menikah, TITIK! Tidak ada bantahan."
Anita dan Angga berbicara hampir bersamaan lalu melengos begitu saja meninggalkan dua anak manusia tersebut tanpa memberi lagi kesempatan lagi untuk membela diri.
Guna pun ingin beranjak dari tempat itu, ia mau ke kantor karena sudah telat.
'Ini gara-gara perempuan cempreng kerempeng ini saya jadi telat ke kantor' sungut Guna dalam hati.
Tapi baru dia mengangkat badannya, Giana mencekal pergelangan tangannya, sehingga posisi yang seperti di kamar tadi, terulang dan disaksikan lagi sama duo manusia jahil yang pengen mereka hindari, siapa lagi kalau bukan Anita dan Angga malah tambah satu lagi yaitu si Mbok.
Angga berdecak, "Makanya disuruh nikah secepatnya biar halal mau ngapa-ngapain bukannya malah sok jaim untuk nolak."
"Kamu!" Guna mendelik kesal terhadap Giana.
"Kamu tuh, yang terlalu lembek jadi laki-laki. Baru ditarik segitu aja sudah terjatuh, apa kamu memang senjaga, Tuan kulkas?" Giana tidak mau kalah.
"Akh, Tuan Guna sama Nona Giana mah, telah membuat pandangan Mbok yang masih suci ini ternoda pagi-pagi." Si Mbok nyeletuk disambut auto ngakak oleh Anita dan Angga.
"Allahuakbar, kalian ini disuruh nikah baik-baik malah nolak, kok, malah seneng buat Dosa!" Anita ikut nyeletuk lagi.
'Aduh, alamat semakin runyam ini masalah, Ya Tuhan' rutuk Giana dalam hati.
"Ma, Pa. Tolong jangan pikir macam-macam, ini tidak seperti yang dilihat. Ini murni insiden." Guna membela diri.
"Hah! Insiden?" Anita bertanya
"Tadi pagi judulnya ngerjain, sekarang insiden banyak sekali judul terhadap apa yang kalian lakukan!" Angga menimpali lagi.
"Om. Tante. Yang dikatakan, Tuan Guna itu benar. Ini murni insiden, tadi saya nggak sengaja menariknya." Giana ikut menjelaskan sambil menunduk malu.
"Seperti yang Om dan Tante bilang tadi pagi Gi sayang. Tidak dapat dibantah lagi, kalian akan menikah!" Anita mendekati Giana yang semakin menenggelamkan wajah malunya.
"Tapi Guna nggak mau nikah, Mamah!" Guna mencoba bantah ucapan mamanya.
Tapi itu dia readers Anita menganggap suara Guna hanyalah dengungan nyamuk nggak didengar sama sekali apalagi direspon.
Setelah itu semua sudah bubar dan kembali ke aktivitas masing-masing, Giana kembali merepotkan dirinya untuk beres-beres rumah, tapi pikirannya kemana-mana. Dia nggak fokus karena kepikiran terus kejadian tadi pagi yang mengakibatkan dia harus menikah dengan manusia kulkas.
‘Hah! Mimpi apa semalam sehingga harus dapat kenyataan menikah dengan si kulkas muka datar itu’ Giana bergumam.
Di satu sisi, Guna pun sama halnya dengan Giana, dia sama sekali tidak konsentrasi untuk bekerja, dia berpikir keras rencana apa lagi kali ini untuk menggagalkan rencana orangtuanya buat menikahkan dia dengan perempuan cempreng kerempeng itu.
‘Dih! Amit-amit tingkat kecamatan aku harus nikah sama model kayak gitu’ rutuk Guna dalam hati.
Beda dengan Anita dan Angga mereka seakan mendapatkan lotre mendapatkan ide dalam rencana mereka.
"Pokoknya rencana kita kali ini harus berhasil, Pa," ucap Anita pada suaminya.
"Harus dong, Ma. Apalagi kita punya senjata ampuh untuk menyerang mereka" sahut Angga.
"Bener, Pa. Nggak apa-apa kita dianggap jahat sama dua anak manusia itu” Anita cekikikan.
"Oh iya, Ma. Sudah telepon orangtuanya, Giana belum? Untuk memberitahukan kalau rencana kita sebentar lagi berhasil.”
"Ini, Mama mau telepon, Pa," ucap Anita.
Sepersekian detik, Anita menyibukkan diri dengan handphonenya untuk mencari kontak orangtuanya Giana, dia sudah nggak sabar ngasih informasi bahagia ini ke mereka, jika rencana yang mereka rancang akan berhasil.
Setelah beberapa kali suara sambung di seberang mamanya Giana yang mengangkat.
“Hallo, Assalamu’alaikum."
"Waalaikumussalam."
“Gimana kabarnya, Na?”
“Alhamdulillah, kabar baik-baik saja, Ta!”
"Na, aku mau ngasih tahu kalau rencana kita akan segera terealisasikan," ucap Anita kegirangan.
"Beneran, Ta? Gimana ceritanya? Bukankah kemarin kamu bilang mereka ibarat Tom and Jerry, Ta?" mamanya Giana tak kalah antusiasnya mendengar berita itu.
"Kita punya kartu truffnya mereka, Na. Sehingga mereka di jamin, tidak bisa berkutik untuk menolaknya," ucap Anita terkekeh.
"Apa itu?" tanya mamanya Giana.
"Tahu nggak, tadi pagi aku pergoki mereka berdua di dalam kamarnya Guna, lagi posisi kayak mau ciuman gitu deh," Anita ngakak saat menyampaikan apa yang dilihatnya tadi pagi.
"Whattt?" Mamanya Giana histeris mendengarnya.
"Aduh! Na, tenang aja mereka nggak ngapa-ngapain, kok, mereka hanya terjatuh bersamaan cuman kebetulan aja jatuhnya seperti posisi orang yang lagi ciuman, sudah nggak usah berlebihan gitu histerisnya" ucap Anita panjang kali lebar kepada sahabatnya itu.
"Aku takut aja, Ta. Giana aneh-aneh di situ."
"Ya nggaklah, Giana kan perempuan cerdas berpendidikan lagi, jadi nggak mungkin melakukan hal-hal yang tidak senonoh, percaya anak sendiri napa, Jeng. Tidak perlu berlebihan kayak gitu.”
“Okelah, kalau begitu.”
“Yasudah, kapan kamu sama suamimu ke sini? Sekalian, kita omongin semuanya agar kita cepat mendapatkan makhluk mungil yang namanya cucu."
"Secepatnya kami berangkat."
Setelah keduanya ngobrol ngalur ngidul yang sesekali ditimpali Angga, sambungan telepon pun terputus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Dian Anggraeni
lanjut lanjut lanjuuut 👏👏👏👍👍👍👍
2021-02-11
1
YonhiarCY (Hiatus)
ya ampun tega bgt di bilang bangkotan ngakak😂
2021-01-24
1
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
asisten dadakan berkunjung lagi..😘
mampir juga yuk
semangata kak💪
2021-01-17
1