Bab 12 Minta bantuan Mama

"Bantuin Guna, ngomong ke si cempreng malam ini keluar dengan Guna. Jalan-jalan!" ulang Guna.

Anita tersenyum smirk, terlintas dibenaknya untuk menggoda anak bujangnya tersebut.

"Lagi sariawan, Kamu?"

"Nggak."

"Terus, sejak kapan tuh mulut takut dipake ngomong?"

"Bukan takut, Ma."

"Terus, apa namanya?"

Sejenak Guna terdiam, memikirkan alasan yang tepat agar sang mama mau membantunya ngomong ke perempuan itu.

'Hufff, gimana cara ngomongnya, ini? Padahal sebentar lagi sudah mau jam 7' gumam Guna dalam hati.

"Ayolah, Ma. Ngomong ke perempuan itu. Guna mau mandi dan bersiap-siap."

"Ngomong sendiri! Mama, lagi sibuk."

"Katanya pengen cucu, masa minta tolong gitu aja nggak mau bantu, Ma!" ucap Guna namun beberapa saat kemudian ia sadar akan ucapannya. Guna menyadari bahwa omongannya sudah terlalu jauh.

Berbeda dengan Anita, perempuan yang bergelar mamanya Guna itu, sangat bahagia mendengar ucapan spontan dari sang anak.

"Oke, deh. Mama akan bantu ngomong kalau memang upahnya cucu," ucap Anita sambil mengerlingkan matanya ke arah anaknya.

Guna berlalu tanpa kata, ia segera membersihkan diri dan bersiap-siap.

Anita kembali ke dalam dengan tersenyum lebar.

"Ada apa, Ma?" tanya Angga ketika melihat sang istri senyum-senyum.

"Kayaknya sebentar lagi, makhluk yang bernama cucu itu akan segera menghiasi hari-hari kita, Pa," jawab Anita sambil membuka lemarinya.

"Terus?"

Anita menoleh ke arah sang suami, "Guna."

"Lalu?"

"Akh! Papa terlalu banyak lalu dan terus, mending diam dan sebentar lagi pasti akan mengerti," ucap Anita yang sudah menyelesaikan ritual pakai bajunya.

"Semasih belum ada undang-undang untuk melarang bertanya, 'kan nggak apa-apa, Ma."

Anita tidak menjawab lagi ucapan sang suami, ia beranjak lalu menarik tangan suami untuk ikut dengannya ke kamar Giana.

Angga pun mengikutinya tanpa bertanya lagi, mereka berjalan menuju kamar Giana untuk membujuk perempuan itu agar mau ikut Guna keluar jalan-jalan.

Tok tok tok ..

Beberapa saat Anita mengetuk pintu, muncul sosok gadis manis yang mereka cari, otomatis Giana kaget melihat Angga dan Anita yang berdiri di depan pintu sambil memamerkan deretan gigi putih rapi mereka.

'Kenapa dua orang ini, berdiri di sini. Sambil senyum-senyum lagi,' gumam Giana dalam hati.

"Boleh, Om Tante masuk, Giana?"

"Oh! Boleh-boleh, Om Tante."

Setelah mereka berada di dalam, Anita yang duduk deket Giana dengan bibir yang masih stand by dengan senyumannya.

"Gi! Tante boleh minta tolong sesuatu sama kamu?"

Giana menatap Anita yang masih tersenyum menatapnya, "Boleh, Tante. Kalau Giana boleh bantu, Giana akan bantu Tante."

"Hm! Begini, Tante mau minta tolong. Giana temanin Guna jalan ..... "

Belum selesai Anita ngomong, Giana langsung menjawab.

"Giana nggak mau, Tante."

Anita tidak kehabisan akal untuk membujuk gadis yang ada di depannya saat ini, ia harus berhasil membuatnya mau keluar dengan sang anak.

Sesaat kemudian, Anita menatap Giana dengan mata yang sudah berair dan sedikit terisak sehingga Giana bingung dengan sikap perempuan di depannya saat ini.

Melihat Anita yang diam dengan isakan dustanya membuat Giana merubah pikirannya, ia memang tidak bisa melihat orang-orang terdekatnya mengeluarkan air mata kesedihan.

"Iya, Tante. Giana mau ikut."

Tanpa pikir panjang, Anita langsung memeluk Giana yang sudah merubah pikirannya sambil mengerlingkan matanya ke arah sang suami yang masih kelihatan bingung dengat drama yang ia mainkan.

"Makasih, ya sayang. Sudah mau ikutin maunya, Tante!" dalam hati Anita bersorak, ia nggak tahu jika Giana akan merubah pikirannya ketika melihat air mata kesedihan yang ia buat-buat.

"Iya, Tante! Maafin Giana juga, ya. Sudah bikin tante sedih," ucap Giana tulus.

Giana sama sekali nggak menyadari kalau itu air mata buaya yang susah payah Anita keluarkan.

"Ya sudah, Sayang. Sekarang kamu siap-siap, ya. Tante kaluar dulu dan baju yang akan kamu pake sebentar lagi akan ada orang yang mengantarnya."

"Baju? Giana punya Tante, nggak usah beli."

"Nggak apa-apa, itung-itung sebagai tanda terima kasih karena kamu mau ikut kemauan, Tante."

Giana mengangguk, ia tidak membantah lagi apa yang Anita katakan.

Anita pun beranjak dan menarik keluar tangan sang suami yang hanya terduduk diam dari pertama masuk tadi, Angga hanya jadi penonton drama antara istri dan calon menantunya.

Di tengah jalan Anita berhenti, melihat ke arah sang suami, "Papa sudah mengerti 'kan?"

"Mengerti dari mananya? Tambah bingung, iya!" jawab Angga.

Anita mendengus, "Ah, Papa. Makanya pikirannya dibawa pulang ke rumah jangan ditenggalin di kantor, biar nggak lola kalau Mama ajak ngomong.

"Ya, gini-gini suami paling keceh, loh."

Anita pun terkekeh mendengar jawaban sang suami, itulah suaminya walaupun sering iya keceplosan ngomong absurd namun tidak pernah marah.

"Ya sudah. Nanti mama cerita, Pa. Sekarang kita ke kamarnya Guna dulu."

Mereka berjalan beriringan ke kamar anak bujangnya.

Ketika Guna baru keluar dari toilet terdengar ketukan yang seakan tidak sabar untuk menunggu itu pintu dibuka.

Tok tok tok tok ...

'Ya Allah, ini orang ngetok pintu kok sabaran banget, sih,' batin Guna.

Kriekkk ...

Begitu pintu terbuka yang ngetok pintu langsung merangsek masuk tanpa disuruh masuk, siapa lagi kalau bukan sang mama.

"Ma!"

Anita menoleh, "Ya, ada apa?"

"Astagfirullah, Mama. Sudah ketok pintu kayak ada yang ngejar, eh, malah main masuk saja tanpa disuruh," sungut Guna.

"Mama bawa berita penting, jadi harus cepat-cepat."

Guna membuang nafas sopan, "Berita apa, sih, Ma?"

"Yang tadilah."

Sejenak Guna terdiam, ia lupa bahwa tadi ia meminta tolong mamanya untuk ngomong dengan Giana agara mau ikut dengannya keluar.

"Kenapa? Lupa?"

Akhirnya Guna cengengesan, "I-iya, Ma."

"Huh! Baru kepala tiga, sudah miara penyakit lupa. Makannya nikah biar itu penyakit itu."

Guna mendelik, "Sejak kapan, tuh. Penyakit lupa dan nikah ada kaitannya, Ma?"

"Sejak Indonesia-Belanda perang!" jawab Anita asal.

Guna mancebik mendengar ucapan sang mama.

"Sudah-sudah, kamu siap-siap tapi kalau baju tunggu sebentar. Nanti ada orang yang bawakan baju buat kamu."

"Kok, pakai pesan baju segala, Ma. 'Kan Guna cuma minta tolong bujukin si cempreng saja."

Anita tidak menjawab, perempuan itu langsung beranjak dan keluar sambil menarik tangan suaminya.

Anita sudah memesan baju couple khusus buat mereka di butik langganannya yang sebentar lagi akan sampai, ia sengaja memesan couple tersebut sebagai acara kencan perdana mereka. Padahal Anita tidak tahu saja kalau Guna hanya ingin memanfaatkan Giana untuk mengusir Sindhy agar tidak mengganggunya lagi.

Beberapa saat kemudian couple yang dipesan Anita telah sampai dan sudah dikasihkan ke dua orang yang sedang mereka tunggu-tunggu.

"Mama, nggak sabar, Pa. Tungguin mereka keluar," ucap Anita kepada suaminya saat mereka tengah duduk menunggu orang yang sedang bersiap-siap di dalam sana.

"Sabar, kita tunggu saja. Oh iya, kok mama bisa tahu ukurannya Giana?"

"Ya tahulah, Pa. Semoga Giana suka warnanya."

"Kapan mama mesannya, kok papa nggak ngelihat."

"Tadi."

Setelah itu Angga terdiam, ia juga merasa senang terhadap istrinya. Cekatan, selalu cepat dan tepat dalam melakukan sesuatu dari dulu selalu bisa diandalkan di mana pun.

"Mama memang the best."

Di dalam kamar sana Giana tengah tertegun menatap gamis casual modern yang berwarna hijau tosca yang belikan oleh Anita.

'Pasti harganya mahal,' batin Giana.

Setelah itu Giana memakai gamis tersebut, kembali terkaget karena gamisnya pas dengannya. Sedangkan ia ingat-ingat sang tante nggak pernah menanyakan berapa ukurannya.

Terpopuler

Comments

YonhiarCY (Hiatus)

YonhiarCY (Hiatus)

idaman sekali mertua nya mau dong😂

2021-01-27

1

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

yuhuuu.. jejak lagi

2021-01-25

1

Newdania Safana

Newdania Safana

pengen dong punya mertua kyak gitu,.

2020-12-29

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Kedatangan perempuan baru
2 Bab 2 Tragedi KECOAK
3 Bab 3 Calon menantu idaman
4 Bab 4 Mengajak makan bersama
5 Bab 5 Menemani makan
6 Bab 6
7 Bab 7 Kedapatan berduaan dalam kamar
8 Bab 8 Diharuskan menikah
9 Jengkel
10 Bab 10 Ketahuan saling mengorek
11 Bab 11 Mantan kembali
12 Bab 12 Minta bantuan Mama
13 Bab 13 Bertemu mantan
14 Bab 14 Akting
15 Bab 15 Singa mengamuk
16 Bab 16 Giana tidak menyadari bahwa Guna mengerjainya.
17 Bab 17 Diisengi sang mama
18 Bab 18 Keceplosan
19 Bab 19 Menjemput seseorang
20 Bab 20 Rumah sakit
21 Bab 21 Rumah sakit 2
22 Bab 22 Marah
23 Bab 23 Salah tingkah
24 Bab 24 Ternyata Giana pernah bertunangan.
25 Bab 25 Gelisah
26 Bab 26 Dikira pasangan suami istri
27 Bab 27 Bubur yang terabaikan
28 Bab 28 Dapat undangan
29 Bab 29 Kejutan makan siang
30 Bab 30 Rencana Angga buat Giana
31 Bab 31 Suasana rumah sakit
32 Bab 32 Kejutan untuk Giana
33 Bab 33 Drama Widhya dipecat
34 Bab 34 Lupa
35 Bab 35
36 Bab 36 Gaji untuk Giana
37 Bab 37 Giana dikerjain
38 Bab 38 Kedatangan Giana disaat yang tepat.
39 Bab 39 Bunga untuk Giana
40 Bab 40 Rencana Dinner
41 Bab 41 Keusilan Widhya
42 Bab 42 Dinner
43 Bab 43 Wah ternyata Mama Anita dan Mama Tina mantan ketua Mafia
44 Bab 44 Ice cream
45 Bab 45 Ungkapan Cinta Guna
46 Bab 46 Mengingat masa muda 1
47 Bab 47 Mengingat masa muda 2
48 Bab 48 Terpesona
49 Bab 49 Nisa baik-baik saja
50 Bab 50 Rahmad penasaran
51 Bab 51 Ancaman Mama Anita
52 Bab 52 Kamu calon istriku bukan pelayanku
53 Bab 53 Kita pulang saja Mas
54 Bab 54 manis dan Menggemaskan
55 Bab 55 Si Mbok jadi obat nyamuk
56 Episode 56 Bisik-bisik aula
57 Episode 57 Pilihan Mama memang tidak salah.
58 Bab 58
59 Episode 59 Belajarlah mencintaiku.
60 Episode 60 Apa kamu sudah mencintaiku
61 Episode 61 Terkadang ketenangan menjadi tempat kematian yang sadis.
62 Episode 62 Mata sang mantan
63 Episode 63 Teriakan Giana
64 Episode 64 Hantu kulkas
65 Episode 65 Diejek Widhya
Episodes

Updated 65 Episodes

1
Bab 1 Kedatangan perempuan baru
2
Bab 2 Tragedi KECOAK
3
Bab 3 Calon menantu idaman
4
Bab 4 Mengajak makan bersama
5
Bab 5 Menemani makan
6
Bab 6
7
Bab 7 Kedapatan berduaan dalam kamar
8
Bab 8 Diharuskan menikah
9
Jengkel
10
Bab 10 Ketahuan saling mengorek
11
Bab 11 Mantan kembali
12
Bab 12 Minta bantuan Mama
13
Bab 13 Bertemu mantan
14
Bab 14 Akting
15
Bab 15 Singa mengamuk
16
Bab 16 Giana tidak menyadari bahwa Guna mengerjainya.
17
Bab 17 Diisengi sang mama
18
Bab 18 Keceplosan
19
Bab 19 Menjemput seseorang
20
Bab 20 Rumah sakit
21
Bab 21 Rumah sakit 2
22
Bab 22 Marah
23
Bab 23 Salah tingkah
24
Bab 24 Ternyata Giana pernah bertunangan.
25
Bab 25 Gelisah
26
Bab 26 Dikira pasangan suami istri
27
Bab 27 Bubur yang terabaikan
28
Bab 28 Dapat undangan
29
Bab 29 Kejutan makan siang
30
Bab 30 Rencana Angga buat Giana
31
Bab 31 Suasana rumah sakit
32
Bab 32 Kejutan untuk Giana
33
Bab 33 Drama Widhya dipecat
34
Bab 34 Lupa
35
Bab 35
36
Bab 36 Gaji untuk Giana
37
Bab 37 Giana dikerjain
38
Bab 38 Kedatangan Giana disaat yang tepat.
39
Bab 39 Bunga untuk Giana
40
Bab 40 Rencana Dinner
41
Bab 41 Keusilan Widhya
42
Bab 42 Dinner
43
Bab 43 Wah ternyata Mama Anita dan Mama Tina mantan ketua Mafia
44
Bab 44 Ice cream
45
Bab 45 Ungkapan Cinta Guna
46
Bab 46 Mengingat masa muda 1
47
Bab 47 Mengingat masa muda 2
48
Bab 48 Terpesona
49
Bab 49 Nisa baik-baik saja
50
Bab 50 Rahmad penasaran
51
Bab 51 Ancaman Mama Anita
52
Bab 52 Kamu calon istriku bukan pelayanku
53
Bab 53 Kita pulang saja Mas
54
Bab 54 manis dan Menggemaskan
55
Bab 55 Si Mbok jadi obat nyamuk
56
Episode 56 Bisik-bisik aula
57
Episode 57 Pilihan Mama memang tidak salah.
58
Bab 58
59
Episode 59 Belajarlah mencintaiku.
60
Episode 60 Apa kamu sudah mencintaiku
61
Episode 61 Terkadang ketenangan menjadi tempat kematian yang sadis.
62
Episode 62 Mata sang mantan
63
Episode 63 Teriakan Giana
64
Episode 64 Hantu kulkas
65
Episode 65 Diejek Widhya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!