Bab 6

"Sudah puas ketawanya, Ma? Seneng banget dengar anaknya dikatain kulkas, bukannya prihatin atau dibelain kek, ini malah diketawain," sungut Guna.

Hanya suara tertawa yang semakin naik oktafnya yang terdengar, jengah denga suara tawa yang belum tahu finishnya di mana, Guna langsung memutuskan sambungan teleponnya sepihak.

Setelah mendengar bunyi tut tut tut, Anita menyadari berarti sambungan telepon sudah diputuskan sepihak oleh sang anak semata wayang, akan tetapi ritual tertawanya malah dilanjutkan karena dia merasa puas mendengar kekesalan sang anak. Ia sudah tahu jika sang anak sudah mengambil keputusan untuk memutuskan sambungan telepon sepihak berarti mode kesalnya on di atas rata-rata.

'Rasakan anakku yang tampan tapi aneh' gumam Anita dalam hati.

Dari arah tangga Angga mengernyitkan dahinya melihat tingkah sang istri yang hari ini menurutnya agak absurd, ketawa-ketawa sendiri sampai kencang begitu sambil memandang telepon genggamnya lagi. Angga berpikir bahwa sang istri kerasukan jin handphone.

"Kenapa, sih, Ma? Kayak seneng banget lihatnya?"

Sejenak Anita berhenti dari ritual ketawanya lalu beralih ke sang suami yang baru saja mengenyakkan diri tepat disampingnya.

"Ini, Pa. Ada penelpon malam-malam mencak-mencak nggak jelas." Usai menjawab Anita pun melanjutkan kekehannya.

"Emang siapa yang telepon?" Tanya Angga penasaran.

"Ya, siapa lagi kalau bukan anak semata wayang kita yang sangat tampan menurut kita itu." Ucap Anita.

"Kok, bisa? Memang kenapa dia bisa kesal?"

"Katanya kesal dengan Giana."

"Giana, bikin apa? Kok, bisa sampai Guna kesal pagi-pagi buta begini?"

"Ha ha! Gianan ngatain anakmu kulkas, Pa."

Tanpa dikomando Angga pun mengikuti jejak sang istri untuk tertawa, yah, bisa dikatakan mereka tertawa bahagia di atas kekesalan sang anak.

Beberapa saat Angga menghentikan suara tertawanya karena ia mengingat bagaimana sifat anaknya ketika kesal dengan orang lain.

"Tapi jangan swneng dulu, Ma. Takut nanti Guna ngerjain Giana macam-macam, Mama tahu sendiri jika itu anak sudah kesal dengan orang lain!"

"Oh iya juga, Pa. Yah, Mama nggak mikir sampai ke situ! Terus kita harus bagaimana, Pa?"

Sejenak Angga berpikir apa yang harus mereka lakukan untuk menyelamatkan Giana dari sifat jahilnya Guna jika sedang kesal, tiba-tiba sebuah ide muncul di kepala laki-laki yang sudah berusia enam puluhan itu.

"Papa, punya ide." Ucap Angga.

"Apa, itu idenya, Pa?" Tanya Anita pesaran dan sudah nggak sabar.

"Begini, Ma. Gimana kalau kita tinggal di rumahnya Guna. Sekalian, biar kita dekat dan leluasa untuk melancarkan rencana kita untuk menjodohkan mereka."

Mendengar ide sang suami yang sangat cemerlang dan cepat dicerna oleh beberapa bagian otaknya langsung mengiyakan.

"Wah, ide yang sangat bagus, Pa. Memang selain tampan dan berkharisma, suamiku ini sangat pintar menemukan ide-ide yang sangat cemerlang." Ucap Anita penuh bahagia.

"Suami siapa dulu, dong?" Dengan jumawa Angga bertanya.

"Ah! Suami siapa lagi? Kalau bukan suami Anita Ningrum Ningthyas Prameswari Bin. H. Abidin H. Abubakar." Jawab Anita antusias sehingga membuat sang suami terkekeh gemes.

Yah, walaupun umur mereka tidak muda lagi tapi kadar keromantisan mereka tidak pernah pudar termakan oleh sang waktu malah yang ada makin romantis dan menyayangi satu sama lain.

Anita sangat bahagia dengan ide sang suami, tidak menunggu lama ia mengajak suaminya untuk mengepak barang-barang seperlunya yang akan mereka bawa. Oh iya, masalah pindah tersebut Guna nggak dikasih tahu loh, katanya biar menjadi surprise buat sang anak.

💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕

Keesokan harinya, setelah menjalani dua rakaat, Anita dan Angga sudah bersiap-siap untuk berangkat ke rumah sang anak.

Pukul lima tiga puluh menit mereka berangkat, dengan semangat menggebu-nggebu dalam pikiran masing-masing dengan tujuan yang sama.

Menempuh jarak yang tidak terlalu jauh, beberapa saat kemudian mereka sudah berdiri manis di depan pintu rumah sang anak semata wayang mereka.

Tok tok tok

Anita segera mengetuk pintu beberapa kali, akan tetapi itu benda yang bernama pintu belum ada tanda-tanda untuk terbuka.

'Ini rumah ada penghuninya nggak, sih?' Gerutu Anita.

Sekali lagi Anita mencoba mengetuk pintu tersebut, alhamdulilllah kali ini ada yang membuka. Mereka mengira yang membuka pintu tersebut sang anak tapi ternyata si Mbok. Padahal mereka sudah mengangkat tangan bersiap-siap untuk mengagetkan jika itu sang anak.

Si Mbok pun tak kalah kaget melihat siapa yang datang dipagi-pagi buta begini, si Mbok berpikir nggak kayak biasanya Tuan dan Nyonya besarnya itu bertandang ke rumah sang anak dipagi-pagi buta dan tanpa pemebritahuan sebelumnya.

"Kita nggak disuruh masuk, Mbok?" Seloroh Anita karena melihat perempuan paruh baya yang ada di depannya hanya bengong.

"Eh, jadi lupa, Nyonya. Mari masuk, Tuan Nyonya."

Akhirnya mereka masuk dan dibantu oleh si Mbok membawakan barang-barangnya menuju kamar yang biasa mereka tempati ketika mereka menginap di rumah tersebut.

"Tuan dan Nyonya, mau tinggal di sini, ya? Kok, barang-barangnya banyak bangut?"

Pertanyaan si Mbok diiyakan oleh Anita dan Angga bersamaan dengan semangat.

"Loh, kenapa nggak bilang dulu seperti biasanya, Tuan Nyonya? Biar saya menyiapkan dan membersihkan kamarnya dan keperluan lainnya."

Mendengar penuturan si Mbok, Anita tersenyum karena ia tahu kinerja perempuan paruh baya yang ada di depannya sekarang tidak diragukan lagi. Sangat cekatan dalam bekerja makanya Guna menyukai dan menyayanginya seperti keluarga sendiri.

"Nggak perlu, Mbok. Kami sengaja tidak memberitahukan seperti sebelumnya jika ke sini, kami ingin ngasih surprise buat anak lanang kami yang tampan tapi aneh itu." Jawab Anita.

Si Mbok hanya mengangguk paham dan tersenyum mendengar apa yang di sampaikan oleh sang majikan.

Anita kembali bertanya, "Ngomong-ngomong, tuh, anak kemana, Mbok?"

"Itu, Nyonya. Tuan, belum bangun." Jawab si Mbok.

"What? Jam segini belum bangun? Owalah, pantesan itu anak jodohnya selalu keduluan dicomot orang lain, lah wong bangunnya saja kesiangan macam ini, apa dia nggak salat subuh?." Geram Anita.

"Kalau salat, Tuan Guna tetap, Nyonya. Tapi sudah biasa setiap hari selesai salat tuan kembali tidur, katanya melanjutkan mimpi yang tertunda, Nya." Jawab si Mbok sambil terkikik jika mengingat kata-kata ajaib sang tuan.

"Oh, ya sudah, nanti biar saya yang bangunin Mbok. Terus Giana kemana, Mbok?"

Anita tidak lupa menanyakan perempuan yang sebentar lagi akan menjadi menantunya itu.

"Ada di belakang, Nyonya. Lagi beres-beres, sekalian nyiram tanaman-tanaman yang Nona Giana tanam kemaren."

"Ya sudah, Mbok. Mbok boleh pergi sekarang, terima kasih sudah bantu bawain barang-barangnya."

"Iya, Nyonya. Sudah menjadi kerjaan saya, kalau begitu saya pamit ke belakang dulu untuk melanjutkan pekerjaan yang tertunda tadi."

Si Mbok pun berlalu meninggalkan pasangan suami istri tersebut yang sibuk merapikan dan menata barang-barang yang mereka bawa.

"Lihat, Pa. Calon menantu kita, sudah rajin, terampil dan orangnya juga sangat cerdas satu lagi sangat ramah ke semua orang. Pokoknya kita nggak akan pernah menyesal jika kita bermenantukan perempuan itu." Ucap Anita panjang kali lebar.

"Iya, Ma. Papa juga sangat kagum dengan semua yang ia miliki dan kalau Mama nggak cerita kemaren, Papa nggak tahu loh kalau ia lulusan S2 di Univesitas ternama denga predikat kumlaud lagi. Siapa yang nggak mau bermenantukan perempuan seperti itu, Ma." Timpal Angga panjang kali lebar.

"Kita sama-sama berdoa, ya, Pa. Semoga rencana kita kali ini lancar dan nggak ada hambatan dan mengalami kegagalan seperti sebelum-sebelumnya.

Pernyataan Anita diaminkan oleh sang suami karena pada dasarnya jauh dalam lubuk hati mereka berdua sudah sangat mendambakan makhluk-mahkluk mungil yang bernama cucu.

Beberapa saat kemudian setelah menyelesaikan semuanya, Anita keluar dan bergegas ke kamar sang anak . Dan iya, saja ternyata si anak memang masih meringkuk manis dibalik selimutnya dan pakaian salatnya masih lengkap.

'Ya Allah, kok, ini anak begini amat. Sebenarnya apa yang ada dalam pikirannya sehingga dia tidak mau mencari pasangan hidup seperti teman-temannya' guman Anita.

Sudah puas menatap wajah sang anak, ia kembali mengeluarkan jurus pamungkas suara cempreng melengkingnya agar sang anak bangun dari tempat hibernasinya, eh, tempat tidur maksudnya.

"Guna! Guna!"

Satu kali dua kali, tidak ada respon yang berarti dari Guna, ia hanya menggeliat dan kembali pulas seperti tidak terjadi apa-apa.

'Hm! Ini anak tidur atau mati, sih?' Sungut Anita.

Kali ini, Anita berencana menambah oktaf suaranya agar sang anak langsung berdiri. Akan tetapi belum sempat suara itu keluar dari mulut, samar-samar ia mendengar sang anak seperti menggumamkan sesuatu. Anita lebih mendekatkan indera pendengarnya agar lebih jelas mendengar, ternyata yang di dengarnya tidak salah seperti yang pertama berarti pendengarannya masih normal.

Dalam tidurnya Guna menyebut sebuah nama dan itu membuat sang mama yang ada di situ sontak kegirangan mendengarnya.

Tidak menunggu lama, Anita balik kanan dan berlari secepat mungkin untuk mencari di mana posisi sang suami, ia ingin memberitahukan yang menurutnya berita penting yang barusan ia dengar.

"Eh, Papa. Ternyata ada di sini, dari tadi Mama panggil-panggil, kok, nggak disahutin?"

"Emang kenapa, Ma? Dari tadi Papa hanya di sini, duduk minum kopi buatan si Mbok sambil mbaca koooraannn."

"Hah! Semua info itu nggak penting, Pa. Ini ada info lebih penting dari segala macam info."

"Paling info shopingnya Mama." Timpal Angga cepat.

"Huh! Bukan Papa sayang. 'Kan sudah Mama bilang, ini tuh, lebih dari segalanya." Balas Anita lagi.

"Terus apa?" Tanya Angga penasaran.

"Makanya dengar dulu Mama ngomong, Papa. Jangan kebiasaan disela dulu sebelum selesai."

"Ya sudah, apa Mama. Jangan buat Papa mati penasaran."

"Guna, mengigau nama Giana, Pa." Ucap Anita cepat dengan wajah sumbringah.

"Benaran, Ma? Tanya Angga setengah tidak percaya dengan info yang barusan sang istri sampaikan.

"Ikh! Emang tampang Mama tidak meyakinkan kalau Mama lagi bersungguh-sungguj? Apa Mama pernah berbicara sebuah kebohongan denga Papa? Nggak pernah 'kan?" Sungut Anita yang tidak terima bahwa sang suami tidak percaya dengan info yang ia bawa.

"Iya, juga sih, Ma. Berarti itu menjadi peluang yang sangat bagus untuk rencana kita, Ma." Ucap Angga sedikit manja karena ia sudah merasakan atmosfer negatif dari wajah sang istri akibat ketidak percayaanya barusan.

Moodboster sang istri kembali membaik setelah mendengar ucapan sang suami, saat sekarang yang ia pikirkan hanya bagaimana caranya sang anak menikah.

Dengan senyum sumbringah Anita berucap, "Aamiin Ya Robb, kita doakan yang terbaik buat anak semata wayang kita, Pa. Semoga menikah di tahun ini. Ya sudah, Mama mau lanjutin dulu acara yang tertunda."

Angga mengeryitkan dahinya, "Maksudnya?"

"Bangunin Guna, Pa."

"Oh! Oke! Sholehahnya, Papa."

Beberapa saat kemudian Anita berlalu kembali ke kamar sang anak untuk mebangunkannya karena jam sudah menunjukkan waktu untuk ke kantor. Akan tetapi alangkah kagetnya Anita setelah membuka pintu mendapati Guna dan Giana dengan posisi yang tidak menyenangkan.

"Guna! Giana!"

Kedua insan yang berada di atas tempat tidur itu pun tidak kalah kagetnya dan menoleh ke arah suara.

Terpopuler

Comments

YonhiarCY (Hiatus)

YonhiarCY (Hiatus)

semangat up nya kakak

2021-01-22

1

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

datang lagi nih kak

bersama asisten dadakan..😘

semangat ya dan mampir juga yuk💪

2021-01-09

1

Sunarti Ny Pangaribuan

Sunarti Ny Pangaribuan

😂🤣🤣🤣🤣 ibunya somplak juga

2020-12-14

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Kedatangan perempuan baru
2 Bab 2 Tragedi KECOAK
3 Bab 3 Calon menantu idaman
4 Bab 4 Mengajak makan bersama
5 Bab 5 Menemani makan
6 Bab 6
7 Bab 7 Kedapatan berduaan dalam kamar
8 Bab 8 Diharuskan menikah
9 Jengkel
10 Bab 10 Ketahuan saling mengorek
11 Bab 11 Mantan kembali
12 Bab 12 Minta bantuan Mama
13 Bab 13 Bertemu mantan
14 Bab 14 Akting
15 Bab 15 Singa mengamuk
16 Bab 16 Giana tidak menyadari bahwa Guna mengerjainya.
17 Bab 17 Diisengi sang mama
18 Bab 18 Keceplosan
19 Bab 19 Menjemput seseorang
20 Bab 20 Rumah sakit
21 Bab 21 Rumah sakit 2
22 Bab 22 Marah
23 Bab 23 Salah tingkah
24 Bab 24 Ternyata Giana pernah bertunangan.
25 Bab 25 Gelisah
26 Bab 26 Dikira pasangan suami istri
27 Bab 27 Bubur yang terabaikan
28 Bab 28 Dapat undangan
29 Bab 29 Kejutan makan siang
30 Bab 30 Rencana Angga buat Giana
31 Bab 31 Suasana rumah sakit
32 Bab 32 Kejutan untuk Giana
33 Bab 33 Drama Widhya dipecat
34 Bab 34 Lupa
35 Bab 35
36 Bab 36 Gaji untuk Giana
37 Bab 37 Giana dikerjain
38 Bab 38 Kedatangan Giana disaat yang tepat.
39 Bab 39 Bunga untuk Giana
40 Bab 40 Rencana Dinner
41 Bab 41 Keusilan Widhya
42 Bab 42 Dinner
43 Bab 43 Wah ternyata Mama Anita dan Mama Tina mantan ketua Mafia
44 Bab 44 Ice cream
45 Bab 45 Ungkapan Cinta Guna
46 Bab 46 Mengingat masa muda 1
47 Bab 47 Mengingat masa muda 2
48 Bab 48 Terpesona
49 Bab 49 Nisa baik-baik saja
50 Bab 50 Rahmad penasaran
51 Bab 51 Ancaman Mama Anita
52 Bab 52 Kamu calon istriku bukan pelayanku
53 Bab 53 Kita pulang saja Mas
54 Bab 54 manis dan Menggemaskan
55 Bab 55 Si Mbok jadi obat nyamuk
56 Episode 56 Bisik-bisik aula
57 Episode 57 Pilihan Mama memang tidak salah.
58 Bab 58
59 Episode 59 Belajarlah mencintaiku.
60 Episode 60 Apa kamu sudah mencintaiku
61 Episode 61 Terkadang ketenangan menjadi tempat kematian yang sadis.
62 Episode 62 Mata sang mantan
63 Episode 63 Teriakan Giana
64 Episode 64 Hantu kulkas
65 Episode 65 Diejek Widhya
Episodes

Updated 65 Episodes

1
Bab 1 Kedatangan perempuan baru
2
Bab 2 Tragedi KECOAK
3
Bab 3 Calon menantu idaman
4
Bab 4 Mengajak makan bersama
5
Bab 5 Menemani makan
6
Bab 6
7
Bab 7 Kedapatan berduaan dalam kamar
8
Bab 8 Diharuskan menikah
9
Jengkel
10
Bab 10 Ketahuan saling mengorek
11
Bab 11 Mantan kembali
12
Bab 12 Minta bantuan Mama
13
Bab 13 Bertemu mantan
14
Bab 14 Akting
15
Bab 15 Singa mengamuk
16
Bab 16 Giana tidak menyadari bahwa Guna mengerjainya.
17
Bab 17 Diisengi sang mama
18
Bab 18 Keceplosan
19
Bab 19 Menjemput seseorang
20
Bab 20 Rumah sakit
21
Bab 21 Rumah sakit 2
22
Bab 22 Marah
23
Bab 23 Salah tingkah
24
Bab 24 Ternyata Giana pernah bertunangan.
25
Bab 25 Gelisah
26
Bab 26 Dikira pasangan suami istri
27
Bab 27 Bubur yang terabaikan
28
Bab 28 Dapat undangan
29
Bab 29 Kejutan makan siang
30
Bab 30 Rencana Angga buat Giana
31
Bab 31 Suasana rumah sakit
32
Bab 32 Kejutan untuk Giana
33
Bab 33 Drama Widhya dipecat
34
Bab 34 Lupa
35
Bab 35
36
Bab 36 Gaji untuk Giana
37
Bab 37 Giana dikerjain
38
Bab 38 Kedatangan Giana disaat yang tepat.
39
Bab 39 Bunga untuk Giana
40
Bab 40 Rencana Dinner
41
Bab 41 Keusilan Widhya
42
Bab 42 Dinner
43
Bab 43 Wah ternyata Mama Anita dan Mama Tina mantan ketua Mafia
44
Bab 44 Ice cream
45
Bab 45 Ungkapan Cinta Guna
46
Bab 46 Mengingat masa muda 1
47
Bab 47 Mengingat masa muda 2
48
Bab 48 Terpesona
49
Bab 49 Nisa baik-baik saja
50
Bab 50 Rahmad penasaran
51
Bab 51 Ancaman Mama Anita
52
Bab 52 Kamu calon istriku bukan pelayanku
53
Bab 53 Kita pulang saja Mas
54
Bab 54 manis dan Menggemaskan
55
Bab 55 Si Mbok jadi obat nyamuk
56
Episode 56 Bisik-bisik aula
57
Episode 57 Pilihan Mama memang tidak salah.
58
Bab 58
59
Episode 59 Belajarlah mencintaiku.
60
Episode 60 Apa kamu sudah mencintaiku
61
Episode 61 Terkadang ketenangan menjadi tempat kematian yang sadis.
62
Episode 62 Mata sang mantan
63
Episode 63 Teriakan Giana
64
Episode 64 Hantu kulkas
65
Episode 65 Diejek Widhya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!