Bab 11 Mantan kembali

Giana menahan malu, ia menenggalamkan wajahnya sedalam mungkin agar tidak ada yang melihat wajah merah karena menahan malu.

"Giana."

"Iya, Tante. Itu ... anu, tan."

"Kalian, itu. Memang berjodoh, ya!"

Setelah mengatakan hal itu, Anita beranjak dari tempat duduknya.

'Sudah cukup untuk hari ini buat mereka terpojok,' batin Anita.

"Mama!" Guna memanggil mamanya, namun perempuan itu tak menoleh sedikit pun.

"Eh! Cempreng kerempeng! Gara-gara kamu, hidupku nggak tenang begini," ucap Guna sengit.

"Dasar, kulkas. Sok nyalahin orang, adanya aku yang ketiban sial ketemu dengan kamu!" balas Giana tak mau kalah.

"Kalau, kamu nggak datang. Semuanya nggak akan terjadi cempreng!" tukas Guna.

"Mana aku tahu, aku mau dijodohkan dengan kulkas macam kamu. Tante Anita nggak ada ngomong apa-apa!" ucap Giana kesal. Lalu beranjak dari tempat duduknya meninggalkan Guna yang masih geram.

"Heh! Cempreng! Aku belum selesai ngomong!"

Sejenak Giana membalikkan badannya dan berucap, "Ngomong sama tembok, sana!"

Giana pun benar-benar berlalu, ia sangat kesal dengan sikap soknya Guna. Rasanya ia ingin sskali mengumpat lebih kasar lagi kepada laki-laki itu jika tidak mengingat nilai kesopanan.

'Dasar kulkas! Sukanya memojokkan orang lain,' rutuk Giana.

Guna yang masih berada di tempatnya, masih merutuki keadaannya. Ia masih mencari celah agar terhindar dari perjodohan ini.

'Harus bisa membatalkan semua ini,' batinnya.

Trrrddddd ... ttrrdddd ....

Ketika Guna masih frustasi memikirkan cara untuk membtalkan perjodohonnya, tiba-tiba benda pipihnya bergetar.

Seteah melihatnya ternyata nomor baru, ia enggan untuk mengangkat telepon tersebut karena memang ia tidak suka mengangkat jika ada nomor baru yang masuk.

Namun, semakin diabaikan, nomor tersebut tetap menelpon, Guna ingin menonaktifkan handphonenya namun di nomor itu, ia sedang menunggu telepon laporan sang sekertaris tentang hasil meeting yang ia bisa hadiri tadi.

Drrrttttt .... drrrttttt .....

'Siapa yang punya nomor, nih," batin Guna.

Akhirnya Guna mengangkat telepon tersebut dengan malas.

[Hah! Akhirnya diangkat juga]

'Sindy! Perempuan lucknut. Tahu dari mana dia nomorku?' batin Guna.

Suara di seberang membuat Guna diam seaaat, ia sangat mengenal suara tersebut. Suara yang pernah mengisi hari-harinya dimasa lalu sekaligus suara yang sangat ia ia hindari agar ia tak mendengarnya lagi.

[Halo, Gun. Kau kah, itu?]

Guna masih terdiam.

[Guna]

[Iya]

[Masih mengenal suaraku?]

[Ada urusan apa?]

[Aku mau ketemu, kamu]

[Nggak bisa, say lagi sibuk]

[Kalau kamu nggak mau, aku akan ke rumahmu sekarang]

'Dasar, perempuan lucknut. Mau apa lagi dia?' batin Guna.

[Kamu, dimana?]

[Gitu, dong. Aku tunggu di tempat biasa sayang]

Tutttt.

Guna langsung memutuskan sambungan telepon tanpa menjawab lagi, mata elang itu berkilat tajam ketika mengingat apa yang telah perempuan lucknut itu lakukan dimasa lalu.

Sejenak Guna terdiam untuk meredam emosi yang bergejolak, ia membawa otaknya travelling untuk mencari ide agar perempuan itu tidak kegeeran ketika aku masih ingin menemuinya.

Kemudian terlintas dipikirannya untuk menelpon Widhya, sang sekertaris. Namun setelah tersambung malah yang angkat Ryo sang sahabat sekaligus tunangan Widya.

[Widhya, mana?]

[Hey! Tahu sopan, dong. Kalau nelpon orang]

[Heh! Ampas tahu, cepat kasihkan ke Widhya teleponnya!]

[Widhya, lagi mandi. Ada apa, bilang saja biar nanti aku sampaikan]

[Nggak jadi!]

[Dasar, orang aneh. Sudah ganggu orang, giliran ditanya kenapa malah bilang nggak jadi]

[Kamu yang aneh, dasar ampas tahu]

Tuuttt.

Guna langsung memutuskan sambungan telepon tersebut, jika ia bilang ke sahabatnya itu apa yang ia inginkan bukannya bantuan yang ia dapat tapi ejekan. Guna sudah tahu pasti tentang gimana sifat sahabatnya itu.

'Hah! Siapa yang mesti aku ajak untuk menemui perempuan lucknut itu' rutuknya dalam hati.

Beberapa saat Guna berpikir keras, siapa yang akan ia ajak. Tiba-tiba terlintas wajah Giana.

"Ah! Gk mau, masa iya aku ngajak si cempreng."

"Tapi, ini 'kan lagi darurat. Nggak kali ya aku minta tolong dia."

"Tapi, nggak mau, ah. Nanti dia kegeeran, lagi."

"Terus, aku mau ngajak siapa?"

Apa yang Guna lakukan tidak luput dari perhatian si mbok. Sebenarnya ia ingin mengambil gelas-gelas bekas minum tadi namun secara tidaj sengaja melihat sang tuan sedang ngomong sendiri dideket tangga.

'Itu, tuan kenapa ngomong sendiri?' batin si mbok

Si mbok perlahan berjalan mendekat, ia ingin memastikan pendengaran dan penglihatannya apa masih normal atau sudah nggak normal.

Beberapa langkah dari belakang Guna, si mbok berdiri. Ternyata benar bahwa Guna benar-benar sedang sibuk ngomong sendiri.

"Tuan."

Guna yang tengah serius dengan apa yang ia lakukan, sontak membalikkan badannya. Guna benar-benar tidak menyadari bahwa dibelakangnya ada si mbok.

"Mbok! Sejak kapan mbok berdiri di situ?" tanya Guna.

"Sejak Pak Ir. Soekarno membacakan Proklamasi, Tuan." jawab si mbok tanpa dosa.

Guna mendelik ke arah perempuan paruh baya tersebut, "Hah! Si mbok selalu begitu."

"Tuan, masih normal 'kan?"

"Maksudnya, Mbok?"

Si Mbok terkikik, "Nggak apa-apa, Tuan."

Guna meringis, antara malu dan kesal terhadap diri sendiri, "Oh! Kirain sudah lama, Mbok."

"Nggak, Tuan. Permisi mbok mau ngambil gelas dulu."

Guna mengangguk, "Oh iya, Mbok. Mama mana?"

"Tadi mbok lihat masuk kamarnya, Tuan."

"Oke, Mbok. Makasih ya."

Tanpa menunggu jawaban si mbok, Guna berlalu untu mencari mamanya.

'Tuan kenapa, ya' batin si mbok.

Setelah sampai di depan kamar mamanya, Guna sempat ragu untuk mengetuknya namun ia sudah mengambil keputusan untuk meminta tolong sang mama agar membantunya ngomong ke Giana. Walaupun ia sudah tahu resikonya bahwa akan dibully oleh perempuan awal enam puluhan itu.

Tok tok tok ..

Anita yang baru selesai mandi bertanya ke sang suami siapa yang ngetok pintu.

"Ada yang ngetok pintu, Pa."

Angga mendongak, "Siapa?"

"Kok, malah nanya ke mama, kan mama baru keluar toilet, Pa."

Angga hanya tersenyum lebar menyadari perntanyaan konyolnya barusan.

"Ya sudah. Mama buka pintunya sana!"

Anita melangkah untuk membuka pintu.

Kriieekk ..

Pintu terbuka ia melihat sang anak berdiri menjulang di depannya dengan wajah melas.

'Hum pasti mau minta tolong, nih,' batin Anita.

"Mama, ngapain, sih. Lama banget bukain pintunya," ujar Guna.

Anita berdecak, "Mama papa lagi bikin adik buat kamu," ucap Anita sembarang. "Kamu, 'kan nggak mau menikah dan punya anak ya sudah mama papa punya inisiatif bikinin kamu adik lagi."

Guna mencebik, "Ingat umur, Bu."

"Ya sudah. Kamu mau ngomong apa? Cepetan ngomong."

Guna menggaruk tengkuknya yang nggak gatal, ia bingung sekaligus ragu untuk ngomong, akan tetapi setelah beberapa saat berperang dengan pikirannya sendiri akhirnya Guna ngomong.

"Ma, Guna mau dijodohkan sama si cempreng itu. Tapi nanti malam bujuk dia dong biar mau keluar dengan Guna," ucap Guna. Dia sengaja tidak ngasih tahu kalau mau ketemu Sindy bair sang mama nggak ngamuk.

Anita menilik sang anak dari atas sampai bawah terus dari bawah sampai atas kemudian ia menelengkan kepalanya kalau yang berdiri di depannya ini benar-benar anaknya bukan hantu.

Guna melambaikan tangannya di depan wajah mamanya karena ia tidak melihat bahwa perempuan yang ada di depannya sekarang tidak merespon apa yang ia sampaikan barusan.

"Mama!"

"I-iya, Sayang. Tadi ngomong apa?" tanya Anita gelagapan sambil cengengesan, sebenarnya ia sudah mendengar dengan jelas apa yang anaknya ucapkan tadi akan tetapi otak usilnya bangun untuk melakukan sesuatu.

"Bantuin Guna, ngomong ke si cempreng malam ini keluar dengan Guna. Jalan-jalan!" ulang Guna.

Dalam hati Anita bersorak, ini akan menjadi sebuah rencanya yang sudah ia pikirkan dalam otak kanan kirinya.

Terpopuler

Comments

Syamira Sulistyo

Syamira Sulistyo

seruuuu bacanya ...ngakakkkk 😆😆😆😆

2021-03-04

0

YonhiarCY (Hiatus)

YonhiarCY (Hiatus)

aduh ngakak nih sama keluarga satu nih😂😂

2021-01-27

1

Nanik Karima

Nanik Karima

keluarga kolpak🤣🤣🤣🤣🤣

2021-01-25

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Kedatangan perempuan baru
2 Bab 2 Tragedi KECOAK
3 Bab 3 Calon menantu idaman
4 Bab 4 Mengajak makan bersama
5 Bab 5 Menemani makan
6 Bab 6
7 Bab 7 Kedapatan berduaan dalam kamar
8 Bab 8 Diharuskan menikah
9 Jengkel
10 Bab 10 Ketahuan saling mengorek
11 Bab 11 Mantan kembali
12 Bab 12 Minta bantuan Mama
13 Bab 13 Bertemu mantan
14 Bab 14 Akting
15 Bab 15 Singa mengamuk
16 Bab 16 Giana tidak menyadari bahwa Guna mengerjainya.
17 Bab 17 Diisengi sang mama
18 Bab 18 Keceplosan
19 Bab 19 Menjemput seseorang
20 Bab 20 Rumah sakit
21 Bab 21 Rumah sakit 2
22 Bab 22 Marah
23 Bab 23 Salah tingkah
24 Bab 24 Ternyata Giana pernah bertunangan.
25 Bab 25 Gelisah
26 Bab 26 Dikira pasangan suami istri
27 Bab 27 Bubur yang terabaikan
28 Bab 28 Dapat undangan
29 Bab 29 Kejutan makan siang
30 Bab 30 Rencana Angga buat Giana
31 Bab 31 Suasana rumah sakit
32 Bab 32 Kejutan untuk Giana
33 Bab 33 Drama Widhya dipecat
34 Bab 34 Lupa
35 Bab 35
36 Bab 36 Gaji untuk Giana
37 Bab 37 Giana dikerjain
38 Bab 38 Kedatangan Giana disaat yang tepat.
39 Bab 39 Bunga untuk Giana
40 Bab 40 Rencana Dinner
41 Bab 41 Keusilan Widhya
42 Bab 42 Dinner
43 Bab 43 Wah ternyata Mama Anita dan Mama Tina mantan ketua Mafia
44 Bab 44 Ice cream
45 Bab 45 Ungkapan Cinta Guna
46 Bab 46 Mengingat masa muda 1
47 Bab 47 Mengingat masa muda 2
48 Bab 48 Terpesona
49 Bab 49 Nisa baik-baik saja
50 Bab 50 Rahmad penasaran
51 Bab 51 Ancaman Mama Anita
52 Bab 52 Kamu calon istriku bukan pelayanku
53 Bab 53 Kita pulang saja Mas
54 Bab 54 manis dan Menggemaskan
55 Bab 55 Si Mbok jadi obat nyamuk
56 Episode 56 Bisik-bisik aula
57 Episode 57 Pilihan Mama memang tidak salah.
58 Bab 58
59 Episode 59 Belajarlah mencintaiku.
60 Episode 60 Apa kamu sudah mencintaiku
61 Episode 61 Terkadang ketenangan menjadi tempat kematian yang sadis.
62 Episode 62 Mata sang mantan
63 Episode 63 Teriakan Giana
64 Episode 64 Hantu kulkas
65 Episode 65 Diejek Widhya
Episodes

Updated 65 Episodes

1
Bab 1 Kedatangan perempuan baru
2
Bab 2 Tragedi KECOAK
3
Bab 3 Calon menantu idaman
4
Bab 4 Mengajak makan bersama
5
Bab 5 Menemani makan
6
Bab 6
7
Bab 7 Kedapatan berduaan dalam kamar
8
Bab 8 Diharuskan menikah
9
Jengkel
10
Bab 10 Ketahuan saling mengorek
11
Bab 11 Mantan kembali
12
Bab 12 Minta bantuan Mama
13
Bab 13 Bertemu mantan
14
Bab 14 Akting
15
Bab 15 Singa mengamuk
16
Bab 16 Giana tidak menyadari bahwa Guna mengerjainya.
17
Bab 17 Diisengi sang mama
18
Bab 18 Keceplosan
19
Bab 19 Menjemput seseorang
20
Bab 20 Rumah sakit
21
Bab 21 Rumah sakit 2
22
Bab 22 Marah
23
Bab 23 Salah tingkah
24
Bab 24 Ternyata Giana pernah bertunangan.
25
Bab 25 Gelisah
26
Bab 26 Dikira pasangan suami istri
27
Bab 27 Bubur yang terabaikan
28
Bab 28 Dapat undangan
29
Bab 29 Kejutan makan siang
30
Bab 30 Rencana Angga buat Giana
31
Bab 31 Suasana rumah sakit
32
Bab 32 Kejutan untuk Giana
33
Bab 33 Drama Widhya dipecat
34
Bab 34 Lupa
35
Bab 35
36
Bab 36 Gaji untuk Giana
37
Bab 37 Giana dikerjain
38
Bab 38 Kedatangan Giana disaat yang tepat.
39
Bab 39 Bunga untuk Giana
40
Bab 40 Rencana Dinner
41
Bab 41 Keusilan Widhya
42
Bab 42 Dinner
43
Bab 43 Wah ternyata Mama Anita dan Mama Tina mantan ketua Mafia
44
Bab 44 Ice cream
45
Bab 45 Ungkapan Cinta Guna
46
Bab 46 Mengingat masa muda 1
47
Bab 47 Mengingat masa muda 2
48
Bab 48 Terpesona
49
Bab 49 Nisa baik-baik saja
50
Bab 50 Rahmad penasaran
51
Bab 51 Ancaman Mama Anita
52
Bab 52 Kamu calon istriku bukan pelayanku
53
Bab 53 Kita pulang saja Mas
54
Bab 54 manis dan Menggemaskan
55
Bab 55 Si Mbok jadi obat nyamuk
56
Episode 56 Bisik-bisik aula
57
Episode 57 Pilihan Mama memang tidak salah.
58
Bab 58
59
Episode 59 Belajarlah mencintaiku.
60
Episode 60 Apa kamu sudah mencintaiku
61
Episode 61 Terkadang ketenangan menjadi tempat kematian yang sadis.
62
Episode 62 Mata sang mantan
63
Episode 63 Teriakan Giana
64
Episode 64 Hantu kulkas
65
Episode 65 Diejek Widhya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!