Bersamaan dengan itu, pintu ruangan Guna ada yang ketok.
Pintu terbuka, ternyata yang datang. Laki-laki dingin yang melebihi di atas rata-rata itu masuk dengan aura yang seakan bisa membekukan ruangan tersebut.
Sementara Widhya sudah selesai dengan urusannya, ia ingin keluar namun ketika hendak membalikkan badannya, tiba-tiba kehilangan ksseimbangan.
"Widhya!" teriak Guna.
Nasib baik masih berpihak terhadap Widhya karena terhindar dari acara cium lantai karena dengan gesit Fajar meraih badan mungil tersebut.
"Te-terima kasih," ucap Widhya.
Namun begitulah, seorang Fajar. Hanya menatapnya dengan aura yang menyeramkan.
'Ish! Ini orang apa robot kutub utara sih, nggak boss ... nggak anak buah. Sama saja mantan penghuni kutub utara," desis Widhya dalam hati.
"Widhya, are you, ok?"
"Yes, I am ok, Pak!" jawab Widhya sambil melirik ke arah Fajar.
"Lain kali hati-hati, nanti si ampas tahu menyalahkan saya kalau kamu ada apa-apa!"
"Iya, Pak. Keseimbangan tubuh saya hilang karena kaku ketika aura kutub utara naik berlipat ganda di ruangan ini!" ucap Widhya dan berlalu tanpa menghiraukan teriakan Guna yang meneriakkan namanya.
"Hah! Untung kesayangannya si ampas tahu, coba kalau nggak sudah lama aku enyahkan itu perempuan!"
"Sembarangan saja menjuluki saya kayak gitu!"
Guna terus merutuki sang sekertarinya tersebut, sedangkan Fajar hanya mendengarkan kekesalan sang boss dalam diam.
Setelah beberapa saat, Guna kembali fokus terhadap Fajar. Ia tahu kedatangan Fajar membawa kabar penyelidikannya terhadap Sindhy.
"Gimana kelanjutannya?"
Fajat mengeluarkan amplop coklat di balik jaket hitamnya.
Setelah itu, Guna membuka satu persatu isi amplop tersebut.
"Dasar perempuan lucknut!" geram Guna.
"Dia juga sering bertemu Si Fahri," ucap Fajar.
"Apa?"
Fahri adalah musuh bebuyutan perusahaan Guna, sosok itu selalu menghalalkan segala cara untuk mencapai keinginannya tidak peduli sekalipun harus menghilangkan nyawa orang.
"Iya, boss. Ada beberapa kali mereka bertemu di salah satu apartemen milik Fahri."
"Selidiki lagi lebih lanjut! Saya ingin melihat sampai di mana mereka bermain!" perintah Guna.
"Baik, boss. Secepatnya!"
Ketika mereka sedang mengobrol terdengar suara ketukan.
"Ah, Widhya. Kamu lagi, kenapa?"
"Waktunya meeting, boss?"
"Ok, kamu duluan. Saya akan menyusul."
Widhya mengangguk, lalu melirik Fajar yang duduk anteng di tempatnya.
'Dih, ini orang benar-benar robot yang terbuat dari es,' Widhya bergidik dengan ucapannya sendiri.
💕💕💕💕💕💕💕💕💕
Ting nong ...
Ting nong ...
"Mbok! Mbok ...."
'Kemana si mbok ini? Siapa juga yang datang ketika yang punya rumah nggak ada?' batin Giana.
Giana sedikit berlari untuk membuka pintu tersebut, saura bel yang tanpa jeda membuat Giana kesal terhadap orang yang memencetnya.
"Iya, ada apa mbak?"
"Saya pegawai butik langganan Ibu Anita, mengantarkan ini buat Nona Giana."
"Tante Anita? Apa ini?"
Ketika si mbak pengantar paket itu pergi, Giana membuka bungkusan paket tersebut. Sontak Giana memekik heran.
'Gamis? Bukannya baru kemarin Tante Anita membelikan aku gamis, turus kenapa beli lagi sekarang?' batin Giana.
Giana menelpon sang tante untuk menanyakan apa maksudnya ia dibelikan lagi gamis.
Beberapa saat bunyi nada sambungan telepon pun diangkat oleh sang pemilik.
"Tante, kenapa beli baju lagi?"
"Itu buat kamu pake nanti, jangan lupa siap-siap. Guna akan menjemputmu di rumah."
"Tidak bisakah Giana pergi sendiri, Tan?"
"No! Tante nggak mau kamu kenapa-kenapa, biarakan Guna menjemputmu!"
"Iyalah, Tan."
"Nah, gitu dong. Ok see you later my princes."
Tuuttt ...
Sambungan terputus.
"Huufff! Berdua dengan manusia es itu membuat aku ingin sekali ngulekin wajah memyebalkannya." sungut Giana.
Giana masuk ke dalam kamarnya untuk menyimpan gamisnya.
Setelah itu, Giana melanjutkan aktifitasnya di taman, ia tengah merubah posisi pot-pot tersebut biar tidak membosankan dipandang.
"Nona, tadi manggil mbok ta?" tiba-tiba suara si mbok dari belakang.
Giana menoleh, "Iya, Mbok dari mana?"
"Tadi si mbok di toilet, Nona."
"Oh, Giana kirain udah diculik mamang sayur," ucap Giana sambil terkikik.
"Ah, Mbok sudah tua mana ada yang mau nyulik, sekalipun itu mamang sayur, Nona!"
"Siapa tahu aja, Mbok."
"Oh iya, tadi siapa yang datang, Nona?"
"Oh tadi, pengantar baju dari butik langganannya Tante Anita. Padahal baju yang kemaren aja masih bisa dipake, eh sekarang datang lagi yang lain!"
"Nyonya Anita memang begitu, Nona. Royal orangnya, selalu baik sama semua orang."
"Iya, Mbok."
Mereka ngobrol sambil menyelesaikan pekerjaannya.
Pukul 01:45 Guna sampai di rumahnya untuk menjemput Giana sesuai perintah sang mama.
Si Mbok sedang nonton tv di ruang keluarga.
"Assalamualaikum, Mbok."
"Waalaikumsalam, eh Tuan. Sudah pulang?"
"Si Cempreng, mana Mbok?"
"Cempreng?"
"Giana, Mbok."
"Oh, Nona. Nona Giana sedang di kamarnya, Tuan."
"Tolong Mbok, bilang ke dia suruh cepat."
"Baik, Tuan."
Si Mbok ter gopoh- gopoh berjalan menuju ke arah kamar Giana untuk menyampaikan pesan Guna.
Tok tok tok ..
"Nona!" sahut Giana dari dalam sana.
"Tuan Guna sudah datang, Nona di suruh cepat-cepat."
"Iya, Mbok. Sebentar lagi Giana keluar."
"Iya, Nona."
Si Mbok kembali ke ruang keluarga namun tidak menemukan sosok yang ia cari.
'Ah, mungkin Tuan sedang mengganti baju juga!" batin Si Mbok.
Beberapa saat kemudian Giana sudah selesai berpakaian gadis itu pun keluar.
"Mbok, Tuan mana?"
Si Mbok mendongak, seketika itu juga si mbok terpana melihat Giana dengan stelan gamis kuning gold dengan tas selempang pinggang hitam.
"Wah, Nona cantik sekali. Tuan Guna akan bangga jika berdampingan dengan Nona."
"Ah, Si Mbok bikin aku malu saja."
"Benar, Nona. Mbok nggak bohong, kok."
Mereka keasyikan mengobrol tidak menyadari jika Guna ssudah berdiri tak jauh dari mereka.
'Kelihatan makin cantik aja tuh si cempreng,' batin Guna.
Guna menatap Giana, sejenak ia merasa terpesola yang kedua kalinya terhasap gadis yang selalu ia juluki cempreng itu.
Giana pun yang merasa yang yang memperhatikan mengalihkan pandangannya.
Giana terdiam, berpandangan dengan Guna yang masih menatap padanya tak berkedip.
"Loh, kok malah berpandang-pandangan?" suara teguran Si Mbok membuyarkan mereka.
Mareka sama-sama membuang muka karena malu. Giana pun terpesona dengan penampilan Guna dengan pakaina semi kasualnya.
'Ternyata manusia es ini tampan juga," batin Giana.
"Kita berangkat!" ajak Guna.
Tanpa menjawab Giana mengikuti langkah Guna.
Ketika sudah sampai di mobil, Giana hendak membuka pintu belakang.
"Saya bukan supir kamu!" suara Guna menghentikan tangannya untuk menarik handle pintu belakang.
Lalu Guna membukakan pintu depan dan Guna memberikan isyarat agar Giana masuk.
Dalam perjalanan, mereka hanya terdiam. Tidak ada yang saling menyapa satu sama lain.
Ddrrttttt .... ddrrttttt ...
Handphonenya Guna bergetar, ia menepikan dulu mobilnya karena melihat nama sang mama yang menelpon.
"Hallo, Assalamualaikum, Gun."
"Waalaikumsalam, iya ada apa, Ma."
"Mama sama Papa tunggu kalian di bandara H ya."
"Loh, kita mau kemana, Ma? Kok, ke bandara?"
"Nggak kemana-mana, kita mau jemput orang."
"Siapa, Ma?"
"Pokoknya datang aja, mama pap sudah di sini dari tadi, nanti juga kamu akan tahu siapa yang kita jemput."
Guna berdecak, "Ck! Mama ... mama ... ada-ada saja."
"Ya sudah, cepetan ke sini. Hati-hati bawa anak gadis orang jangan sampai lecet."
Sejenak Guna melirik gadis yang duduk manis di sebelahnya lalu menjawab ucapan sang mama dengan deheman saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
semangat kak💪
asisten dadakan hadir lagi
mampir juga yuk😉
2021-02-04
1