Bab 17 Diisengi sang mama

Tidak henti-hentinya Giana menggerutu dalam hatinya, rasanya sedikit bisa mengobati rasa kesalnya ketika memaki Guna dalam hati. Ya, walaupun ia sadar Guna tidak akan memdengar tapi senggak-ngganya ia sudah memaki laki-laki itu.

Malam semakin larut, dua anak manusia itu masih berkutat dengan kegiantannya masing-masing. Sesekali Giana meregangkan ototnya karena memang banyak sekali data yang harus ia imput manual.

'Dasar manusia kulkas, gara-gara dia, aku memunda menikmati indah dan nyamannya pulau kapuk,' rutuk Giana dalam hati.

Guna melirik Giana sesaat, ia sangat paham jika perempuan yang tengah tekun mengimput data itu sedang kesal.

"Sudah ngantuk?" tanya Guna basa basi.

"Ngga!" jawab Giana singkat.

"Tapi matamu sudah kelihatan merah, pasti sudah mgantuk."

'Sudah nanya, dasar beruang kutub tidak tahu diri,' geram Giana dalam hati.

Giana tidak menjawab apa yang dikataka Guna, ia lebih memilih fokus dengan kerjaannya agar cepat selesai dan cepat-cepat hengkang dari hadapan manusia kulkas yang aneh bin ajaib itu.

Hening ...

Mereka kembali tidak ada yang bersuara, hanya suara hewan malam mengiringi keheningan yang mereka ciptakan.

Setelah beberapa saat berkutat dengan kertas-kertas tersebut, akhirnya selesai. Giana meregangkan otot-ototnya yang kelelahan, ia merasa lega karena tugasnya sudah selesai.

'Huuff! Akhirnya selesai juga,' gumam Giana yang masih di dengar oleh Guna.

"Semua sudah selesai," ucap Giana sambil menyerahkan kerjaannya ke Guna.

Guna mendongak, "Benarkah?"

"Makanya punya mata itu dipake untuk melihat, biar itu mulut tidak bertanya melulu!" umpat Giana. Ia sengaja mengembalikan kata-kata Guna sebelumnya.

'Hm! Cekatan juga nih perempuan!' batin Guna.

"Berhubung sudah selesai, saya masuk dulu. Sudah larut!" ucap Giana dan hendak beranjak.

"Tunggu!"

"Apa lagi?" tanya Giana tanpa menoleh.

"Maaf!" lirih Guna.

"Untuk?"

"Untuk yang di restaurant tadi."

Giana megernyitkan dahinya, "Tidak ada yang perlu dimaafkan."

Giana melanjutkan langkahnya, matanya benar-benar sudah nggak bisa diajak kompromi, saat melewati dapur ia berpapasan dengan Anita.

Anita menatap heran ke arah perempuan yang sedang berjalan menuju dirinya tersebut.

"Belum tidur Giana?"

"Be-belum, Tante."

"Sudah jam berapa ini, dari mana kamu?"

"I-itu, Tan ..... "

Belum selesai Giana menjawab, tiba-tiba Guna muncul dari belakang.

'Akh mampus! Alamat semakin sulit untuk menolak perjodohan ini,' batin Giana.

Sedangkan Anita bersorak dalam hatinya, ia sudah tahu bahwa dua anak manusia itu baru saja dari taman belakang. Tapi Anita sengaja berpura-pura heran.

"Guna."

"I-iya, Ma. Mama belum tidur?"

"Mama haus, makanya kebangun."

"Ya sudah, Guna mau istirahat dulu. Besok ada meeting penting!" jawab Guna berusaha menghindari tatapan intimidasi sang mama.

"Dari mana kalian?"

Guna dan Giana hanya terdiam, mereka kompak tidak mau membuka mulut. Senyum iseng Anita tersungging dibibirnya, perempuan itu ingin lebih lama mengerjai dua anak manusia tersebut, namun otak normalnya berpikir lagi bahwa ini sudah tengah malam. Maka ia akan menggunakan hari esok untuk merealisasikan otak usilnya tersebut.

"Ya sudah sana! Kalian pergi tidur, sudah malam!" ucap Anita.

"Makasih, Tante. Giana masuk dulu," tanpa menunggu jawaban Anita, Giana melangkahkan kakinya dengan cepat agar bisa cepat sampai di kamarnya.

'Hufff! Semua ini gara-gara si beruang kutub itu, kalau saja dia tidak ...... , aarrgghhhh," batin Giana menahan kesal yang menumpuk dalam otaknya.

Sementara di dapur Guna masih berdiri melihat mamanya yang tengah menuang air minum.

"Tumben, Mama minum malam-malam."

"Mama habis olahraga sama papamu!"

Guna mengangkat alisnya sebelah dengan berpikir keras, "Kok olahraga tengah malam, emang nggak ada hari esok apa?"

"Lebih afdol kalau malam, apa lagi olahraga bikin adek buat kamu. Makanya nikah biar tahu olahraga malam, menyenangkan, loh!" ucap Anita sambil berlalu dengan suara tawa yang menggem karena berhasil mengusili anaknya.

Guna yang baru saja sadar apa yang diucapkan mamanya kesal.

"Mama!"

'Sudah tua pada nggak ingat umur, heran!' sungut Guna, ia mau marah percuma karena objek kemarahannya sudah menghilang dibalik pintu kamarnya tanpa peduli kekesalan sang anak.

Guna pun naik ke atas, ia ingin sekali meluapkan kemarahannya. Akan tetapi sudah tengah malam, mau luapin ke siapa ia nggak tahu.

'Akh! Mending aku tidur, dari pada mikirin dua orangtua mesum yang tidak ingat umur itu,' gumam Guna lalu merebahkan tubuhnya.

Sementara di kamar Anita masih belum selesai ketawanya sehingga sang suami yang masih terjaga pun heran kenapa istrinya ketawa-ketawa dari tadi.

"Kenapa sih, Ma. Ketawa-ketawa terus, Mama kesambet hantu dapur ya?"

Anita menoleh ke arah sang suami, "Tadi di dapur mama ketemu hal yang sangat menyenangkan, Pa."

"Apa, itu?"

"Mama ketemu Guna dan Giana."

"Apa yang mereka lakukan tengah malam begini di dapur?"

"Mereka baru dari taman belakang, Pa. Awalnya mama hanya melihat Giana, mama kira seorang diri namun beberapa saat kemudian Guna juga muncul, ditanya malah kagok."

"Terus?"

"Mama nyuruh mereka istirahat, Giana sih langsung ngacir dengan wajah merah menahan malu. Namun Guna masih berdiri sampai mama selesai minum. Anak itu bertanya temben mama minum tengah malam."

"Lalu, Mama jawab apa?"

"Mama jawab aja habis olahraga buatin adik buat dia."

"Tahu nggak, dia teriak menahan kesal yang sudah sampai ubun-ubun tuh kayaknya, Pa." ucap Anita sambil ketawa membayangkan kekesalan sang anak.

"Akh, Mama. Suka sekali isengin anak, nanti Guna benaran marah bagaimana, Ma?"

Anita melambaikan tangan, "Mana ada dalam kamusnya Guna untuk marah ke mama, Pa?"

"Hm! Iya juga, sih. Ya sudah, sini kita lanjutkan tidur. Papa sudah sangat ngantuk."

Mereka pun tertidur dengan nyaman agar bisa menyambut hari esok dengan sejuta ketenangan dan kebahagiaan.

Suara adzan menggema, pertanda seruan untuk umat muslin untuk menjalankan dua rakaat.

Sejenak Giana manggeliat, lalu bangun untuk melaksanakan kewajibannya sebagai muslim.

Setelah menjalankan dua rakaat sabagai kewajibannya, ia keluar untuk membantu Si Mbok untuk menyiapkan sarapan sepertu biasa.

Hari ini ia ingin masak nasih goreng seafood kesukaan om dan tantenya. Dengan penuh semangat ia memotong bahan-bahan yang akan ia gunakan.

Sedangkan Guna, kebiasaanya sehari-hari, ia selalu menjalankan dua rakaatnya di musholah yang letaknya tak jauh dari rumahnya.

Setelah pulang dari musholah, Guna hendak ke kamarnya untuk tidur sejenak seperti kebiasaannya, tidur setelah sholat. Akan tetapi kakinya ketika kakinya hendak menaiiki undakan tangga pertama, indera penciumannya mencium wangi nasi yang lain dari biasanya.

'Wangi nasi goreng seafood, siapa yang memasak makanan itu? Apa Mama, karena Mama sangat menyukai masakan seafood,' batin Guna.

Untuk mengilangkan rasa keingintahuannya, Guna mengalihkan kakinya menuju dapur. Ketika ia hendak memanggil sang mama namun yang ia lihat bukan mamanya namun perempuan berhijab yang tengah memaikan spatulanya dengan serius tanpa menyadari bahwa di belakangnya ada Guna yang berdiri.

Terpopuler

Comments

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

likeku singgah lagi

2021-01-29

2

TAUFIQ H.

TAUFIQ H.

17 like mendarat sempurna Thor... next gue mampir lagi. smngtt nulisnya dan jaga kesehatan selalu. Salam dari RANSA

2021-01-15

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Kedatangan perempuan baru
2 Bab 2 Tragedi KECOAK
3 Bab 3 Calon menantu idaman
4 Bab 4 Mengajak makan bersama
5 Bab 5 Menemani makan
6 Bab 6
7 Bab 7 Kedapatan berduaan dalam kamar
8 Bab 8 Diharuskan menikah
9 Jengkel
10 Bab 10 Ketahuan saling mengorek
11 Bab 11 Mantan kembali
12 Bab 12 Minta bantuan Mama
13 Bab 13 Bertemu mantan
14 Bab 14 Akting
15 Bab 15 Singa mengamuk
16 Bab 16 Giana tidak menyadari bahwa Guna mengerjainya.
17 Bab 17 Diisengi sang mama
18 Bab 18 Keceplosan
19 Bab 19 Menjemput seseorang
20 Bab 20 Rumah sakit
21 Bab 21 Rumah sakit 2
22 Bab 22 Marah
23 Bab 23 Salah tingkah
24 Bab 24 Ternyata Giana pernah bertunangan.
25 Bab 25 Gelisah
26 Bab 26 Dikira pasangan suami istri
27 Bab 27 Bubur yang terabaikan
28 Bab 28 Dapat undangan
29 Bab 29 Kejutan makan siang
30 Bab 30 Rencana Angga buat Giana
31 Bab 31 Suasana rumah sakit
32 Bab 32 Kejutan untuk Giana
33 Bab 33 Drama Widhya dipecat
34 Bab 34 Lupa
35 Bab 35
36 Bab 36 Gaji untuk Giana
37 Bab 37 Giana dikerjain
38 Bab 38 Kedatangan Giana disaat yang tepat.
39 Bab 39 Bunga untuk Giana
40 Bab 40 Rencana Dinner
41 Bab 41 Keusilan Widhya
42 Bab 42 Dinner
43 Bab 43 Wah ternyata Mama Anita dan Mama Tina mantan ketua Mafia
44 Bab 44 Ice cream
45 Bab 45 Ungkapan Cinta Guna
46 Bab 46 Mengingat masa muda 1
47 Bab 47 Mengingat masa muda 2
48 Bab 48 Terpesona
49 Bab 49 Nisa baik-baik saja
50 Bab 50 Rahmad penasaran
51 Bab 51 Ancaman Mama Anita
52 Bab 52 Kamu calon istriku bukan pelayanku
53 Bab 53 Kita pulang saja Mas
54 Bab 54 manis dan Menggemaskan
55 Bab 55 Si Mbok jadi obat nyamuk
56 Episode 56 Bisik-bisik aula
57 Episode 57 Pilihan Mama memang tidak salah.
58 Bab 58
59 Episode 59 Belajarlah mencintaiku.
60 Episode 60 Apa kamu sudah mencintaiku
61 Episode 61 Terkadang ketenangan menjadi tempat kematian yang sadis.
62 Episode 62 Mata sang mantan
63 Episode 63 Teriakan Giana
64 Episode 64 Hantu kulkas
65 Episode 65 Diejek Widhya
Episodes

Updated 65 Episodes

1
Bab 1 Kedatangan perempuan baru
2
Bab 2 Tragedi KECOAK
3
Bab 3 Calon menantu idaman
4
Bab 4 Mengajak makan bersama
5
Bab 5 Menemani makan
6
Bab 6
7
Bab 7 Kedapatan berduaan dalam kamar
8
Bab 8 Diharuskan menikah
9
Jengkel
10
Bab 10 Ketahuan saling mengorek
11
Bab 11 Mantan kembali
12
Bab 12 Minta bantuan Mama
13
Bab 13 Bertemu mantan
14
Bab 14 Akting
15
Bab 15 Singa mengamuk
16
Bab 16 Giana tidak menyadari bahwa Guna mengerjainya.
17
Bab 17 Diisengi sang mama
18
Bab 18 Keceplosan
19
Bab 19 Menjemput seseorang
20
Bab 20 Rumah sakit
21
Bab 21 Rumah sakit 2
22
Bab 22 Marah
23
Bab 23 Salah tingkah
24
Bab 24 Ternyata Giana pernah bertunangan.
25
Bab 25 Gelisah
26
Bab 26 Dikira pasangan suami istri
27
Bab 27 Bubur yang terabaikan
28
Bab 28 Dapat undangan
29
Bab 29 Kejutan makan siang
30
Bab 30 Rencana Angga buat Giana
31
Bab 31 Suasana rumah sakit
32
Bab 32 Kejutan untuk Giana
33
Bab 33 Drama Widhya dipecat
34
Bab 34 Lupa
35
Bab 35
36
Bab 36 Gaji untuk Giana
37
Bab 37 Giana dikerjain
38
Bab 38 Kedatangan Giana disaat yang tepat.
39
Bab 39 Bunga untuk Giana
40
Bab 40 Rencana Dinner
41
Bab 41 Keusilan Widhya
42
Bab 42 Dinner
43
Bab 43 Wah ternyata Mama Anita dan Mama Tina mantan ketua Mafia
44
Bab 44 Ice cream
45
Bab 45 Ungkapan Cinta Guna
46
Bab 46 Mengingat masa muda 1
47
Bab 47 Mengingat masa muda 2
48
Bab 48 Terpesona
49
Bab 49 Nisa baik-baik saja
50
Bab 50 Rahmad penasaran
51
Bab 51 Ancaman Mama Anita
52
Bab 52 Kamu calon istriku bukan pelayanku
53
Bab 53 Kita pulang saja Mas
54
Bab 54 manis dan Menggemaskan
55
Bab 55 Si Mbok jadi obat nyamuk
56
Episode 56 Bisik-bisik aula
57
Episode 57 Pilihan Mama memang tidak salah.
58
Bab 58
59
Episode 59 Belajarlah mencintaiku.
60
Episode 60 Apa kamu sudah mencintaiku
61
Episode 61 Terkadang ketenangan menjadi tempat kematian yang sadis.
62
Episode 62 Mata sang mantan
63
Episode 63 Teriakan Giana
64
Episode 64 Hantu kulkas
65
Episode 65 Diejek Widhya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!