Setelah itu Giana memakai gamis tersebut, kembali terkaget karena gamisnya pas dengannya. Sedangkan ia ingat-ingat sang tante nggak pernah menanyakan berapa ukurannya.
'Tahu dari mana Tante Anita ukuran baju dan sepatuku?' tanya Giana dalam hati.
Setelah selesai berpakaian dan wajahnya ia sapukan make up natural serta bibir mungilnya ia kasih warna yang tidak terlalu mencolok sehingga perpaduan antara gamis dan sapuan make up diwajahnya nampak serasi tanpa cela. Fresh dan sangat menarik untuk dipandang.
Ternyata Anita, Angga dan Guna sudah menunggunya di ruang tamu, mereka bertiga tengah duduk dan sesekali terdengar kekehan dari mereka.
Jujur Guna juga penasaran dengan penampilan perempuan cempreng tersebut.
'Hm! Lama juga perempuan itu berdandan, semoga penampilannya tidak membuat saya menyesal mengajaknya,' batin Guna.
Sementara di ruang tengah Giana sedang gelisah karena gugup, ini kali pertama ia akan keluar berdua dengan seorang laki-laki.
'Apa aku batalin saja ya?' rutuk Giana dalam hati.
Tiba-tiba dari belakang si mbok muncul, perempuan paruh baya itu merasa heran kenapa Giana berdiri gelisah di situ dan sesekali melirik ke arah ruang tamu.
"Kenapa, Nona Giana masih ada di sini?" tanya si mbok.
Giana tersenyum, "Nggak apa-apa mbok nih mau keluar."
Si mbok hanya menggeleng dan tersenyum melihat tingkah perempuan itu, ia jelas melihat bahwa Giana sedang gugup.
"Ta-tante!" panggil Giana ketika berada persis di belakang ketiga orang yang tengah duduk tersebut.
Serentak ketiga orang tersebut menoleh, sontak Anita berdiri. Ia membulatkan matanya melihat penampilan gadis yang ada di depannya saat ini.
"Perfect!" hanya itu yang bisa keluar dari mulut Anita. Lalu menghampiri Giana.
Guna pun tidak jauh beda dengan reaksi sang mama, ia sempat tertegun melihat penampilan perempuan yang setiap harinya berpakaian sederhana dengan jilbab lusuh, sangat jauh beda yang dilihatnya sekarang.
Sang papa yang melihat putranya bengong, mode usilnya on dengan cepat. Laki-laki yang bergelar papa tersebut melemparkan bulatan kertas ke wajah sang putra sehingga sang putra tersadar dan menunduk malu karena kepergok oleh sang papa ia terpesona dengan penampilam Giana.
Sementara Anita tak henti-hentinya memuji Giana, Anita benar-benar kagum dibuatnya.
"Ah, calon menantu tante kok cantik sekali ya?" goda Anita.
Giana tersipu, gadis itu menundukkan wajahnya karena malu dipuji-puji terus.
Tiba-tiba Guna berdehem.
"Ekhem!"
Anita mendelik ke arah putranya, "Jaga calon menantu mama jangan sampai lecet!"
Guna berdecak, "Guna cuma mau ngajak jalan kok, Ma. Bukan ngajak gulat, masa iya bisa lecet-lecet."
"Apa perlu papa menyuruh Imran dan Roy untuk mengawal mereka, Ma?"
Guna melambaikan tangannya menolak ide gila papanya.
"Pa! Kita cuma jalan biasa, bukan mau pergi perang. Tidak perlu pengawalan segala. Lagi pula Guna bukan anak kecil lagi."
"Kalau bukan anak kecil lagi, ya nikah dong!" seloroh Anita.
"Mama! Nikah itu butuh proses, loh. Bukan asal nyomot langsung jadi."
"Yang nyuruh kamu asal nyomot juga siapa? Tuh, yang berdiri tinggal dihalalin."
"MUI nya lagi tutup jadi belum bisa."
"Ngapain ke MUI?"
"Lah, 'kan Mama nyuruh Guna pergi halalin, ya ke MUI lah."
Pletaakkk ...
Tiba-tiba bungkusan cemilan mendarat dengan sempurna dijidad Guna.
"Aw, Mama! Sakit!"
"Biar setan penunggu kepalamu minggat."
Giana menahan tawa melihat tingkah anggota keluarga yang ada di depannya sekarang, sehingga rasa gugupnya sedikit menghilang.
"Kalau mau ketawa, ya ketawa saja! Jangan ditahan," sungut Guna.
"Dih, dasar kulkas."
"Sudah-sudah, kita mau berangkat dulu. Dari tadi ngobrol melulu, kapan perginya?"
"Ya sudah, hati-hati. Ingat pesan Mama, jangan sampai calon menantu Mama lecet."
Guna hanya mendengus mendengar pesan sang mama, lalu melirik gadis yang ada di sebelahnya yang menahan senyum karena malu.
Mereka pun berpamitan.
Sementara di tempat yang mereka tuju sudah ada Sindhy yang menunggu. Perempuan itu sangat senang sekali karena Guna masih mau bertemu dengannya. Gadis itu berpakaian mini dengan dandanan menor dengan percaya diri mensugesti dirinya bahwa Guna masih mencintainya dan akan kembali dengannya.
"Aku tidak menyangka Guna masih mau bertemu denganku, ternyata laki-laki itu juga belum menikah," gumam Sindhy dengan senyum penuh arti.
Dalam perjalanan, dua anak manusia yang duduk bersebelahan tersebut tidak ada yang saling menyapa, keduanya hanya terdiam. Bukan tak mau saling menyapa akan tetapi mereka canggung satu sama lain. Mengingat keseharian mereka, yang hanya saling mengatai tapi sekarang mereka tengah duduk bersebelahan untuk keluar dengan pakain couple yang mereka kenakan.
'Apa yang ada dalam pikiran si kulkas ini, awas saja ia macam-macam,' batin Guna.
'Ternyata si cempreng cantik juga kalau didandanin, nggak malu-maluin kalau diajak keluar,' batin Guna.
Giana hanya memandang keluar jendela, sedangkan Guna hanya fokus menyetir.
Satu jam dalam perjalanan, Guna dan Giana sampai di tempat yang biasa ia dan Sindhy berkencan dulu. Banyak kisah yang terjadi di tempat ini.
Sebelum turun Guna menghela napasnya dalam-dalam, geram yang tertahan itulah yang Guna rasakan sekarang.
"Ayo turun," ucap Guna.
Sejenak Giana memandang tempat mewah tersebut, "Kita ngapain di sini?"
Guna menoleh, "Mau nonton balapan motor."
"Dih, ini 'kan restaurant."
"Nah, itu tahu. Kenapa? Nggak biasa makan di tempat mewah seperti ini, ya?" tanya Guna jumawa.
'Ini orang selain menyerupai kulkas ternyata songong juga, ya!' batin Giana.
Giana tidak menjawab lagi, ia pun turun mengiringi Guna.
Mereka masuk, namun Giana kaget ketika tangan Guna menggenggam tangannya. Gadis itu berniat menarik tangannya namun Guna makin mengeratkan genggamannya.
"Jangan cari-cari kesempatan kamu!" bisik Giana.
"Diam!"
"Lepasin tanganku! Aku bisa jalan sendiri!"
Guna pura-pura tidak mendengar bisikan gadis di sebelahnya, ia menghiraukan tatapan membunuh sang gadis, malah Guna makin mengeratkan genggamannya.
Sejenak Guna mencari-cari tempat yang dikasih tahu Sindhy.
'Ini manusia kulkas mau bawa aku kemana, sih? Awas saja berulah, jangan salahkan aku jika tendangan maut milik kaki cantik aku mendarat manis dibadannya,' batin Giana.
Setelah melihat Sindhy, Guna mendekat dengan tatapan datar dan dingin. Giana yang melihat perubahan laki-laki yang sedang menggenggam erat tangannya tersebut merasa takut.
Sindhy yang semula menampilkan senyum termanisnya terlihat raut wajahnya berubah.
'Siapa, perempuan yang bersama Guna,' tanya Sindhy dalam hati.
Guna sudah berada di tempat, Sindhy yang berdiri dan menampakkan senyum dustanya menyambut Guna dan Giana.
"Halo honey, sudah lama kita nggak ketemu. Aku sangat merindukanmu," ucap Sindhy manja dan mengabaikan ekspresi Giana.
Setelah itu ia menyalami Giana, "Hai, aku Sindhy."
"Giana," sambut Giana dengan senyum tulus.
Beda dengan Sindhy yang penuh dusta.
'Dih, ternyata nih manusia kulkas mau bertemu dengan kekasihnya. Kenapa mesti ngajak-ngajak aku?' rutuk Giana dalam hati.
Giana menilik perempuan yang ada di depannya dari atas sampai bawah, dari bawah sampai atas.
'Cantik,' batin Giana.
Pikiran Sindhy tak jauh dari pikiran Giana, walaupun tidak memperhatikan Giana terang-terangan namun ia mengakui bahwa gadis yang datang bersama Guna sangat menarik.
'Paket komplit,' batin Sindhy.
Guna masih terdiam, mendengarkan Sindhy yang berceloteh. Sebenarnya ia sudah sangat ingin meninggalkan tempat tersebut namun ia tahan karena ingin ngasih pelajaran dulu kepada perempuan yang berpakaian kurang bahan yang sedang berceloteh ria di deketnya sekarang.
"Aku mau ke toilet dulu," ijin Giana lalu berdiri.
Guna berdiri ..
"Mau kemana?" tanya Giana heran.
"Ngantarin kamu, Babby?" jawab Guna cuek, sebenarnya ia ingin menghindari berduaan dengan Sindhy.
Giana terperangah mendengar kata-kata ajaib yang keluar dari mulut Guna. Namun Giana dengan cepat menguasai diri.
Sedangkan Sindhy yang tengah minum langsung tersedak oleh minuman yang ia minum.
'Babby?' batin Sindhy.
"Aku bisa sendiri, cuma ke toilet itu!" sanggah Giana, sebenarnya Giana ingin menghindari dua sejoli yang temu kangen tersebut cuman alasan clasik saja ia ingi ke toilet.
"Kamu ingat, Babby. Pesan Mama kalau calon menantunya jangan sampai lecet?" tanya Guna mengerlingkan matanya.
Giana semakin gusar dengan tingkah Guna, 'Ini si kulkas makan apa sih tadi? Kok jadi aneh begini?' batin Giana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
semangat kak
2021-01-25
1
Yanti Yanti
lanjut kk.
Uda penasaran juga nihh.
2020-12-01
2
eonnielisa
Ayo lanjuttt kak
2020-12-01
5