Giana yang terlihat syok berdiri dengan wajah pucat, badannya lemas. Yang dilakukannya hanya menggenggam tangannya Guna semakin erat.
Guna merasakan pergelangan tangannya semakin erat digenggam oleh gadis disampingnya, sudah paham bahwa keadaannya tidak baik-baik saja.
Sementara Sindhy masih dengan posisi rambutnya yang masih dijambak.
'Mama! Sejak kapan Mama di sini dan kenapa dia bisa tahu jika aku ke sini,' batin Guna.
Ternyata orang yang menjambak Sindhy tersebut adalah Anita yang sejak tadi duduk di dekat mereka, Guna merasa kecolongan kenapa ia tidak bisa mengenali perempuan yang sudah melahirkannya ke dunia itu.
"Berani sekali kamu menghina calon menantuku di depan umum, akan aku mutilasi lidah kotor dan akan aku jadikan sate untuk pakan buaya ragunan," bisik Anita tegas.
Sementara pengunjung yang ada di situ, ada bisik-bisik yang manja, ada yang tidak peduli lagi dan ada yang merekam lalu tidak sungkan-sungkan untuk menyebarkannya ke sosmed. Bukan tidak ada yang melerai namun Anita tidak mengijinkan satu orang pun untuk maju karena berdalih urusan keluarga.
Guna mendekat dengan tatapan membunuh ke arah Sindhy yang tengah menahan sakit, laki-laki itu sama sekali tidak peduli dengan wajah menahan rasa sakit yang terpancar di wajah perempuan itu.
"Mama," panggil Guna lembut terhadap sang mama yang tangannya sama sekali belum menunjukka tanda-tanda untuk melepas rambut yang dari tadi ia genggam.
"Kita pulang, kasian Giana!" ulang Guna.
"Kamu kasian Giana atau kasian dengan perempuan yang tidak tahu malu ini?" tanya Anita sengit.
"Sama sekali nggak, Ma. Nanti biar Fajar yang ngurus dia.
Perlahan tangan Anita mengendur dan itu dijadikan kesempatan oleh Sindhy untuk melepaskan diri.
Namun sebelum rambut itu benar-benar lepas, Anita sekali lagi memperingati Sindhy agar tidak pernah muncul lagi dalam kehidupan Guna atau mengganggu calon menantunya.
"Sekali lagi, saya melihat kamu disekitar Guna atau Giana. Saya tidak akan segan-segan berbuat lebih dari ini!" ucap Anita menekan setiap kata-katanya.
Sindhy hanya diam namun jangan salah dalam hati perempuan itu bertekad tidak akan takut dengan ancaman Anita.
'Ciihhh! Memang dia siapa ngancam-ngancam saya, ini adalah awal dari semuanya. Hari ini saya kalah namum lihatlah esok kalian semua yang akan bertekuk lutut memohon kepadaku,' batin Sindhy.
"Ayo, Ma. Kita pergi dari sini," ajak Guna.
Anita dan Guna meninggalkan Sindhy yang terpaku di tempatnya.
"Ayok, Sayang. Kita pulang," ajak Anita mengandeng lengan Giana lembut.
Giana mengikuti tanpa kata, ia masih syok dengan ucapan yang terlontar dari mulut perempuan tadi.
Sedangkan Anita menatap tajam ke arah Guna.
Ada perasaan bersalah dalam hati Guna, karena sudah melibatkan Giana dalam masalahnya. Ia tak menyangka Sindhy akan berbuat nekat.
Beberapa saat kemudian Giana mengatakan bahwa ia benar-benar tidak menginginkan perjodohan ini.
"Tante, aku nggak mau dengan erjodohan ini."
"Nanti kita bicarakan setelah mama papa kamu ada di sini, lima dari dari sekarang mereka sudah ada di sini."
"Si tuan kulkas punya kekasih kok galak amat ya, Tan."
Guna melirik ke arah Giana yang masih menyebutnya kulkas.
'Baru aku mau kasian dengannya, eh malah bikin masalah lagi. Dasar! Cempreng!' sungut Guna dalam hati.
"Kenapa, tadi kamu diam saja saat perempuan itu menghinamu?" tanya Anita.
"Giana speacles dengan kata-katanya, Tante. Syok, mana di tempat umum lagi."
"Untung tadi tante ikut."
"Oh iya. Kenapa tante tiba-tiba ada di situ? Kapan tante masuknya?"
"Tadi tante masuk, saat kalian sama-sama ke belakang, jadi leluasa deh."
"Apa, Sindhy nggak mengenal tante?"
"Kenal, dong."
"Lalu kenapa tidak mengenali saat tante masuk?"
"Mana bisa ia kenal, orang tante pakai tutup muka dan kacamata hitam langsung duduk di meja belakang kalian."
Giana mengangguk paham, ia juga sangat berterima kasih karena kalau nggak ada sang tante, ntah apa yang akan terjadi.
Pukul 09:05 mobil telah sampai di depan rumah, setelah satu persatu mereka turun dengan pikiran masing-masing.
"Guna!" Anita memanggil Guna yang hendak naik ke atas.
"Iya, Ma."
"Mau kemana, kamu?"
"Mau ganti baju dulu, Ma."
"Duduk!"
Guna pun kembali, lalu duduk di sofa ruang tengah. Di sana sang papa pun ada, laki-laki itu heran melihat wajah-wajah yang baru datang tersebut.
"Kenapa wajahnya kelipat-lipat kayak baju yang belum disetrika gitu? Bukannya tadi berangkatnya wajah happy-happy saja?" tanya Angga yang tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.
"Anakmu yang tampan itu, berulah, Pa!" ucap Anita matanya menatap tajam Guna yang duduk disamping sang papa.
"Berulah, gimana?"
Anita yang sudah geram sejak tadi terhadap anaknya tersebut, menyerang Guna tiba-tiba. Sontak Angga pun dengan gesit melindungi sang putra dari amukan sang mama.
'Wah, masalah besar apa lagi yang diperbuat Guna sehingga membangunkan singa yang tengah tidur ini?' batin Angga.
Giana pun tidak diam, ia berusaha menarik sang tante melepaskan tangannya yang mencengkram kuat kerah bajunya Guna.
Sementara Guna tetap bergeming, ia sudah tahu konsekuensi ketika ia membangunkan singa yang tengah tidur dari pada di lawan makin berontak mending diam. Nanti juga capek sendiri.
'Ini orang anteng banget sih, badannya dipukul?' batin Giana.
"Mama, sudah dong, Ma. Nanti anak semata wayangnya mati gimana," ucap Angga menenangkan hati sang istri.
"Ini anak sudah berani bohongin mama, Pa!" jawab Anita sengit.
Angga berhasil melepaskan cengkraman tangan sang istri dari tubuh anak lalu membawa istrinya sedikit menjauh, sedangkan Giana berusaha menenangkan Anita.
Dengan sigap si mbok datang dengan air minum karena dari tadi mbok pun sudah melihat apa yang tengah terjadi. Mbok sudah hafal ketika nyonya besarnya habis ngamuk pasti yang dicari air minum yang banyak.
"Ini, Nya. Minum dulu."
Anita mengambil gelas besar berisi air tersebut lalu meneguknya tanpa jeda sampai habis kemudian ia menarik nafanya pelan-pelan agar bisa menstabilkan emosinya.
Saat suasana sudah tenang Anita menatap Guna.
Seorang Guna memang tidak pernah mau melawan orangtuanya terutama sang mama, sekalipun laki-laki itu sudah dewasa dan sudah berhasil menjabat sebagai CEO muda yang di luar sana sangat disegani dan ditakuti oleh lawan bisnisnya sangat berbeda ketika menghadapi sang mama yang mengamuk, Guna bagaikan menghadapi malaikat maut nyalinya akan ciut.
"Mama tidak ingin lagi melihat perempuan yang tidak tahu malu itu sekalipun bayangannya!" ucap Anita sengit.
"Perempuan siapa maksud, Mama?" tanya suaminya.
"Sindhy, Pa!" timpal Guna.
"Apa! Kamu masih berhubungan dengan perempuan itu? Pantas saja singa yang tengah tidur terbangun dan mengamuk," Angga yang sadar akan ucapannya langsung menutup mulutnya rapat-rapat karena menyadari kata-katanya yang terakhir salah total.
'Owalaaahh, aku tengah menyeburkan diriku sendiri dalam kandang singa yang sedang lapar, ini. Hadeh, ini mulut bisa-bisanya melakukan kesalahan di saat genting seperti ini ........' batin Angga dramatis
Giana hanya bisa menyembunyikan senyum gelinya karena melihat bagaimana wajah sang om ketika menyadari kesalahannya.
Sementara Guna merasa lega karena sasaran kini telah beralih ke sumber masalah baru yang barusan lewat.
Anita menatap tajam ke arah sang suami yang tengah duduk salah tingkah.
"Ternyata selama ini mama hanya seekor singa, Pa?" tanya Anita dingin.
'Oh tidak, pertanyaan apa ini Tuhan?' batin Angga.
Dalam hati Guna menghitung mundur, ia sangat tahu ketika pertanyaan yang baraura dingin itu tengah menuntut jawaban dari si pembuat masalah. Sehingga tanpa sadar Guna menarik tangan Giana untuk menghindar dari tempat itu.
"Jangan di sini, kamu masuk aja ke dalam kamarmu?" ucap Guna.
"Giana menarik paksa tangannya yang digenggam Guna, lalu melangkah gontai berjalan ke arah kamarnya."
Sebelum benar-benar masuk ke dalam kamarnya Giana membalikkan badannya dan berucap, "Urusan kita belum selesai tuan kulksa!"
Guna menautkan alisnya mendengar ucapan gadis yang baru saja menghilang dibalik pintu tersebut.
'Dasar! Cempreng kerempeng. Hah! Aku mencium sifatnya akan seperti mama, hadeehhh makin terjepit posisiku jika jadi menikah dengannya. Satu perempuan saja buat aku KO apalagi tambah satu,' gumam Guna sambil bergidik ngeri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Dhia Syarafana
cempreng kerempeng dan si kulkas dingin datar breerrr...
2021-11-02
0
silviaanugrah
hai thor, aku datang bawa 15 like untuk karyamu.
semangat up dan smg ceritanya sukses ya. aku tunggu feedback nya ke cerita ku😉
2021-02-04
1
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
jejakjejakjejak
2021-01-25
1