"Hehe, iya deh, maaf wanita terhebat dan tercantikku yang tiada duanya anakmu ini minta maaf."
Sambil memainkan ujung rambut mamanya, Guna merayu perempuan awal enam puluan itu agar melunak karena sebesar apapun rasa kesalnya terhadap sang mama, Guna tetap menyayangi dan sangat menghormatinya.
"Udah, Ma. Jangan, ngambek lagi. Hidup Guna hampa kalau Mama ngambeknya lama."
"Anita mencebik, "Aduh, coba anak menantu yang merayu Mama, pasti lebih endes, deh."
Dalam hati Anita berharap, jika sang anak mau membuka hatinya sedikit untuk perempuan. Akan tetapi yang disindir nggak peka, malah berusaha mengalihkan topik pembicaraan tanpa peduli apa yang ia ucapkan.
"Mama yang cantik tidak selamanya bahagia itu harus bersama pasangan, loh."
Guna mencoba untuk membela diri, siapa tahu kali ini ia akan menang adu argument sama mamanya tetapi apa mau dikata boro-boro menang kena semprotan sengit, iya.
"Mama tidak berharap liat kamu bahagia, namun setidaknya ngasih Mama cucu. Buat Mama Papa bahagia kalau kamu nggak mau bahagia."
"Dih, egois amat, sih, Mama. mau bahagia sendiri, yang jalani Guna, Ma."
"Ini anak, tak kutuk beneran jadi kodok baru tahu rasa, sama sekali nggak ada empati-empatinya terhadap orangtua yang begitu merindukan makhluk yang namanya cucu. Mama juga pengen kayak teman-teman Mama yang lain cerita tentang cucu-cucu mereka, lah Mama apa yang mau di ceritain? Masa, iya, Mama ceritain kamu yang bujang lapuk?"
"Tenang, Ma. Nanti kalau sudah waktunya pasti Guna akan menikah, cuman sekarang jodohnya belum datang, Mama."
"Kamu kira jodoh bakalan datang ketika kamu pangku tangan tanpa usaha?"
Guna tidak menjawab, kalau dipikir-pikir terkadang apa yang mamanya ucapkan ada benarnya, namun urusan perempuan ia tidak mau ambil pusing. Tak mau repot, pikirnya perempuan mempunyai sifat yang sama, menyebalkan dan menyakitkan.
"Begini, ya, anak Mama yang gantengnya hampir kadarluasa. Jodoh itu bukan seekor nyamuk yang datang lalu ditangkap, haap! Terkadang kalau tidak ada usaha untuk mencarinya, itu jodoh tidak akan datang. Apa lagi di usia kamu yang sekarang ini?"
Lagi dan lagi, Guna hanya diam mendengarkan racauan panjang kali lebar sang mama. Dijawab pun percuma, racauan itu sudah menjadi makanan sehari-harinya. Makin dijawab makin naik oktafnya, makin dilawan makin sengit dan ngeri balasannya.
'Heran, aku ini beneran anak mereka nggak, sih? mereka kira gampang nyari jodoh yang sesuai selera hati,' batin Guna.
Beberapa saat setelah puas meracau, Anita pun pulang dengan segala uneg-uneg yang masih tertahan, ingin rasanya ia ngubek-ngubek isi kepala anaknya agar pikirannya terbuka bahwa hidup berpasang-pasangan itu penting.
'Sebenarnya apa, sih, maunya itu anak? Jangankan nikah pacaran pun ogah,' rutuk Anita dalam hati.
Anita tidak pulang ke rumahnya melainkan ke rumah Guna, ia mau menengok Giana anak sahabatnya yang dari kampung yang ia suruh bekerja di rumah anak bujangnya itu. Dalam perjalanan, tak lupa mampir di sebuah butik langganannya untuk membelikan Giana beberapa potong pakaian karena saat berangkat anak temannya itu tidak banyak membawa pakaian.
💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕
Giana sedang membersihkan setiap inci tempatnya bekerja, ia sedang membuat taman di belakang rumah tersebut. Ditanamnya bunga-bunga karena ia sangat suka keindahan dan mempunyai selera seni dalam menata.
Giana sedang asyik mengerjakan pekerjaannya. Tiba-tiba terdengar suara orang memanggil dari arah depan.
"Ada orangkah di dalam sana?"
Dengan mlangkah gontai, Giana ke depan, ia membuka pintu.
“Iya, ada orangnya. Eh, Tante cantik datang kirain siapa tadi?"
"Iya, nih. Tante, bosan di rumah sendiri, makanya ke sini kebetulan di sini ada kamu. Oh, iya. Kaamu lagi ngapain sih? Kok, acak-acakan begitu?"
"He he, iya, Tante. Acak-acakan, soalnya Giana lagi bersih-bersih daan lagi membuat taman kecil di belakang. Lumayan Tante, biar nggak gersang. Giana bikinin taman untuk ditanami bunga-bunga segar biar agak indah dipandang mata."
"Aduh, rajinnya ... sudah cantik, ayu, terampil lagi."
" He he! Dikit, Tante. Nggak ada kerjaan, ya sudah, Giana bikin itu. Itung-itung olahraga juga."
'Coba ini menantu saya. Pasti bahagia hidup ini! Ahaa, aku punya ide untuk mereka berdua,' pekik Anita dalam hati.
"Tan-Tante! Kok, bengong? Cantik, ggak, Tante tamannya?"
"I-iya. Cantik, kok. Cantik banget malah, terampil banget kamu, Sayang?”
"Ya sudah, Tante. Tante, mau minum apa atau mau sesuatu untuk ngemil? Giana bikinkan!"
"Apa saja, Sayang. Tante mah pemakan segala apa pun enak di mulut, Tante!"
"Tante duduk yang manis di sini, Giana masakin sesuatu buat, Tante."
"Okeh, Cantik! Tante tunggu."
Anita tersenyum melihat punggung gadis itu meninggalkannya menuju dapur untuk membuat sesuatu untuknya.
Sambil mengutak ngatik remot TV, Anita berpikir untuk melancarkan aksi dan rencananya untuk menjodohkan sang putra dengan Giana. Sedikit demi sedikit, rencana pun ia susun di kepalanya agar tidak gagal seperti sebelum-sebelumnya.
'Kali ini, harus berhasil untuk menjodohkan anak bujanganku yang super dingin itu' batin Anita.
Beberapa saat kemudian, Giana kembali ke ruang tengah untuk memanggil Anita karena masakan sudah siap.
'Semoga Tante suka masakanku,' gumam Giana.
"Tante cantik, makanan sudah siap dieksekusi mumpung lagi panas enak, loh, Tan."
"Oh, ya? Tante sudah nggak sabar ingin mencicipi masakan itu."
Giana hanya tersenyum simpul saat Anita tersenyum lebar menyanjungnya. Dengan mata berbinar bahagia Anita menuju di mana makanan itu berada sambil berandai-andai riang 'Seandainya ia, anak menantuku' tetapi sayang seribu kali sayang itu hanya sebuah kata andai.
Dengan lahap, Anita menyantap makanan yang ada sambil mengoceh panjang kali lebar pastinya, Giana hanya menjadi pendengar setia karena ia tidak ikut makan.
Anita makin gencar dan semangat dengan yang direncanakannya, nggak sabar ingin pulang dan memberitahukan ke suaminya apa yang ingin dia lakukan? Dalam benaknya kali ini perjodohan yang direncanakannya harus berhasil .. harus .. !!!
'Tunggu saja anak Mama yang tampan tetapi aneh, hi hi. Bukannya mau ngatain anak readers tapi tau sendiri itu anak umurnya sudah sepantasnya momong anak'
"Giana! Tante, sudah kenyang dan sekarang mau langsung pulang cantik, ya."
"Kok, cepat sekali pulangnya? Nggak sekalian nunggu tuan? Bentar lagi tuan pulang, Tante."
"Akh! Nggak apa-apa, Tante mau pulang sekarang. Tante lupa ada sesuatu yang harus dibicarakan dengan Om mu. Oh, iya, tadi kamu manggil Guna apa?"
"Tuan, Tante."
"What?"
"kenapa, Tante?"
"Aduh! Giana! Kok, kamu manggilnya, Tuan? Sebut nama saja, nggak usah pake, Tuan."
"Giana di sini ART, Tante. Wajarlah, Giana manggil anak tante itu dengan, Tuan."
"Oh! Begitu? Ya sudahlah, mana mau kamu."
Dalam hati Anita meracau 'kamu bukan ART sayang tapi kamu sudah niatin untuk jadi calon menantu, Tante. Cuman sedikit ektrim memang caranya kalian bertemu karena anak tante itu alergi yang namanya perempuan.'
💕💕💕💕💕💕
Beberapa saat kemudian Anita sampai di rumahnya, ia sudah melihat mobil sang suami sudah terparkir manis di garasi. Berarti suaminya sudah pulang. Dengan langkah gontai ia masuk dan langsung berteriak memanggil sang suami tanpa jeda.
"Pa! Papa!"
Belum ada jawaban dari sang suami. 'Akh! Papa di mana, sih. Nggak tahu apa ada berita penting yang mau aku sampaikan untuk masa depan anak semata wayangnya yang aneh itu? Hi hi. Anak aku juga, sih,' Anita bermonolog sambil memanggil-manggil suaminya.
Anita masuk kamar dan terus berteriak memanggil sang suami.
"Pa! Papa!"
Sesaat kemudian terlihat kepala Angga menyembul dari balik pintu kamar mandi dengan raut sedikit kesal.
"Ada apa sih, Ma. Dari tadi teriak-teriak terus, macam orang kesurupan aja!" Ternyata suaminya baru selesai membersihkan diri karena baru pulang dari kantor.
"Mama, ada berita penting buat, Papa!"
"Sepenting apa, sih, Ma. Sampai Mama kalang kabut begitu? Akh, Papa tahu ini paling ini akal-akalan Mama, karena mau minta duit buat shoping lagi 'kan?"
"Aduh, Papa yang ganteng seantero rumah pada masanya karena sekarang sudah digantikan sama anaknya, ini lebih dari minta duit buat shoping, Papa!"
Dengan santainya sang suami bilang, "Tumben ada yang lebih penting dari duit shoppingnya, Mama?"
"Makanya, Papa. Dengerin dulu jangan dipotong terus. Mama lagi ngomong biar Papa tahu sepenting apa berita yang mau Mama sampaikan!"
"Oke! Kalau bagitu, ada apa?"
"Kita jodohkan Guna, Pa!"
Spontan Angga, Anggara Atmadja, ya, itulah nama papanya Guna. Dia seorang konglomerat yang mempunyai perusahaan di beberapa kota di Indonesia, bahkan sudah go Internasional. Tapi orangnya nggak sombong selalu care sama setiap orang. Sudah, sampai di sini dulu perkenalan dengan papanya Guna, sekarang kembali ke laptop!
"Bukankah dari dulu selalu gagal, Ma?"
"Iya, Pa. Dari dulu memang selalu gagal, tapi kali ini harus berhasil. Mengingat umur anak kita sudah kepala tiga, tuh."
Angga sedikit berpikir tentang anaknya itu "Kali ini, perempuan mana lagi yang mau Mama jodohkan dengannya?"
"Papa, masih ingat nggak? anak gadis yang tempo hari Mama bawa dari kampungnya Mama. Anak temannya Mama dari kampung itu, loh, Pa?"
Angga mengernyitkan dahinya, "Sekarang anak itu di mana?"
"Mama, suruh kerja di rumahnya, Guna!"
"Loh, bukannya tempo hari Mama bilang itu anak lulusan S2 di universitas ternama dengan predikat kumlaud. Kok, malah mau jadi ART, sih, Ma?" Angga semakin bingung dengan jalan pikiran sang istri.
Giana memang lulusan S2 di universitas ternama. Selain cantik, ia sangat cerdas sehingga lulus dengan predikat kumlaud dan berhasil menyelesaikan studinya dengan cepat. Gadis yang sangat ulet meraih mimpinya.
Angga mendengar penuturan sang istri dengan seksama tentang prestasi-prestasi yang sudah Giana capai, tidak sedikit pun Angga mendengar bahwa gadis itu angkuh atau menyombongkan diri.
"Waah! Mama, gadis itu benar-benar calon menantu idaman, ia harus menjadi menantu kita," ternyata Angga lebih antusias dari sang istri.
"Makanya, Papa. Gimana caranya agar dua anak manusia itu bisa bersatu, kita harus menyusun sebuah rencana yang benar-benar matang biar nggak berakhir tragis seperti sebelum-sebelumnya."
"Oke, Mama! Deal?"
"Deal!"
Hening.
Mereka berdua sibuk dengan pikiran masing-masing, mereka memikirkan cara yang paling ampuh untuk memuluskan apa yang mereka rencanakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Nailil Ilma
Semangat up kak...
Yuk dah coba mampir baca novel cinta anak pesantren
2021-06-29
0
Shynta Zhoelly
nAma belakang marga papa ny guna mngingat kan ku dgn nma blakang marga seseorg yg ntah lah ntah dmn skrg ntah mngkin sdh d jodoh kn sma mmh ny krn mmg mreka kluarga trpndang sdg kan ak apalah dayaa ku hnya anak seorg petani dri kmpung yg tdk mmiliki drajat yg tinggi untuk mnyeimbngin ny.. dan smpai saat ni ak msh mrindukan ny😭😭 aihhhk malah curhat jdi ny😁😁
2021-04-08
0
Sri Mulyawati
thor..masak lulusan S2 pluss cumlaud perannya jd pembantu sih...hargailan pendidikan orang..biar yg baca jd terinspirasi
2021-02-19
3