Bab 16 Giana tidak menyadari bahwa Guna mengerjainya.

Dasar! Cempreng kerempeng. Hah! Aku mencium sifatnya akan seperti mama, hadeehhh makin terjepit posisiku jika jadi menikah dengannya. Satu perempuan saja buat aku KO apalagi tambah satu,' gumam Guna sambil bergidik ngeri.

Guna pun masuk ke kamarnya, sejenak ia duduk di tempat tidurnya memikirkan apa yang telah terjadi.

'Sindhy benar-benar ingin bermain,' gumam Guna.

[Fajar, gimana?]

[Perempuan itu sedang bertemu seseorang tidak jauh dari tempat tadi]

[Pantau terus! Jangan biarkan lolos!]

[Beres, boss!]

[Nanti aku transfer!]

[Boss memang terbaik]

'Mari kita bermain Sindhy," batin Guna.

Setetah memutuskan sambungan telepon Guna beranjak untuk membersihkan diri.

Sementara di ruang tengah sana pasangan lanjut usia yang tengah duduk berdampingan masih dengan sang perempuan penyerang handal sedangkan sang laki-laki masih dengan tangkisan-tangkisan tipisnya. Begitulah Angga, ketika sang istri mengamuk, ia hanya menangkis tanpa melawan atau meninggalkan tempat.

"Papa, Jahat!"

"Nggak jahat, Ma."

"Terserah, PAPA!"

Angga tersenyum samar ketika mendengar kata terserah karena itu pertanda amukan akan segera mereda.

'Punya bini' kok, gini amat eaakk. Untung sayang, kalau nggak udah tak tukar tambah,' batin Angga.

"Sudah, ini minum. Mama pasti haus, 'kan?"

Anita meraih gelas berisi air yang disodorkan oleh sang suami lalu menuguk habis tanpa jeda karena merasa sangat haus tenagannya terkuras banyak.

"Gimana? Sudah tenang?" tanya Angga pelan.

"Kita harus gerak cepat, Pa."

"Gerak cepat mau kemana?"

"Nyingkirin perempuan tidak tahu malu itu."

"Memang apa yang telah dia lakukan?"

"Perempuan itu sudah menghina Giana habis-habisan di depan orang banyak, Pa. Mama sangat merasa bersalah sekali dengan Giana, gadis itu nggak ngomong tapi mama tahu persis pasti sangat syok."

"Apa Guna sudah mengambil sebuah tindakan?"

"Katanya Fajar akan turun tangan, Pa."

"Hm! Papa yakin jika laki-laki yang tidak punya belas kasihan itu turun tangan Sindhy nggak akan berani macam-macam lagi kecuali perempuan tidak tahu malu itu punya nyawa cadangan."

"Tapi mama ingin membuat sesuatu terhadap perempuan itu yang tidak akan pernah dia lupa, Pa."

Anita memang sangat geram terhadap Sindhy, perempuan itu sudah membuat anaknya terpuruk sangat dalam. Sekarang kembali dan sudah berani menghina calon menangtunya di depan umum.

"Kita tidak perlu mengotorkan tangan kita untuk orang macam itu, Ma. Cukup Fajar yang akan menanganinya, percaya dengan laki-laki itu!"

Hening ...

"Yuk kita masuk, kita lakukan hal yang lebih berguna!" ajak Angga sambil mengedip nakal.

"Hal berguna?"

"Ya, membuatkan adik buat Guna, misalnya!"

Anita mencubit pinggang suaminya yang kadar mesumnya masih akut diusia yang tidak muda lagi itu, tapi dalam hati ia sangat senang sekali.

Umur mereka memang sudah enam puluhan tapi mereka masih seperti pasangan-pasangan muda, aktifitas ranjang mereka tetap rutin mereka lakukan walaupun tidak sekuat waktu muda.

Di satu sisi, Giana sedang rebahan. Ucapan yang terlontar dari mulut Sindhy masih terngiang di telingannya, sungguh kasar sekali.

'Apakah mulut perempuan itu tidak pernah disekolahkan, ya. Kok, sangat tidak berbobot sekali kata-kata yang diproduksi oleh mulutnya itu?' gumam Giana.

Drrttt ... ddrttttt ...

Tiba-tiba benda pipih kesanyangannya itu bergetar.

'Nomor baru, siapa in?' batinnya.

[Ehkem, hallo]

[Sudah tidur?]

Giana mengenal suara itu.

[Sudah!]

[Sudah tidur kok, masih bisa jawab]

[Terobosan baru, jawab telepon sambil merem]

[Saya tunggu di taman belakang, sekarang!]

Sesaat Giana mengernyitkan dahinya.

[Aku sudah tidur!]

[Saya, tunggu!]

Tuuutttt ...

Panggilan berakhir.

"Ugghh! Dasar manusia kulkas! Selain auranya seperti kulkas tapi juga pemaksa, awas kau macam-macam."

Giana pun beranjak untuk menghampiri manusia yang ia juluki kulkas itu, sementara Guna sedang duduk sambil mnegerjakan beberapa berkas kantornya untuk kepentingan meeting besok pagi.

Beberapa saat kemudian Giana sudah berada di hadapan Guna, sesaat mereka tidak ada yang bersuara. Giana pun tidak beranjak dari tempatnya berdiri.

"Mau menjadi pengganti tiang listrik?" celetuk Guna tanpa melihat reaksi Giana.

'Aarrghhhh, pengen sekali ku cubit ginjalnya nih orang!' sungut Giana dalam hati.

Tanpa menjawab Giana mengenyakkan dirinya di kursi agak jauh dari Guna.

"Hei! Kenapa nggak sekalian kamu duduk di dalam rumah saja?"

Giana semakin kesal, "Ya Allah, ini manusia es maunya apa?'

Gadis itu berpindah ke tempat duduk yanv dekat dengan Guna, sedangkan laki-laki itu masih dengan kegiatannya.

"Apa aku datang untuk melihatmu berkutat dengan kertas-kertas itu, Tuan?" tanya Giana menahan geram.

Guna bisa merasakan bahwa perempuan yang tengah duduk di dekatnya sekarang sedang menahan sebuah amarah.

Sejenak Guna melirik lalu kembali fokus dengan kegiatannya lagi.

'Seandainga neraka itu tidak ada, sudah aku lenyapkan manusia nggak jelas ini dari tadi,' batin Giana.

"Kalau mau marah, keluarkan! Jangan ditahan nanti bisa jadi penyakit!" ucap Guna.

'What? Dia bisa tahu kalau aku marah, apa selain seorang CEO dia juga berprofesi dukun?' batin Giana.

"Sok tahu!" akhirnya hanya kata-kata itu yang terlontar dari mulut Giana.

Hening ...

Hanya suara-suara kertas dan ketikan jari Guna yang menggema ditengah keheningan tersebut, sebenarnya Guna ingin meminta maaf atas kejadian yang di restaurant tadi. Namun laki-laki itu juga bingung mau mulai dari mana untuk ngomongnya.

"Kalau nggak ada yang penting, saya mau tidur tuan!" ujar Giana.

"Saya belum ngantuk!"

"Lah, itu urusan tuan. Bukan urusan saya, yang punya mata 'kan tuan bukan saya!"

"Mulai malam ini, menjadi urusan kamu."

'Apa manusia es ini salah minum obat ya? Semenjak di reastaurant tadi omongannya ngelantur terus,' batin Giana seraya menatap Guna intens.

"Tidak perlu ditatap seperti itu, saya memang tampan. Sudah dari sononya!" ucap Guna tanpa menoleh.

'Sumpah! Jika neraka benar-benar tidak ada, sudah aku lelepin manusia aneh bin ajaib ini,' kesal Giana dalam hati.

Guna menyerahkan secarik kertas.

"Nih, baca!"

"Apa, ini?"

"Makanya dibaca, biar itu mulut tidak hanya digunakan untuk bertanya!"

Giana meraih kertas tersebut tanpa bersuara lagi.

"Bantuin saya mendata berkas ini sebagai arsip secara manual."

"Apa di perusahaan sebesar itu tidak mempunyai karyawan? Saya bukan karyawanmu, tuan kulkas!" desis Giana yang benar-benar batas kesabarannya sudah dititik terakhir.

"Yang ada di sini cuma kamu, masa iya saya harus menelpon karyawan saya malam-malam," jawab Guna tetap acuh.

Giana tidak ingin berdebat lagi, gadis itu mengerjakan apa yang Guna perintahkan. Ingin membantah lagi namun ia malas untuk adu mulut lagi.

Sedangkan Guna diam-diam memperhatikan apa yang dilakukan gadis itu.

'Tulisannya indah sekali,' batin Guna dengan senyum kemenangan karena berhasil mengerjai Giana.

Alih-alih untuk meminta maaf seperti niat awalnya karena membuat gadis itu kesal lebih menyenangkan.

Sedangkan Giana sama sekali jika Guna mengerjainya, gadis itu hanya menggerutu dalam hatinya. Mengatai Guna sepuasya, namun itu hanya batinnya yang berbicara.

'Awas, kau manusia kulkas. Nanti lihat saja, aku akan membalasmu!'

'Dasar, beruang kutub!'

'Manusia aneh!'

Tidak henti-hentinya Giana menggerutu dalam hatinya, rasanya sedikit bisa mengobati rasa kesalnya ketika memaki Guna dalam hati. Ya, walaupun ia sadar Guna tidak akan memdengar tapi senggak-ngganya ia sudah memaki laki-laki itu.

Terpopuler

Comments

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

like..like..

asisten dadakan hadir..😘

mampir juga yuk..

semangat kak💪

2021-01-29

1

Mini Sarbini

Mini Sarbini

lanjut...makin seru nih ceritanya...

2020-12-09

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Kedatangan perempuan baru
2 Bab 2 Tragedi KECOAK
3 Bab 3 Calon menantu idaman
4 Bab 4 Mengajak makan bersama
5 Bab 5 Menemani makan
6 Bab 6
7 Bab 7 Kedapatan berduaan dalam kamar
8 Bab 8 Diharuskan menikah
9 Jengkel
10 Bab 10 Ketahuan saling mengorek
11 Bab 11 Mantan kembali
12 Bab 12 Minta bantuan Mama
13 Bab 13 Bertemu mantan
14 Bab 14 Akting
15 Bab 15 Singa mengamuk
16 Bab 16 Giana tidak menyadari bahwa Guna mengerjainya.
17 Bab 17 Diisengi sang mama
18 Bab 18 Keceplosan
19 Bab 19 Menjemput seseorang
20 Bab 20 Rumah sakit
21 Bab 21 Rumah sakit 2
22 Bab 22 Marah
23 Bab 23 Salah tingkah
24 Bab 24 Ternyata Giana pernah bertunangan.
25 Bab 25 Gelisah
26 Bab 26 Dikira pasangan suami istri
27 Bab 27 Bubur yang terabaikan
28 Bab 28 Dapat undangan
29 Bab 29 Kejutan makan siang
30 Bab 30 Rencana Angga buat Giana
31 Bab 31 Suasana rumah sakit
32 Bab 32 Kejutan untuk Giana
33 Bab 33 Drama Widhya dipecat
34 Bab 34 Lupa
35 Bab 35
36 Bab 36 Gaji untuk Giana
37 Bab 37 Giana dikerjain
38 Bab 38 Kedatangan Giana disaat yang tepat.
39 Bab 39 Bunga untuk Giana
40 Bab 40 Rencana Dinner
41 Bab 41 Keusilan Widhya
42 Bab 42 Dinner
43 Bab 43 Wah ternyata Mama Anita dan Mama Tina mantan ketua Mafia
44 Bab 44 Ice cream
45 Bab 45 Ungkapan Cinta Guna
46 Bab 46 Mengingat masa muda 1
47 Bab 47 Mengingat masa muda 2
48 Bab 48 Terpesona
49 Bab 49 Nisa baik-baik saja
50 Bab 50 Rahmad penasaran
51 Bab 51 Ancaman Mama Anita
52 Bab 52 Kamu calon istriku bukan pelayanku
53 Bab 53 Kita pulang saja Mas
54 Bab 54 manis dan Menggemaskan
55 Bab 55 Si Mbok jadi obat nyamuk
56 Episode 56 Bisik-bisik aula
57 Episode 57 Pilihan Mama memang tidak salah.
58 Bab 58
59 Episode 59 Belajarlah mencintaiku.
60 Episode 60 Apa kamu sudah mencintaiku
61 Episode 61 Terkadang ketenangan menjadi tempat kematian yang sadis.
62 Episode 62 Mata sang mantan
63 Episode 63 Teriakan Giana
64 Episode 64 Hantu kulkas
65 Episode 65 Diejek Widhya
Episodes

Updated 65 Episodes

1
Bab 1 Kedatangan perempuan baru
2
Bab 2 Tragedi KECOAK
3
Bab 3 Calon menantu idaman
4
Bab 4 Mengajak makan bersama
5
Bab 5 Menemani makan
6
Bab 6
7
Bab 7 Kedapatan berduaan dalam kamar
8
Bab 8 Diharuskan menikah
9
Jengkel
10
Bab 10 Ketahuan saling mengorek
11
Bab 11 Mantan kembali
12
Bab 12 Minta bantuan Mama
13
Bab 13 Bertemu mantan
14
Bab 14 Akting
15
Bab 15 Singa mengamuk
16
Bab 16 Giana tidak menyadari bahwa Guna mengerjainya.
17
Bab 17 Diisengi sang mama
18
Bab 18 Keceplosan
19
Bab 19 Menjemput seseorang
20
Bab 20 Rumah sakit
21
Bab 21 Rumah sakit 2
22
Bab 22 Marah
23
Bab 23 Salah tingkah
24
Bab 24 Ternyata Giana pernah bertunangan.
25
Bab 25 Gelisah
26
Bab 26 Dikira pasangan suami istri
27
Bab 27 Bubur yang terabaikan
28
Bab 28 Dapat undangan
29
Bab 29 Kejutan makan siang
30
Bab 30 Rencana Angga buat Giana
31
Bab 31 Suasana rumah sakit
32
Bab 32 Kejutan untuk Giana
33
Bab 33 Drama Widhya dipecat
34
Bab 34 Lupa
35
Bab 35
36
Bab 36 Gaji untuk Giana
37
Bab 37 Giana dikerjain
38
Bab 38 Kedatangan Giana disaat yang tepat.
39
Bab 39 Bunga untuk Giana
40
Bab 40 Rencana Dinner
41
Bab 41 Keusilan Widhya
42
Bab 42 Dinner
43
Bab 43 Wah ternyata Mama Anita dan Mama Tina mantan ketua Mafia
44
Bab 44 Ice cream
45
Bab 45 Ungkapan Cinta Guna
46
Bab 46 Mengingat masa muda 1
47
Bab 47 Mengingat masa muda 2
48
Bab 48 Terpesona
49
Bab 49 Nisa baik-baik saja
50
Bab 50 Rahmad penasaran
51
Bab 51 Ancaman Mama Anita
52
Bab 52 Kamu calon istriku bukan pelayanku
53
Bab 53 Kita pulang saja Mas
54
Bab 54 manis dan Menggemaskan
55
Bab 55 Si Mbok jadi obat nyamuk
56
Episode 56 Bisik-bisik aula
57
Episode 57 Pilihan Mama memang tidak salah.
58
Bab 58
59
Episode 59 Belajarlah mencintaiku.
60
Episode 60 Apa kamu sudah mencintaiku
61
Episode 61 Terkadang ketenangan menjadi tempat kematian yang sadis.
62
Episode 62 Mata sang mantan
63
Episode 63 Teriakan Giana
64
Episode 64 Hantu kulkas
65
Episode 65 Diejek Widhya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!