Bab 5 Menemani makan

Giana hanya melongo dari tempatnya.

'Maksudnya apa nih manusia kulkas, nyuruh saya temenin dia makan' bathinnya.

Giana belum beranjak dari tempatnya berdiri, ntah apa yang dipikirkan Guna menyuruh Giana menemaninya makan.

"Ngapain masih di situ?"

"Akh iya, Tuan."

Giana pun mendekat dan masih berdiri karena dia masih menunggu Guna untuk menyuruhnya duduk.

'Allahu'akbar, ini perempuan bener-bener nguji kesabaran' batin Guna.

"Kenapa masih berdiri? Udah kayak tiang listrik aja."

'Coba ini manusia bukan majikan, Tuhan. Sudah hamba remes-remes dia punya mulut' gumam Giana dalam hati karena mode keselnya on.

"Tuan, belum suruh saya duduk makanya saya tidak berani duduk, Tuan."

"Ya sudah, Duduk! Temani saya makan!"

Giana terkejut mendengar ucapan tuannya.

"Mm ... !"

Belum sempat Giana melanjutkan kata-katanya Guna menyela, "Tidak menerima lowongan PROTES."

Akhirnya Giana pun duduk tanpa berniat membantah lagi. Selama kegiatan makan berlangsung, hanya keheningan yang berlaku. Sesekali suara dentingan piring dan sendok yang menemani, Giana yang kikuk dan Guna yang masih dengan muka datarnya.

Beberapa saat keheningan melanda, diujung ritual makan. Guna pun bersuara, "Oh iya, mulai besok kamu temani saya makan!"

Dengan kecepatan angin Giana mengangkat kepalanya, "What the?"

"Kenapa? Nggak mau? Anggap ajha hukuman karena kamu sudah berani membandingkan saya dengan kulkas."

"Nggak gitu juga kan, Tuan. Saya, sudah minta maaf tadi."

"Sudah! Sudah! Masih untung, Saya. Ngasih hukuman hanya temani makan. Tenang nggak mungkin tertarik sama kamu, karena kamu bukan type saya, jadi saya harap tingkat kepedeannya jangan terlalu ditinggi-tinggikan hanya karena saya meminta temenin makan."

"Diih, siapa juga yang kepedean, Tuan aja kali yang kadar kebaperannya terlalu melebar kemana-mana. Terus nyari kesempatan buat hukum saya, padahal saya sudah minta maaf!"

Hilang sudah rasa hormat Giana terhadap majikannya itu karena kupingnya panas dengar mulut lemesnya.

'Laki-laki kok punya mulut lemes amat bagai karet ban dalam fuso yang rusak' gumam Giana yang masih didengar oleh Guna.

"Kamu mau bantah silahkan tapi jangan salahkan saya jika hukumannya .. " Guna menggantungkan sengaja ucapannya.

"Jika apa? Saya nggak takut, Tuan!"

"Ya sudah kalau tidak takut, mulai besok kamu temenin saya makan tidak ada penolakan, karena saya tidak suka ditolak."

Guna meninggalkan meja makan dan berlalu tanpa memperhatikan ekspresinya Giana.

Sepeninggal tuanya, Giana merengut kesal sangat kesal sekali.

'Kok bisa sih ada makhluk menyebalkan seperti dia' Guna tak menyadari yang direngut masih deket dengan posisinya sehingga masih mendengar apa yang Giana rengutkan.

"Jangan merengut begitu, saya masih denger apa yang kamu rengutkan berhenti sebelum saya berubah pikiran!"

Sontak Giana langsung berdiri kaget kalau si tuanya masih mendengar apa yang direngutkanya.

'Diihhh, tuh orang tajam sekali pendengarannya. Udah kayak uka-uka ajha, tiba-tiba nyahut dan dengar apa yang orang ngomong' Kali ini Giana bergumam dalam hati karena dia takut si kulkas dengar lagi.

Setelah beres-beres sisa makan malamnya Giana beranjak ke kamar, asli malam ini dia kesel banget dengan tuanya itu. Kerena seenaknya saja meminta tanpa mau menerima penolakan. Bukan, bukan .. bukan meminta menurut Giana lebih tepatnya memerintah.

'Mentang-mentang orang kaya lalu seenaknya saja berbuat' sungut Giana.

Di kamarnya Guna pun tak henti-hentinya bergumam kenapa dia bisa ngasih perempuan itu hukuman macam itu. Kenapa bukan jenis hukuman lain yang lebih ekstrim.

'Kok bisa aku ngasih itu perempuan hukuman selalu temenin saya makan' gumamnya sambil mengetok ngetok kepalanya sendiri merutuki perbuatannya barusan.

Untuk mengalihkan pikirannya, Guna membuka laptopnya untuk mengecek beberapa email yang menyangkut pekerjaan. Sepersekian detik Guna lagi asyik berkutat dengan pekerjaannya benda pipih yang dia simpan di atas nakas bergetar.

Melihat nama siapa yang tertera di layar benda itu membuat, Guna. Merasa enggan untuk mengangkatnya karena dia sudah tau apa yang mau diomongin orang yang telepon itu, siapa lagi kalau bukan mamanya.

Tapi dengan segala pertimbangan Guna menjawab telepon jangan ditanya bagaimana suara cempreng mamanya langsung mengalun memekakkan telinganya.

"Waalaikumussalam Mama, Ya Allah Ma. Itu suara bisa nggak kadar oktafnya dikurangi seperempat? Lama-lama telinga anakmu yang gantengnya di atas rata-rata ini rusak, Mama."

"Kamu jangan kurang ajar sama orang tua, kualat nanti."

"Iya Mama sayang, ada apa telepon nggak biasanya Mama telepon malam-malam begini?"

"Oh itu, Mama. Mau tanya, itu si Giana gimana?"

"Gimana apanya, Ma?"

"Hah! Kamu ini, laki-laki atau bukan sih? Lama-lama Mama sangat menyesel beranakan kamu dulu. Nggak ada peka-pekanya sama keinginan orang tua, punya anak atu-atunya kok lelet amat."

Panjang kali lebar plus kali tinggi, Anita meracau. Guna hanya mendengar soalnya kalau Guna memotong sang ratu yang lagi meracau begitu, alamat panjang kali lebarnya akan bertambah dikali luas kali tinggi dan tak tanggung-tanggung akan merebak kemana-mana.

"Guna! Kamu masih di situ?"

"Iya Ma. Guna masih di sini."

"Itu gimana Giana, dia baik baik saja kan? Mama mau, kamu jaga dia dengan baik walaupun dia seorang ART karena temannya Mama udah nitipin ke Mama buat njagain anaknya selama disini, awas kamu apa-apain tuh anak orang."

"Allahuakbar, Mama. Mama kira Guna laki-laki apa-apaan? Sehingga seenaknya ngapa-ngapain anaknya orang, tadi sih Guna hanya memberikan sedikit hukuman buat dia, Mama. Nggak lebih kok."

"Apa? Kamu, hukum apa itu anak orang? Mang dia ngapain kok kamu bisa hukum dia?"

"Huh! Mama, satu-satu nanyanya jangan banyak-banyak kayak gitu, kan Guna jadi bingung mau jawab yang mana dulu."

"Nggak usah basa-basi jawab ajha pertanyaan, Mama. Jangan bikin malu, kamu kerjain anak orang apalagi itu anak temannya, Mama."

"Gimana Guna nggak hukum dia maah, masa dia bandingkan anak Mama yang ganteng dan macho ini dengan kulkas."

Guna merasa kesal jika mengingat kata kulkas keluar dari mulut makhluk cempreng kerempeng itu.

Tapi beda dengan mamanya, di seberang sana Guna mendengar mamanya tertawa terbahak-bahak setelah mendengar alasan kenapa Guna menghukum Giana.

"Sudah puas ketawanya, Ma? Seneng banget denger anaknya dikatain kulkas ma orang. Bukannya dibelain malah diketawain."

Tidak ada sahutan dari Anita, hanya suara tertawa saja yang terdengar dan itu makin membuat mode gusar Guna on lever di atas rata-rata.

Guna langsung memutuskan sambungan teleponnya, kerena jengah diketawain terus sama sang Mama.

Terpopuler

Comments

Dhia Syarafana

Dhia Syarafana

wkwkwk... aku pun ngakak jadix

2021-11-02

0

Eky Ramadani10

Eky Ramadani10

🤣🤣🤣

2021-02-23

1

Rahmawaty❣️

Rahmawaty❣️

udh kaya..ganteng..sholeh..rajin ke mushola..aaaahh mungkin idaman wanita kali yaa😅😅

2021-02-20

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Kedatangan perempuan baru
2 Bab 2 Tragedi KECOAK
3 Bab 3 Calon menantu idaman
4 Bab 4 Mengajak makan bersama
5 Bab 5 Menemani makan
6 Bab 6
7 Bab 7 Kedapatan berduaan dalam kamar
8 Bab 8 Diharuskan menikah
9 Jengkel
10 Bab 10 Ketahuan saling mengorek
11 Bab 11 Mantan kembali
12 Bab 12 Minta bantuan Mama
13 Bab 13 Bertemu mantan
14 Bab 14 Akting
15 Bab 15 Singa mengamuk
16 Bab 16 Giana tidak menyadari bahwa Guna mengerjainya.
17 Bab 17 Diisengi sang mama
18 Bab 18 Keceplosan
19 Bab 19 Menjemput seseorang
20 Bab 20 Rumah sakit
21 Bab 21 Rumah sakit 2
22 Bab 22 Marah
23 Bab 23 Salah tingkah
24 Bab 24 Ternyata Giana pernah bertunangan.
25 Bab 25 Gelisah
26 Bab 26 Dikira pasangan suami istri
27 Bab 27 Bubur yang terabaikan
28 Bab 28 Dapat undangan
29 Bab 29 Kejutan makan siang
30 Bab 30 Rencana Angga buat Giana
31 Bab 31 Suasana rumah sakit
32 Bab 32 Kejutan untuk Giana
33 Bab 33 Drama Widhya dipecat
34 Bab 34 Lupa
35 Bab 35
36 Bab 36 Gaji untuk Giana
37 Bab 37 Giana dikerjain
38 Bab 38 Kedatangan Giana disaat yang tepat.
39 Bab 39 Bunga untuk Giana
40 Bab 40 Rencana Dinner
41 Bab 41 Keusilan Widhya
42 Bab 42 Dinner
43 Bab 43 Wah ternyata Mama Anita dan Mama Tina mantan ketua Mafia
44 Bab 44 Ice cream
45 Bab 45 Ungkapan Cinta Guna
46 Bab 46 Mengingat masa muda 1
47 Bab 47 Mengingat masa muda 2
48 Bab 48 Terpesona
49 Bab 49 Nisa baik-baik saja
50 Bab 50 Rahmad penasaran
51 Bab 51 Ancaman Mama Anita
52 Bab 52 Kamu calon istriku bukan pelayanku
53 Bab 53 Kita pulang saja Mas
54 Bab 54 manis dan Menggemaskan
55 Bab 55 Si Mbok jadi obat nyamuk
56 Episode 56 Bisik-bisik aula
57 Episode 57 Pilihan Mama memang tidak salah.
58 Bab 58
59 Episode 59 Belajarlah mencintaiku.
60 Episode 60 Apa kamu sudah mencintaiku
61 Episode 61 Terkadang ketenangan menjadi tempat kematian yang sadis.
62 Episode 62 Mata sang mantan
63 Episode 63 Teriakan Giana
64 Episode 64 Hantu kulkas
65 Episode 65 Diejek Widhya
Episodes

Updated 65 Episodes

1
Bab 1 Kedatangan perempuan baru
2
Bab 2 Tragedi KECOAK
3
Bab 3 Calon menantu idaman
4
Bab 4 Mengajak makan bersama
5
Bab 5 Menemani makan
6
Bab 6
7
Bab 7 Kedapatan berduaan dalam kamar
8
Bab 8 Diharuskan menikah
9
Jengkel
10
Bab 10 Ketahuan saling mengorek
11
Bab 11 Mantan kembali
12
Bab 12 Minta bantuan Mama
13
Bab 13 Bertemu mantan
14
Bab 14 Akting
15
Bab 15 Singa mengamuk
16
Bab 16 Giana tidak menyadari bahwa Guna mengerjainya.
17
Bab 17 Diisengi sang mama
18
Bab 18 Keceplosan
19
Bab 19 Menjemput seseorang
20
Bab 20 Rumah sakit
21
Bab 21 Rumah sakit 2
22
Bab 22 Marah
23
Bab 23 Salah tingkah
24
Bab 24 Ternyata Giana pernah bertunangan.
25
Bab 25 Gelisah
26
Bab 26 Dikira pasangan suami istri
27
Bab 27 Bubur yang terabaikan
28
Bab 28 Dapat undangan
29
Bab 29 Kejutan makan siang
30
Bab 30 Rencana Angga buat Giana
31
Bab 31 Suasana rumah sakit
32
Bab 32 Kejutan untuk Giana
33
Bab 33 Drama Widhya dipecat
34
Bab 34 Lupa
35
Bab 35
36
Bab 36 Gaji untuk Giana
37
Bab 37 Giana dikerjain
38
Bab 38 Kedatangan Giana disaat yang tepat.
39
Bab 39 Bunga untuk Giana
40
Bab 40 Rencana Dinner
41
Bab 41 Keusilan Widhya
42
Bab 42 Dinner
43
Bab 43 Wah ternyata Mama Anita dan Mama Tina mantan ketua Mafia
44
Bab 44 Ice cream
45
Bab 45 Ungkapan Cinta Guna
46
Bab 46 Mengingat masa muda 1
47
Bab 47 Mengingat masa muda 2
48
Bab 48 Terpesona
49
Bab 49 Nisa baik-baik saja
50
Bab 50 Rahmad penasaran
51
Bab 51 Ancaman Mama Anita
52
Bab 52 Kamu calon istriku bukan pelayanku
53
Bab 53 Kita pulang saja Mas
54
Bab 54 manis dan Menggemaskan
55
Bab 55 Si Mbok jadi obat nyamuk
56
Episode 56 Bisik-bisik aula
57
Episode 57 Pilihan Mama memang tidak salah.
58
Bab 58
59
Episode 59 Belajarlah mencintaiku.
60
Episode 60 Apa kamu sudah mencintaiku
61
Episode 61 Terkadang ketenangan menjadi tempat kematian yang sadis.
62
Episode 62 Mata sang mantan
63
Episode 63 Teriakan Giana
64
Episode 64 Hantu kulkas
65
Episode 65 Diejek Widhya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!