"Oke, Ma! Deal?"
"Deal!"
Hening.
Mereka berdua sibuk dengan pikirannya masing-masing untuk memikirkan cara yang ampuh dan jitu untuk memuluskan rencana mereka.
Di satu sisi Guna masih berkutat dengan berkas-berkas di kantornya. Sebagai seorang CEO yang disegani oleh para pesaingnya, ia harus lebih teliti dan ekstra telaten dalam memeriksa dan menanda tangani berkas yang ada di depannya.
Setelah semuanya dipastikan sudah selesai dengan baik, sejenak ia berpikir rencana apa lagi yang dilakukan mamanya? Sehingga mengirimkan perempuan untuk bekerja di rumahnya, sedangkan di rumah sudah ada si Mbok.
'Hah! Nggak boleh, nggak boleh. Nggak boleh aku memikirkan makhluk yang namanya perempuan, mereka itu kebanyakan hanya akan bikin ribet saja,' gumam Guna.
💕💕💕💕💕💕💕
Hampir magrib Guna sampai di rumahnya, tidak membuang waktu Guna membersihkan diri dan bersiap-siap untuk berjamaah ke mushollah di kompleknya ( Duuhh udah tamfan ternyata Guna sholeh ya readers ).
Pulang dari mushollah, Guna ke dapur untuk mengambil minuman. Ia melihat Giana sedang asyik dengan spatulanya, perempuan itu terlalu asyik dengan masakannya sehingga tidak sadar Guna ada, entah apa yang ia masak.
Sepersekian detik Guna berdiri memperhatikan Giana di pintu dapur, entah apa yang ada dibenak Guna.
Si Mbok yang baru dari lantai atas bingung melihat tuannya berdiri mematung di pintu dapur.
"Loh, Tuan. Ngapain berdiri seperti patung liberty di situ? Tuan, mau makan?"
Mendengar si Mbok berbicara dengan seseorang, Giana pun membalikkan badannya dan tidak disangka kedua netra anak manusia itu sesaat bersibobok lalu berakhir dengan masing-masing salah tingkah.
"Cuman mau minum, Mbok."
"Oh, cuma mau minum to, Tuan. Mau minum apa? Biar Mbok ambilkan."
"Nggak Mbok, saya ambil sendiri saja, Mbok bisa kerjakan yang lain."
Di satu sisi Giana sibuk dengan kerjaannya, 'Diih, itu muka apa tembok, sih, datar amat ya?"
"Tuan, nanti kalau masakan sudah selesai. Mbok panggil, ya. Tuan harus coba masakan nona Giana enak, loh, Tuan. Pasti suka"
Yang diajak ngomong hanya ber oh ria sambil berlalu itu pun hampir nggak kedengar.
Setelah Guna pergi, Giana baru bicara dengan si Mbok, heran aja lihat sang tuan dingin kayak beruang kutub.
"Mbok, emang sikap tuan begitu, ya, tiap hari?"
"Iya Nona. Tuan mah sudah biasa seperti itu setiap hari tetapi orangnya baik, kok, Nona."
"Diihh, baik, sih, baik Mbok. Tetapi, kok, dingin banget auranya kayak kulkas Mbok."
Si mbok hanya tergelak mendengar ucapan Giana yang bandingin tuanya dengan kulkas, "Tuan, memang begitu sikapnya kalau berhadapan sama perempuan, Nona. Jadi jangan heran dan nggak usah diambil hati."
"Gi, sih, nggak peduli Mbok. Mau seperti apa tapi 'kan lucu aja ngeliatnya."
Giana dan Mbok, tengah asyik bercakap-cakap ria. Sehingga tidak menyadari, Guna sudah berdiri di pintu dapur dan mendengar semua obrolan absurd mereka.
"Ekhem! Mau masak atau mau ngerumpi Mbok? Dosa, loh, ngomongin orang plus ngatain orang begitu."
"Tuan! Sejak kapan berdiri di situ?" si Mbok gelagapan menjawab pertanyaan sang tuan yang sudah berdiri menjulang di pintu.
"Lumayan, Mbok! Lumayan untuk mendengar seputaran kulkas," ucap Guna.
Giana tersentak dan hanya bisa menunduk sambil memilin ujung baju, ia hanya mampu mengucap maaf karena dia pun mengakui jika dirinya salah.
"Maaf, Tuan. Saya nggak maksud ..." Giana menggantung kalimatnya.
Seperti biasa, Guna hanya ber oh ria dan berlalu dengan perasaan dongkol terhadap perempuan kerempeng itu karena telah berani-beraninya membandingkan dirinya dengan kulkas.
"Tuh, 'kan, Mbok?"
Si Mbok hanya tersenyum lebar mau ketawa takut dosa katanya.
Di kamar Guna merengut, "Kurang ajar, saya dibandingkan dengan kulkas."
'Lihat aja nanti, tunggu pembalasanku,' Guna bergumam.
Tok tok tok.
"Makan malam sudah siap. Mau langsung makan sekarang atau nanti,Tuan?"
"Saya, mau makan sekarang. Mbok duluan, sebentar lagi saya akan menyusul!"
Selang beberapa menit kemudian, Guna sudah duduk manis di meja makan untuk makan malam. Akan tetapi sebelum itu ia menyuruh si Mbok untuk memanggil Giana.
"Perempuan itu mana, Mbok?"
"Di kamarnya, Tuan."
"Panggilin, Mbok!"
"Iya, Tuan."
Tidak menunggu lama Giana pun muncul dengan santai, "Iya, Tuan. Tuan memanggil saya?"
"Duduk di situ, temani saya makan!" Masih dengan wajah datar
Giana hanya melongo dari tempatnya, merasa tidak percaya dengan indera pendengarnya.
'Maksudnya apa, nih, si Kulkas nyuruh saya temenin dia makan?' batin Giana.
Giana belum beranjak dari tempatnya berdiri karena ia masih menganggap telinganya salah menangkap kalimat yang disampaikan oleh pemilik wajah datar yang ada di depannya sekarang.
Entah apa yang ada dipikiran Guna sehingga ia menyuruh Giana menemaninya makan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
ふじょし
aku msmpirrr
2021-02-04
1
Roroazzahra
lanjut kakak
2021-02-03
1
Dian Anggraeni
Hadir kembali 👏👏👏👍👍👍
2021-01-29
0