Bab 4 Mengajak makan bersama

"Oke, Ma! Deal?"

"Deal!"

Hening.

Mereka berdua sibuk dengan pikirannya masing-masing untuk memikirkan cara yang ampuh dan jitu untuk memuluskan rencana mereka.

Di satu sisi Guna masih berkutat dengan berkas-berkas di kantornya. Sebagai seorang CEO yang disegani oleh para pesaingnya, ia harus lebih teliti dan ekstra telaten dalam memeriksa dan menanda tangani berkas yang ada di depannya.

Setelah semuanya dipastikan sudah selesai dengan baik, sejenak ia berpikir rencana apa lagi yang dilakukan mamanya? Sehingga mengirimkan perempuan untuk bekerja di rumahnya, sedangkan di rumah sudah ada si Mbok.

'Hah! Nggak boleh, nggak boleh. Nggak boleh aku memikirkan makhluk yang namanya perempuan, mereka itu kebanyakan hanya akan bikin ribet saja,' gumam Guna.

💕💕💕💕💕💕💕

Hampir magrib Guna sampai di rumahnya, tidak membuang waktu Guna membersihkan diri dan bersiap-siap untuk berjamaah ke mushollah di kompleknya ( Duuhh udah tamfan ternyata Guna sholeh ya readers ).

Pulang dari mushollah, Guna ke dapur untuk mengambil minuman. Ia melihat Giana sedang asyik dengan spatulanya, perempuan itu terlalu asyik dengan masakannya sehingga tidak sadar Guna ada, entah apa yang ia masak.

Sepersekian detik Guna berdiri memperhatikan Giana di pintu dapur, entah apa yang ada dibenak Guna.

Si Mbok yang baru dari lantai atas bingung melihat tuannya berdiri mematung di pintu dapur.

"Loh, Tuan. Ngapain berdiri seperti patung liberty di situ? Tuan, mau makan?"

Mendengar si Mbok berbicara dengan seseorang, Giana pun membalikkan badannya dan tidak disangka kedua netra anak manusia itu sesaat bersibobok lalu berakhir dengan masing-masing salah tingkah.

"Cuman mau minum, Mbok."

"Oh, cuma mau minum to, Tuan. Mau minum apa? Biar Mbok ambilkan."

"Nggak Mbok, saya ambil sendiri saja, Mbok bisa kerjakan yang lain."

Di satu sisi Giana sibuk dengan kerjaannya, 'Diih, itu muka apa tembok, sih, datar amat ya?"

"Tuan, nanti kalau masakan sudah selesai. Mbok panggil, ya. Tuan harus coba masakan nona Giana enak, loh, Tuan. Pasti suka"

Yang diajak ngomong hanya ber oh ria sambil berlalu itu pun hampir nggak kedengar.

Setelah Guna pergi, Giana baru bicara dengan si Mbok, heran aja lihat sang tuan dingin kayak beruang kutub.

"Mbok, emang sikap tuan begitu, ya, tiap hari?"

"Iya Nona. Tuan mah sudah biasa seperti itu setiap hari tetapi orangnya baik, kok, Nona."

"Diihh, baik, sih, baik Mbok. Tetapi, kok, dingin banget auranya kayak kulkas Mbok."

Si mbok hanya tergelak mendengar ucapan Giana yang bandingin tuanya dengan kulkas, "Tuan, memang begitu sikapnya kalau berhadapan sama perempuan, Nona. Jadi jangan heran dan nggak usah diambil hati."

"Gi, sih, nggak peduli Mbok. Mau seperti apa tapi 'kan lucu aja ngeliatnya."

Giana dan Mbok, tengah asyik bercakap-cakap ria. Sehingga tidak menyadari, Guna sudah berdiri di pintu dapur dan mendengar semua obrolan absurd mereka.

"Ekhem! Mau masak atau mau ngerumpi Mbok? Dosa, loh, ngomongin orang plus ngatain orang begitu."

"Tuan! Sejak kapan berdiri di situ?" si Mbok gelagapan menjawab pertanyaan sang tuan yang sudah berdiri menjulang di pintu.

"Lumayan, Mbok! Lumayan untuk mendengar seputaran kulkas," ucap Guna.

Giana tersentak dan hanya bisa menunduk sambil memilin ujung baju, ia hanya mampu mengucap maaf karena dia pun mengakui jika dirinya salah.

"Maaf, Tuan. Saya nggak maksud ..." Giana menggantung kalimatnya.

Seperti biasa, Guna hanya ber oh ria dan berlalu dengan perasaan dongkol terhadap perempuan kerempeng itu karena telah berani-beraninya membandingkan dirinya dengan kulkas.

"Tuh, 'kan, Mbok?"

Si Mbok hanya tersenyum lebar mau ketawa takut dosa katanya.

Di kamar Guna merengut, "Kurang ajar, saya dibandingkan dengan kulkas."

'Lihat aja nanti, tunggu pembalasanku,' Guna bergumam.

Tok tok tok.

"Makan malam sudah siap. Mau langsung makan sekarang atau nanti,Tuan?"

"Saya, mau makan sekarang. Mbok duluan, sebentar lagi saya akan menyusul!"

Selang beberapa menit kemudian, Guna sudah duduk manis di meja makan untuk makan malam. Akan tetapi sebelum itu ia menyuruh si Mbok untuk memanggil Giana.

"Perempuan itu mana, Mbok?"

"Di kamarnya, Tuan."

"Panggilin, Mbok!"

"Iya, Tuan."

Tidak menunggu lama Giana pun muncul dengan santai, "Iya, Tuan. Tuan memanggil saya?"

"Duduk di situ, temani saya makan!" Masih dengan wajah datar

Giana hanya melongo dari tempatnya, merasa tidak percaya dengan indera pendengarnya.

'Maksudnya apa, nih, si Kulkas nyuruh saya temenin dia makan?' batin Giana.

Giana belum beranjak dari tempatnya berdiri karena ia masih menganggap telinganya salah menangkap kalimat yang disampaikan oleh pemilik wajah datar yang ada di depannya sekarang.

Entah apa yang ada dipikiran Guna sehingga ia menyuruh Giana menemaninya makan.

Terpopuler

Comments

ふじょし

ふじょし

aku msmpirrr

2021-02-04

1

Roroazzahra

Roroazzahra

lanjut kakak

2021-02-03

1

Dian Anggraeni

Dian Anggraeni

Hadir kembali 👏👏👏👍👍👍

2021-01-29

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Kedatangan perempuan baru
2 Bab 2 Tragedi KECOAK
3 Bab 3 Calon menantu idaman
4 Bab 4 Mengajak makan bersama
5 Bab 5 Menemani makan
6 Bab 6
7 Bab 7 Kedapatan berduaan dalam kamar
8 Bab 8 Diharuskan menikah
9 Jengkel
10 Bab 10 Ketahuan saling mengorek
11 Bab 11 Mantan kembali
12 Bab 12 Minta bantuan Mama
13 Bab 13 Bertemu mantan
14 Bab 14 Akting
15 Bab 15 Singa mengamuk
16 Bab 16 Giana tidak menyadari bahwa Guna mengerjainya.
17 Bab 17 Diisengi sang mama
18 Bab 18 Keceplosan
19 Bab 19 Menjemput seseorang
20 Bab 20 Rumah sakit
21 Bab 21 Rumah sakit 2
22 Bab 22 Marah
23 Bab 23 Salah tingkah
24 Bab 24 Ternyata Giana pernah bertunangan.
25 Bab 25 Gelisah
26 Bab 26 Dikira pasangan suami istri
27 Bab 27 Bubur yang terabaikan
28 Bab 28 Dapat undangan
29 Bab 29 Kejutan makan siang
30 Bab 30 Rencana Angga buat Giana
31 Bab 31 Suasana rumah sakit
32 Bab 32 Kejutan untuk Giana
33 Bab 33 Drama Widhya dipecat
34 Bab 34 Lupa
35 Bab 35
36 Bab 36 Gaji untuk Giana
37 Bab 37 Giana dikerjain
38 Bab 38 Kedatangan Giana disaat yang tepat.
39 Bab 39 Bunga untuk Giana
40 Bab 40 Rencana Dinner
41 Bab 41 Keusilan Widhya
42 Bab 42 Dinner
43 Bab 43 Wah ternyata Mama Anita dan Mama Tina mantan ketua Mafia
44 Bab 44 Ice cream
45 Bab 45 Ungkapan Cinta Guna
46 Bab 46 Mengingat masa muda 1
47 Bab 47 Mengingat masa muda 2
48 Bab 48 Terpesona
49 Bab 49 Nisa baik-baik saja
50 Bab 50 Rahmad penasaran
51 Bab 51 Ancaman Mama Anita
52 Bab 52 Kamu calon istriku bukan pelayanku
53 Bab 53 Kita pulang saja Mas
54 Bab 54 manis dan Menggemaskan
55 Bab 55 Si Mbok jadi obat nyamuk
56 Episode 56 Bisik-bisik aula
57 Episode 57 Pilihan Mama memang tidak salah.
58 Bab 58
59 Episode 59 Belajarlah mencintaiku.
60 Episode 60 Apa kamu sudah mencintaiku
61 Episode 61 Terkadang ketenangan menjadi tempat kematian yang sadis.
62 Episode 62 Mata sang mantan
63 Episode 63 Teriakan Giana
64 Episode 64 Hantu kulkas
65 Episode 65 Diejek Widhya
Episodes

Updated 65 Episodes

1
Bab 1 Kedatangan perempuan baru
2
Bab 2 Tragedi KECOAK
3
Bab 3 Calon menantu idaman
4
Bab 4 Mengajak makan bersama
5
Bab 5 Menemani makan
6
Bab 6
7
Bab 7 Kedapatan berduaan dalam kamar
8
Bab 8 Diharuskan menikah
9
Jengkel
10
Bab 10 Ketahuan saling mengorek
11
Bab 11 Mantan kembali
12
Bab 12 Minta bantuan Mama
13
Bab 13 Bertemu mantan
14
Bab 14 Akting
15
Bab 15 Singa mengamuk
16
Bab 16 Giana tidak menyadari bahwa Guna mengerjainya.
17
Bab 17 Diisengi sang mama
18
Bab 18 Keceplosan
19
Bab 19 Menjemput seseorang
20
Bab 20 Rumah sakit
21
Bab 21 Rumah sakit 2
22
Bab 22 Marah
23
Bab 23 Salah tingkah
24
Bab 24 Ternyata Giana pernah bertunangan.
25
Bab 25 Gelisah
26
Bab 26 Dikira pasangan suami istri
27
Bab 27 Bubur yang terabaikan
28
Bab 28 Dapat undangan
29
Bab 29 Kejutan makan siang
30
Bab 30 Rencana Angga buat Giana
31
Bab 31 Suasana rumah sakit
32
Bab 32 Kejutan untuk Giana
33
Bab 33 Drama Widhya dipecat
34
Bab 34 Lupa
35
Bab 35
36
Bab 36 Gaji untuk Giana
37
Bab 37 Giana dikerjain
38
Bab 38 Kedatangan Giana disaat yang tepat.
39
Bab 39 Bunga untuk Giana
40
Bab 40 Rencana Dinner
41
Bab 41 Keusilan Widhya
42
Bab 42 Dinner
43
Bab 43 Wah ternyata Mama Anita dan Mama Tina mantan ketua Mafia
44
Bab 44 Ice cream
45
Bab 45 Ungkapan Cinta Guna
46
Bab 46 Mengingat masa muda 1
47
Bab 47 Mengingat masa muda 2
48
Bab 48 Terpesona
49
Bab 49 Nisa baik-baik saja
50
Bab 50 Rahmad penasaran
51
Bab 51 Ancaman Mama Anita
52
Bab 52 Kamu calon istriku bukan pelayanku
53
Bab 53 Kita pulang saja Mas
54
Bab 54 manis dan Menggemaskan
55
Bab 55 Si Mbok jadi obat nyamuk
56
Episode 56 Bisik-bisik aula
57
Episode 57 Pilihan Mama memang tidak salah.
58
Bab 58
59
Episode 59 Belajarlah mencintaiku.
60
Episode 60 Apa kamu sudah mencintaiku
61
Episode 61 Terkadang ketenangan menjadi tempat kematian yang sadis.
62
Episode 62 Mata sang mantan
63
Episode 63 Teriakan Giana
64
Episode 64 Hantu kulkas
65
Episode 65 Diejek Widhya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!