Sang Penguasa
...🌿Happy Reading🌿...
Sirene ambulans menggema di jalanan padat, menembus jalan raya dengan kecepatan sedang menuju rumah sakit.
Sementara, seorang pemuda terlihat sedang melajukan sepedanya dengan cepat dibelakang, mengejar mobil putih tersebut yang sedang membawa anaknya.
Wajahnya terlihat kalut dan sangat cemas tatkala memikirkan putrinya didalam sana. Entah seperti apa keadaan anaknya sekarang, Deon merasa jiwanya seperti melayang tak berarah.
"Putriku. Tunggu ayah sayang. Tunggu ayah. Maafkan ayah sayang. Seharusnya ayah tidak meninggalkan mu sendirian. Ayah menyesal nak. Maafkan ayahmu yang bodoh ini." Deon menerutuki dirinya dan menangis sepanjang perjalanan, menyesali hal buruk yang menimpa anaknya saat ini.
Sesampainya Di rumah sakit. Deon bergegas turun dari sepedanya dan masuk dengan tergesa-gesa. Namun, tubuhnya membeku seketika, setelah melihat seorang gadis kecil berwajah pucat dengan hidung yang berdarah diujung sana terlihat di bawa dari ruang IGD masuk menuju ruangan operasi.
"Shakila!" Deon langsung panik dan meneriaki nama anaknya dan ikut masuk.
"Maaf pak. Mohon untuk menunggu di luar saja sampai Dokter selesai memberikan penanganan kepada pasien!"
"Tapi pak. Saya ayahnya. Saya harus menemaninya. Tolong pak, jangan hentikan saya!" Pinta Deon yang terus memaksa untuk masuk.
"Tidak pak. Anda hanya akan menganggu Dokter jika ikut masuk. Jika ingin anak anda selamat, tolong kerja samanya!"
Mendengar itu, Deon hanya bisa pasrah. Dia terdiam sejenak, lalu kemudian terduduk lemas setelah pintu berhasil ditutup.
Beberapa anggota keluarga yang ada di sana memandangnya dengan dingin dan langsung memarahinya.
"Kemana saja kamu. Mengapa tidak merawat putrimu dengan baik dan malah membiarkannya terluka?" Cerca Fadil. Saudara iparnya.
"Dia tidak hanya sampah di keluarga kita, tapi juga tidak berguna, Cih." Sambung Sintya menatap sinis ke arah Deon.
"Maafkan aku...A-aku.."
"Tidak ada pembelaan lagi Deon. Semua ini adalah kesalahan mu. Jika terjadi sesuatu kepada keponakan ku, maka kamu akan menerima akibatnya" Fadil memotong ucapan Deon, menunjuk wajahnya dan mengancamnya dengan tegas.
Deon menarik nafas, terdiam dan hanya bisa pasrah. Ingin sekali dia mengatakan bahwa putrinya secara tidak sengaja jatuh dari tangga saat dirinya sedang berada di kebun belakang rumah. Tetapi, semua itu tidak akan didengar. Shakila adalah putrinya dan dia hanya bisa menyalahkan diri sendiri karena tidak bisa merawat dan menjaga anaknya dengan baik di rumah.
Tak lama, dari kejauhan ayah mertua dan ibu mertuanya terlihat mendekat dengan langkah yang cepat.
"Bagaimana keadaan Shakila, Fadil?" Tanya Pak Abraham cepat dan terlihat khawatir.
"Masih ditangani oleh Dokter, pa" Jawab Fadil.
"Semua ini karena menantu bodoh mu ini kak. Jika dia tidak ceroboh dan tidak meninggalkan Shakila sendirian, Shakila tidak akan jatuh dari tangga. Semua ini karena Deon, dialah yang patut disalahkan karena sudah menyebabkan Shakila terluka" Sambung Sintya, adik kandung Abraham.
"Dia tidak hanya tidak berguna, dia juga tidak memiliki kemampuan apapun. Dia hanya menjadi beban keluarga dan bahkan dia tidak bisa melindungi putrinya dengan baik. Apa seperti ini menantu yang kamu harapkan, kak?" Lanjut Sintya yang terus menyalahkan Deon.
"Seharusnya dia tidak ada di keluarga kita. Entah nasib buruk apa sehingga pria ini menjadi beban keluarga" Sahut Amelia yang juga merasa kesal kepada menantunya itu.
Semua orang menyetujui ucapan Tante Sintya dan mulai mengkritik Deon sebagai menantu sampah yang tidak berguna.
Pak Abraham menatap Deon dengan dingin setelah mendengarkan aduan adiknya dan juga anaknya tentang Deon.
Langkah kakinya yang tegap mulai mendekati Deon, menatap menantunya itu dengan sangat tajam.
"Jika terjadi sesuatu kepada cucuku. Aku akan menghukum mu dengan keras dan membuat hidupmu sangat hancur sampai kamu tidak bisa membayangkan lagi masa depan" Ucap Pak Abraham tegas dan penuh penekanan.
Deon merasa tertekan, dan terus menatap ruang operasi rumah sakit, memikirkan bagaimana putrinya bisa jatuh dari tangga disaat dirinya baru saja pergi dari kamar anaknya. Air matanya mengalir, tanpa membela diri terhadap tuduhan keras dari keluarga istrinya.
Setelah dua jam menunggu, Dokter pun keluar dari ruang operasi. Semua orang langsung terkesiap dan menatap Dokter dengan wajah cemas yang masih lekat di wajah masing-masing.
"Dokter. Bagaimana keadaan anak saya?" Deon segera bertanya dengan cepat.
Sebelum menjawab, Dokter itu terlihat menarik nafas berat, "Keadaannya sangat mengkhawatirkan"
Mendengar itu, semua orang menjadi semakin khawatir.
"Maksud Dokter?" Sambung Pak Abraham, menuntut penjelasan, yang juga tak ingin menunda kabar tentang keadaan cucunya saat ini.
"Shakila mengidap penyakit leukimia yang relatif langka. Didalam situasi ini, penyembuhannya cukup rumit, bahkan sulit untuk disembuhkan. Ada beberapa yang sembuh dan beberapa lagi tidak bisa sembuh, dan untuk mengobatinya pun membutuhkan biaya yang sangat besar" Jelas Dokter.
"Berapa biaya yang harus kami bayar untuk menyembuhkan cucu saya Dokter?" Tanya Pak Abraham lagi.
"Untuk satu bulan pengobatan Leukimia, rata-rata biaya yang dikeluarkan bisa mencapai 600 juta. Jika pasien berobat selama satu tahun penuh, biaya yang dikeluarkan adalah sekitar Rp6.5 Miliar dan bahkan lebih. Itu pun tidak menjamin bahwa pengobatan ini akan berhasil, karena penyakit yang diderita oleh cucu bapak sangat langka dan sulit untuk di obati" Jelas Dokter kembali.
Setelah mendengar biayanya yang sangat fantastis, wajah semua orang yang lain menunjukkan ekspresi jijik dan tidak peduli, tetapi pak Abraham dengan tegas mengatakan bahwa mereka harus mengobatinya.
"Berapapun biayanya, cucu saya harus selamat, Dok!" Tegas Pak Abraham.
"Tapi Pa, ini jumlahnya tidak sedikit. Bagaimana bisa kita mengeluarkan uang sebanyak itu?" Protes Amelia, istri Pak Abraham.
"Ini cucu kita ma. Apa mama mau Shakila meninggal?" Jawab Pak Abraham yang sudah mantap dengan keputusannya tersebut. Amelia hanya bisa terdiam mendengar keputusan suaminya yang ingin mengobati cucunya, Shakila.
Disaat Pak Abraham dan Amelia selesai berdebat, Celina datang dengan setengah berlari.
"Pa. Apa yang terjadi. Bagaimana keadaan anakku?" Celina bertanya dengan nafas yang masih tersengal karena berlari dari parkiran mobil. Cemas, itulah yang dia rasakan kepada anak semata wayangnya tersebut.
Celina April. Itulah namanya. Dia adalah penanggung jawab utama bisnis keluarganya, sekaligus ibu dari seorang gadis kecil yang sekarang terbaring di rumah sakit.
Ketika ayahnya, pak Abraham menjelaskan megenai penyakit Shakila, Celina tak percaya bahwa penyakit mematikan itu ada ditubuh anaknya, dan dia hampir pingsan saat mendengar penjelasan sang ayah yang mengatakan bahwa anaknya menderita penyakit yang kemungkinan tidak dapat disembuhkan.
"Apa?" Celina hampir jatuh. Namun Fadil langsung memegang pundak kakaknya dan membawanya duduk.
"Dalam beberapa hari ke depan, untuk mengetahui sudah sejauh mana penyakit ini menyebar, Shakila harus menjalani pemeriksaan dan pengujian lebih lanjut. Saya mohon pamit!" Merasa tugasnya sudah selesai, Dokter pun berpamitan kepada semua orang.
"Kenapa ini semua terjadi kepada anakku, hik" Air mata Celina meluruh tak tertahankan. Ibu mana yang tak terpukul mendengar bahwa anaknya akan tiada karena penyakit mematikan yang diderita anaknya.
"Sudahlah kak. Orang yang patut kakak salahkan adalah dia. Suamimu yang tidak berguna itu," Cerca Fadil.
"Benar Celin, suamimu yang harus bertanggung jawab atas penyakit anakmu. Deon orang yang tidak berguna dengan gen yang buruk sehingga Shakila berakhir dengan penyakit ini. Semua ini salah dirinya!" Sahut Sintya menimpali.
Celina hanya diam sambil terisak menatap suaminya, yang ternyata Deon juga menatapnya dengan wajah memelas.
"Dokter mengatakan bahwa Shakila akan menjalani perawatan lebih lanjut. Sebaiknya kita pulang sekarang. Lagipula, disini ada Deon yang akan menjaga anakmu. Ayo sayang!" Amelia duduk Berjongkok didepan anaknya, Amelia, sambil membujuknya untuk pulang.
"Tapi, ma. Shakila pasti juga membutuhkan aku." Celina mendongakkan wajahnya, menatap wajah ibunya dengan uraian air mata.
"Mama kan sudah bilang. Deon yang bertanggung jawab atas semua ini." Amelia menjeda ucapannya sambil melirik Deon dengan tatapan nyalang
"Jika bukan karena keturunan nya yang buruk, cucuku tidak akan mendapatkan penyakit seperti ini" Sindir Amelia.
Sementara itu, Dion yang terus berdiri dipojok dinding hanya menundukkan kepalanya, mendengar dengan pasrah semua hinaan yang terlontar kepadanya sejak tadi.
Tanpa berpamitan dan mengatakan apapun, semua orang terlihat pergi meninggalkan Deon sendirian di sana. Bersikap acuh seolah Deon tak pernah ada. Tak terkecuali kepada istrinya Celina pun juga pergi meninggalkan dirinya sendirian tanpa mengatakan apapun kepadanya saat ini.
Malam hari. Di rumah sakit yang sepi. Deon nampak berdiri, menangis sedih di depan pintu ruang rawat anaknya sembari menatapnya dari balik kaca yang ada di pintu tersebut.
Kenangan manis ketika bermain bersama putrinya, melekat didalam ingatannya dan terus terbayang, membuat Deon tak bisa menahan air matanya kala memikirkan keadaan anaknya sekarang, yang kemungkinan tidak dapat disembuhkan dan mungkin harus meninggalkan dunia ini di usia muda.
Dia sangat takut memikirkan itu semua. Pikirannya kacau. Apalagi harus membayangkan kala kehilangan anak semata wayangnya tersebut. Perasaan itu terasa seakan membunuhnya perlahan, merobek jiwanya dan menekan dadanya.
Sesak sudah rasanya memikirkan semua itu. Dia merasa sangat bersalah atas apa yang terjadi dan merasakan sakit yang luas biasa.
Tak ingin semakin terpuruk oleh keadaannya, Deon pun segera pergi ke kamar kecil untuk menenangkan diri. Menahan tangis yang menyesakkan dada.
Sesampainya di sana. Tangis Deon pun pecah. Dia terisak sendirian menanggung luka ini. Ayah mana yang sanggup melihat anaknya menanggung penyakit mematikan. Dia tak kuasa menahan semua kesedihan ini. Raganya hancur melihat anaknya terbaring lemas di rumah sakit.
"Maafkan ayah nak. Tolong jangan tinggalkan ayah seorang diri. Hanya kamu alasan ayah untuk terus hidup di dunia ini." Deon berucap sedih ditengah tetesan air matanya.
"Ayah rela di-bully, dihina dan rendahkan oleh semua orang. Bahkan dianggap sebagai menantu yang tidak berguna, ayah rela. Tapi tolong bangunlah demi ayah, nak!" Ocehnya lagi. Raganya semakin hancur dan dia merasa tak berdaya.
"Kembalilah kepada ayah. Ayah mohon!"
Deon mengusap dan menarik rambutnya. menangis pilu didalam sana. Dia terperangkap didalam emosi yang sangat kuat. Keadaan ini menekan jiwanya yang membuat raganya terasa terguncang dan sangat menyakitkan.
Deon mendongak keatas, disertai dengan air matanya yang terus keluar, "Ya Tuhan. Aku rela mendapatkan kehinaan ini, tapi tolong angkat penyakit anak hamba. Sembuhkan dia Tuhan. Jika tidak, tukarkan saja penyakit itu kepada hamba. Hamba mohon ya Tuhan" Ucap Deon setengah berteriak.
Namun, usai mengatakan itu, Tiba-tiba tubuhnya membeku, Deon terjatuh kelantai dengan kepala menunduk dan kedua tangannya yang menopang dikedua sisi lantai. Seketika itu, Deon merasakan sebuah kekuatan aneh yang tumbuh didalam dirinya, yang perlahan semakin besar dan membuatnya merasakan kesakitan. Kekuatan itu seperti berputar di dalam dirinya, memenuhi jiwanya dan akhirnya meledak....BUmmm
"Arghhhh.... " Teriaknya seketika.
Tubuhnya memancarkan sinar ke emasan, menyebabkan perubahan yang luar biasa pada tubuhnya. Dia merasa tubuhnya sangat kuat dan memiliki stamina yang sangat luar biasa dari sebelumnya. Saat dia mendongak dan melihat ke dalam kaca, dia tercengang. Sebab, dia menemukan keningnya yang entah mengapa muncul sebuah tanda elang emas.
Deon mencoba menajamkan pandangannya, memastikan bahwa apa yang dia lihat dibalik kaca adalah benar dirinya. Dan tanda elang emas itu seperti benda mati yang tidak bisa dihilangkan hanya dengan tangan saja.
Pada saat yang sama. Disaat dirinya masih kebingungan, di belakangnya juga muncul seekor elang emas, yang sontak membuatnya terkejut setengah mati.
"Hahhhhhh" Deon berteriak kaget dan sontak menoleh kebelakang.
.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Sak. Lim
lo ayah nya knpa mesti takut jgn naaaaaif gobloooook mc
2024-04-22
0
Nor Johari
keren
2023-11-11
0
Bujang Lampung
klo baca terlalu menghayati sering mau nangis sendiri
2023-10-07
1