POV Airish end
"Eh, gimana kalo kita kenalan secara baik-baik"
"Baik-baik gimana" Sahut Airish.
Pria itu mengulum senyum. "Kenalin, gue Dior. Nama lo siapa?" Ucapnya seraya mengulurkan tangan.
"Gue Airish" Sambut Airish malu-malu.
"Nah, kalo gini kan enak. Jangan lupa tanggungjawabnya ya, gue pulang dulu"
"Sebentar... Tanggungjawab yang kamu maksud ini apa ya? Aku bayar ganti rugi, atau yang bagaimana?"
"Sudah setua ini kamu masih gak ngerti?"
"Bisa langsung jawab aja ga sih, jangan pakek ngatain segala" Geram Airish.
"Iya-iya sorry. Ya nikahin akulah"
"Ha?"
Airish masih ternganga tapi sudah ditinggalkan oleh pria yang bernama lengkap Dior Wicaksono itu.
◇◇◇
Beberapa hari kemudian...
"Rish, gue mau nitip sesuatu boleh gak?"
"Halo, apaan Put gue gak denger"
"Gue mau nitip sesuatu boleh gak?"
"Ah oke-oke, boleh. Bawa aja sini"
Selang dua jam kemudian, Putri datang ke apartemen. Airish baru saja selesai mandi siang.
"Widih, habis mandi. Mau kemana lo?" Tanya Putri.
"Lah, justru lo yang mau kemana. Pakek acara nitip-nitip segala. Emang mau nitip apa sih?"
Putri keluar pintu, kemudian masuk dengan sebuah kandang lengkap dengan penghuninya.
"Taraaa, gue mau nitip hewan peliharaan terbaru gue. Baru banget gue adopsi buat jadi temen di kontrakan, eh tiba-tiba aja ada panggilan disuruh balik ke kampung. Mau gak mau nih kucing harus gue titipin dulu, kasian kalo gue bawa-bawa, takut dia stres dijalan. Tolong ya Rish, lu kan tahu duit gue pas-pasan. Kalo di titip ditempat penitipan hewan harus keluar berapa duit lagi, ya ya ya" Bujuk Putri.
"Haih, kebiasaan. Ya udah, karena gemoy unyu-unyu gue terima deh"
"Ih makasih bestieeee. Kalo gitu gue pamit yaa, mau packing terus gue berangkat naik bus jam 7 besok pagi. Nanti kalo gue dah balik sini bakal gue jemput lagi kok".
"Eh ntar dulu, ini makannya apa terus namanya siapa, cara ngerawatnya gimana. Lu jangan main pergi-pergi aja"
"Ah iya, tempat poop sama makanannya ketinggalan dimobil. Bentar gue ambil dulu"
Si kucing putih yang gemuk berisi bak buntalan kapas itu Airish keluarkan dari kandangnya. Supaya bisa mengeksplor kesana kemari tempat baru yang ia kunjungi, yakni apartemen Airish.
Ckrek
Pintu utama terbuka, Putri masuk dengan menenteng sebuah tempat berbentuk seperti bak persegi panjang yang didalamnya ada pasir dan ada pula makanan kucing satu plastik ukuran sedang.
"Rish, ini tempat poopnya. Terus ini makanannya. Kalo abis mohon kesediaannya untuk membelikan wkwkwk"
Airish langsung cemberut.
"Tenang aja, nanti pulang gue ganti rugi"
"Hahaha, oke deh. Eh terus ini namanya siapa?"
"Gue baru adopsi dua hari, belum ada nama. Gue sampe bingung mau kasih nama apa. Untuk urusan nama, gue ikhlas dah mau lo kasih nama apa. Yang jelas dia kel*min jantan, ya!? Awas aja lo kasih nama betina".
Sepulangnya Putri dari sana, Airish pun mulai berusaha mendekatkan diri dengan kucing Putri. Kucing itu dengan lincahnya naik turun meja rias dan ekornya menyapu alat-alat make-up Airish yang berjejer disana.
"Aaaa, lama-lama stres gua. Baru aja diberesin udah berantakin lagi".
Belum 24 jam si kucing tinggal di apartemennya, tapi tingkat kesabaran Airish mulai mengalami penurunan drastis. Belum lagi makanan kucingnya yang tertumpah di lantai, terpaksa Airish nyapu-ngepel hari ini.
Sembari ngebabu, Airish tetap sambil mengawasi si kucing. Kadang ia mengeong tak jelas, kadang-kadang anteng, kadang-kadang pula ngereog tak jelas.
Mungkin kaya ginilah rasanya jadi mak-mak yang punya anak kecil. Disatu sisi suami pulang rumah harus bersih, tapi anak juga harus diawasi.
◇◇◇
Hari demi hari si kucing semakin dekat dengan Airish walau tetap susah diatur mungkin sudah watak dari sananya. Akan tetapi mereka sudah mulai bonding satu sama lain, mungkin itu dikarenakan Airish yang tidak kemana-mana sehingga tidak pernah meninggalkannya. Setiap ia bangun tidur pasti akan mencari-cari keberadaan Airish. Kalau Airish sibuk Netflix-an, si kucing ikut selonjoran juga. Kadang di kasur, kadang pula di lantai. Senyamannya dia aja, yang penting kalo kata Airish gak ngeberantakin barang.
"Cing, makan mulu mentang-mentang laki. Nanti buncit kaya perut om-om"
"Eong, eong" Sambil makan si kucing menanggapi ucapan Airish.
"Ih, apa kasih nama Oom aja?" Airish bergumam sendiri.
"Eong"
"Oom!" Airish mencoba memanggilnya dengan nama yang baru saja ia sematkan.
Eh si kucingnya nengok.
Mulai dari sana, maka resmilah nama si kucing putih buntelan kapas itu. Oom.
Suatu hari, Airish terpaksa harus ninggalin Oom sendirian di apartemen karena lagi tidur. Sedangkan Airish harus ke minimarket untuk membeli p*mbalut karena miliknya yang lama sudah habis.
Walau cuma mau ke minimarket sebentar saja, tapi Airish begitu khawatir ninggalin si Oom. Apalagi Oom tiap bangun tidur akan selalu nyari-nyari Airish. Seolah kucing itu juga sudah sangat menyayangi Airish.
Setibanya Airish di apartemen, begitu ia membuka pintu. Alangkah terharunya Airish melihat Oom duduk depan pintu seakan menunggu Airish pulang.
"Oom udah bangun? Maaf ya, tadi aku ke minimarket dulu mau belanja untuk keperluan kita" Airish menggendong kucing gemuk itu dan memangkunya di sofa.
Kucing itu anteng berada di pangkuan Airish. Dan Airish pun menjelaskan pada si kucing bahwa dirinya terpaksa meninggalkan Oom sendirian, entah mengerti atau tidak, tapi sorot mata kucing itu terlihat berair. Mungkin ia sedih karena telah ditinggalkan. Airish pun mengusap-usap kepala si kucing dan meminta maaf. Walau mereka berbeda, tapi Oom seolah mengerti dengan apa yang Airish ucapkan.
Tok tok tok
Terkejut dengan suara ketukan pintu membuat si Oom berlari ke arah dapur. Airish berdiri dan membuka pintu.
"Kamu? Kok kesini?"
"Kenapa? Emangnya gak boleh!?" Ucap Dior.
Pria itu berjalan masuk dan duduk di sofa.
"Kenapa mendadak datang kesini?" Tanya Airish yang kemudian ikut duduk di sebelah Dior.
"Memangnya kenapa? Lagipula, kamu juga kenapa gak pernah hubungin aku?"
"Ya kalo gitu kamu aja duluan hubungin aku" Jawab Airish.
"Aku gak punya nomor HP kamu. Lagian kartu nama aku kemaren kan aku tinggal disini, harusnya kamu bisa hubungin aku duluan"
Airish memutar bola mata jengah.
"Ya udah, mana sini HP kamu"
Airish pun menyimpankan kontaknya di ponsel Dior. Sehingga pria itu tidak perlu menunggu Airish menghubunginya duluan.
"Kamu lagi ngapain? Sibuk gak?" Tanya Dior.
"Kenapa?"
"Jalan yuk. Biar timbul chemistry"
"Gak bisa, aku mau main sama Oom"
"What???"
"Bisa biasa aja gak kagetnya" Tegur Airish.
"Kamu bilang Oom?" Pertanyaan Dior mengisyaratkan hal yang berbeda. Buru-buru Airish membetulkan ucapannya.
"Jangan nethink (Negative Thinking) dulu, Oom tuh nama kucing temen aku yang lagi dia titipin kesini"
"Oom! Oom!" Panggil Airish pada si kucing yang tadi lari ke dapur tapi gak balik-balik lagi.
Giliran dipanggil Airish barulah ia nongol.
Dior jadi percaya setelah kucing yang dipanggil Oom itu beneran nongol. Melihat bentukannya yang lucu dan gagah pula, memang cocok sih dikasih nama Oom, pungkas Dior.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments