Rrrrrgggg
Airish terbangun dari tidurnya dengan kondisi denam tinggi. Ia bangkit dengan tertatih-tatih mencari sekeping roti untuk mengisi perut agar keadaannya tak semakin parah. Setelah itu ia kembali merebahkan tubuhnya di sofa dengan posisi miring.
Flashback
"Sayang, ayo makan" Cahya membujuk Airish untuk makan saat Airish tengah jatuh sakit.
"Gak selera" Tolak Airish.
"Cepet makan. Lihat di kaca, pipi kamu udah kempot gitu"
"Biarin, biar tirus"
"Kalo tirus alami sih oke, tapi ini... Haduh, buruan deh makan"
"Aya, aku gak selera"
Cahya meletakkan semangkuk bubur yang dipegangnya ke atas meja. Kemudian ia meraih kedua tangan Airish dan menggenggamnya sampai terasa begitu hangat.
"Dingin kan tangannya? Itu karena kamu gak makan-makan. Gimana mau sembuh kalo makannya aja payah. Aku bantu duduk, yuk!"
"Aku lemes, mau rebahan aja"
Cahya menciumi punggung tangan Airish. "Yang, cepat sembuh ya. Harus makan yang banyak biar enak nyium tangannya, barusan kaya dikeroyok tulang. Aku sayang Eyang"
Airish memukul pundak Cahya lemah. Ia terkekeh hampir tak bersuara. Kemudian sinis karena ledekan Cahya. Ia mengira bahwa Yang itu adalah sayang.
Flashback Off
Hiks...
Hiks...
Airish mengusap air mata yang menetes membasahi lengannya yang ia gunakan sebagai bantalan kepala. Bagaimana caranya untuk melupa jika ia sendiri tak menemukan cela satupun tentang Cahya. Lelaki itu sudah terlalu baik hingga sulit untuk Airish membenci dirinya.
Kalau saja Airish tidak demam hari ini, mungkin ia akan nekat menemui Cahya entah itu dirumahnya atau direstorannya. Hanya saja, mungkin Tuhan lebih tahu yang terbaik untuk umatNya. Sehingga ia cegah tindakan bodoh Airish dengan membuatnya tak berdaya seperti hari ini.
Dering telepon berbunyi...
Airish melihat sekilas. Menampilkan nama dan gambar Putri di layar ponselnya. Ia tak beranjak dari posisinya, sengaja mengabaikan panggilan Putri karena dirinya sedang tak mampu bicara pada siapapun.
Tak lama setelah dering panggilan berhenti, masuk beberapa pesan Whatsapp dari Putri yang ternyata mengirimkan beberapa gambar keadaan dan kondisi apartemennya. Karena seperti yang pernah mereka bicarakan sebelumnya, Putri meminta tolong pada Airish untuk mempromosikan unit apartemen miliknya untuk dijual. Dengan imbalan yang hanya diketahui oleh Putri dan Airish saja.
Uang!
Sadar akan uang yang akan ia terima sebagai imbalan jika berhasil menjual apartemen milik Putri, ia pun segera menyebarkannya di setiap akun media sosial miliknya dan juga di market place untuk memasarkannya lengkap dengan harga jual yang sudah sengaja ditinggikan terlebih dulu oleh Putri.
◇◇◇
Belum genap satu minggu, postingan Airish di market place ramai komentar. Ada banyak calon pembeli yang tertarik untuk melihat langsung lokasi serta kondisi apartemen.
Hal itu Airish sampaikan pula pada Putri. Dan hari ini mereka berencana untuk bertemu sekaligus mengenalkan calon pembeli pada Putri. Untung saja demam Airish sudah sembuh, karena terkena iming-iming uang dari hasil penjualan.
Airish bertemu dengan Putri di kafe dekat apartemen sembari menunggu kedatangan Victor, si calon pembeli.
"Rish, belum nyampe sebulan yang lalu kita ketemu kenapa badan lo jadi kering kerontang begini?"
"Ah, hampir samalah kaya nasib lo" Jawab Airish seraya melemahkan tubuhnya ke sandaran kursi.
"What's wrong?"
Berbeda dengan Putri yang kebanyakan menyimpan sendiri kisahnya dengan sang mantan suami, Airish justru sebaliknya. Ia menceritakan awal mula ia sampai ke Jakarta hingga memergoki Cahya lamaran dengan wanita lain.
Plak
"Lo kenapa gak langsung serbu aja Cahya di acara lamaran itu? Biar orang-orang pada tahu kalo dia udah campakin lo" Putri begitu menggebu-gebu sampai menepuk meja. Ia sangat menyayangkan kenapa Airish tidak memanfaatkan momen untuk balas Cahya dengan merusak acara lamarannya.
"Kuat berdiri aja gue udah syukur, Put. Bayangin kalo disana gue mencak-mencak terus pingsan. Emang bakal ada yang mau ngurusin gue? Jangan-jangan gue sadar masih ditempat"
"Emang cowok pada kenapa sih? Kenapa jahat-jahat banget"
"Gue juga ga ngerti. Letak salah gue dimana coba? Gue sampe mati gak akan pernah ikhlas dicampakin kaya gini. Gue butuh penjelasan, gue perlu tahu alasan dia ninggalin gue. Gue selama ini udah percaya banget sama dia kalo dia betul-betul sayang sama gue"
"Tenang-tenang. Mending sekarang cek lagi HP lo mana tahu si Victor udah di lokasi"
Benar saja, calon pembeli unit apartemen milik Putri sudah berada di lokasi tower apartemen. Mereka pun bergegas membayar bill dan menuju apartemen.
Keduanya berjalan kaki sembari menyeberangi jalan. Disana, ada mobil yang berhenti di lampu merah. Yang mana mobil tersebut sudah sangat dihapal luar kepala oleh Airish. Nampak pula sesosok perempuan di kursi penumpang depan. Semakin memperburuk suasana hati Airish.
"Rish, buruan Victor udah nungguin" Tegur Putri karena melihat Airish berjalan tidak beriringan lagi dengannya.
"Lo pergi aja, nanti gue susul" Titah Airish.
Ternyata Airish berjalan menghampiri mobil Honda HRV merah. Setelah memastikan bahwa di dalam mobil itu Cahya dan si wanita yang kemaren. Airish pun melepaskan tasnya dan memukul-mukulkannya ke kap depan mobil.
Hal itu sontak membuat pengendara lain penasaran dengan apa yang terjadi. Airish semakin menjadi-jadi ngamuk di depan mobil Cahya.
"Rish, kita sudah tidak punya ikatan. Untuk apa lagi kamu menemuiku?" Begitu kalimat yang dilontarkan oleh Cahya melalui kaca jendela yang ia turunkan.
Sakit. Sungguh sakit. Hati Airish bagai tercabik-cabik mendengar tuturan kalimat itu yang seolah menggampangkan ikatan di antara mereka yang Airish anggap itu spesial. Bahkan sangat spesial.
Air mata Airish jelas tak lagi dapat dibendung. Dengan kasar ia menepis air mata itu.
"Bisa kau pergi dari sini sekarang juga?" Tanya Cahya dengan nada memerintah.
Airish terdiam sejenak. Kemudian ia berjalan menuju Cahya. "Enak ya, kamu sudah bahagia sekarang. Sedangkan aku terkulai tak berdaya setelah kau buang begitu saja. Lo tuh bencong, yang gak berani ngomong langsung. Kalo gue punya salah, katakan! Gue punya kekurangan, bilang! Lo tahu disini gue bergantung sama lo, harusnya lo juga tahu bagaimana nasib gue kalo gak ada lo"
"By (Baby), siap-siap jalan lampunya udah mau ijo" Potong si wanita disamping Cahya.
Cahya menaikkan kaca jendelanya. Ia menunjukkan sikap patuh pada wanita itu membuat Airish makin teriris. Mobil Cahya berjalan melewatinya, Airish malah kemudian di soraki orang-orang yang memperhatikannya sejak tadi.
Sebelum Cahya menjauh, Airish masih sempat menendang mobil Cahya yang sudah melajukan mobilnya. Kemarahannya semakin meluap pada Cahya yang memandanginya asing dan tak suka.
Airish berjalan tidak peduli pada tatapan orang, ia menghampiri Putri dan Victor yang ternyata sudah deal dengan transaksi jual beli tersebut. Baru sebentar bergabung dengan dua orang itu, Victor pun pamit undur diri. Kini tinggal mereka berdua saja di lobby apartemen itu.
"Fee lo udah gue transfer, ya!?"
Airish hanya mengangguk.
"Eh Rish, lo tadi kemana?"
Sambil bercerita Airish menangis lagi. Putri menenangkan temannya itu dengan sesekali mengusap punggung Airish. Kemudian ia mengajak Airish untuk tinggal bersamanya beberapa waktu sampai kondisi Airish tidak lagi mengkhawatirkan. Dan Airish pun setuju, karena dirinya memang tak sanggup jika tinggal sendirian di apartemen.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments