Hari demi hari berlalu, sejak percakapan dengan Putri waktu itu aku jadi kembali bergairah menjalani kehidupanku. Aku pikir, apa gunanya juga aku terus-terusan mikirin Cahya. Sedangkan dia mungkin lagi enak-enaknya bersama Nisa tanpa sedikitpun ingat padaku lagi.
Aku, Airish. Yang siap comeback dengan Airish yang baru. Aku bertekad tidak akan menangisi laki-laki yang tidak mampu menghargaiku. Tidak pula memperjuangkanku. Memiliki teman janda seperti Putri membuatku tidak merasa sendirian lagi. Karena aku bisa dengan bebas melarikan diri kerumahnya jika sedang tak ingin pulang ke apartemen.
Bangun jam 9-Sarapan jam 10-Cabut dari apartemen-pulang larut malam. Ups, pulang larut malam sudah tak kulakukan lagi. Aku sudah kembali ke pengaturan awal. Yang mana aku aslinya suka senyum, ceria, supel, centil, petakilan, dan moodyan.
Aku mengurangi jalan-jalan malamku. Karena udara malam sangat tidak baik untuk kesehatan. Setiap bangun tidur aku selalu pilek gara-gara kebiasaan burukku itu.
Tapi...
Disuatu sore, saat langit lagi gelap-gelapnya dan hujan yang tak kunjung reda. Aku duduk di dalam kamar menatap ke jendala. Aku berdiam diri menatap guyuran air hujan yang mengalir di kaca. Disuasana dingin itu pun tercipta aura sendu dengan begitu saja. Aku lagi-lagi merasakan debaran yang tak kumengerti. Saat itu, kutahu hatiku menjerit memanggil nama Cahya. Disaat kuyakini bahwa aku sudah tak pernah mengingat dirinya lagi, tapi hati ini seakan masih ngotot menginginkannya kembali.
Sebelumnya, aku sudah yakin bahwa aku benar-benar telah merelakannya, namun hati tak bisa bohong. Nama Cahya masih sangat melekat disana. Aku masih cinta padanya. Kenangan manis saat masih bersamanya kini kembali hinggap dalam ingatan.
Kuraih ponselku di tempat tidur, kucari akun Cahya di sosial media. Aku ingin lihat wajahnya saat ini juga.
Apa yang kudapati saat membuka profil instagram Cahya? Hatiku teriris. Ia membagikan foto alat tes kehamilan milik istrinya.
Aku cemburu. Walau ku tak berhak. Aku sangat marah. Terbayang hal apa yang menyebabkan kehamilan itu. Aku lagi-lagi merasa begitu bodoh tapi seakan tak bisa sembuh dari kebodohanku. Mengapa aku harus merindukan suami orang? Padahal aku tahu aku sendiri yang akan terluka karena masih memelihara rasa cinta ini.
POV Airish end
◇◇◇
Sekian waktu berlalu, Airish terus-terusan memaksa dirinya untuk cepat-cepat menemukan pengganti Cahya. Ia sampai menginstal aplikasi kencan online agar bisa menemukan pelarian dan melupakan Cahya untuk selamanya.
"Lo yakin?" Tanya Putri yang kebetulan datang dan bertepatan pula dengan jadwal Airish yang malam itu akan bertemu dengan lelaki kenalannya di aplikasi kencan online.
"Yakin gak yakinlah. Habis mau gimana lagi, Put? Gue harus move on 'kan?" Sambut Airish sembari berdandan.
"Lo gak takut apa kalo semisalnya dia ternyata bukan orang baik-baik!?"
Airish tercenung. Kenapa gue gak kepikiran sampe sana, ya?
"Hm, jangan bilang kalo lo baru kepikiran sekarang" Ketus Putri.
"Iya lagi. Untung lo nyadarin gue Put"
"Ishhh, kenapa jadi mendadak bego gini sih" Tunjuknya pada kening Airish. "Gue dukung kalo lo mau move on, tapi kentara banget memaksakan diri-nya. Lo tuh harus lebih slow, woles, jangan terburu-buru. Gue rasa lo belum siap buat punya pacar lagi" Tebak Putri.
Airish mengetuk-ngetukkan kuas make-upnya ke meja rias dengan tatapan yang kosong. "Gue gak tahu. Habisnya gue suka bingung sendiri. Kadang gue ngerasa udah lega bisa ngelupain Cahya, tapi kemudian bisa tiba-tiba keingat dia lagi. Terus nangis lagi. Gue cape Put, satu-satunya obat ya harus cepet-cepet cari gantinya"
"Sembuh itu butuh waktu. Ga bisa instan. Emangnya seganteng apa cowok yang mau lo temuin sekarang?"
Airish pun menunjukkan foto lelaki yang rencananya akan ia temui. Putri mengerutkan dahi setelah melihat foto yang Airish tunjukkan.
"Jelek. Lo kalo mau cari pengganti Cahya harus yang lebih tampan dan mapan dari Cahya. Kalo levelnya lebih rendah dari Cahya nanti lo diketawain sama dia. Ketahuan lo gak bisa nyari yang lebih dari dia"
Putri memanas-manasi Airish sampai Airish memutuskan untuk tak jadi bertemu dengan si lelaki tadi. Ia beralasan kalau malam ini mendadak ada acara keluarga sehingga tak bisa datang menemui pria asing itu.
Airish merapikan tempat tidurnya yang sudah penuh oleh setumpuk pakaian. Kemudian ia merebahkan tubuhnya dan menatap langit-langit kamar.
"Put, gue harus ngapain lagi biar cepat lupa sama Cahya?"
Putri berbaring disamping Airish. Kemudian menyamping memperhatikan wajah Airish yang belum kelar make-up.
"Rela itu bukan cuma dimulut, tapi dihati. Punya pasangan lagi juga belum tentu bisa menghapus Cahya dari ingatan lo. Karena buktinya masih banyak kok orang yang gagal melupakan masa lalunya meski udah punya yang baru"
Airish diam. Ia memejamkan matanya untuk mencerna kalimat Putri. "Put, gue sering mimpiin Cahya. Apakah disaat itu juga Cahya lagi mikirin gue?"
"Itu mitos. Cahya udah punya istri. Apalagi lo sendiri yang bilang kalo istrinya lagi hamil. Gak mungkin disaat istrinya lagi hamil dia malah mikirin perempuan lain"
"Menurut gue mungkin aja. Cahya kan jahat, orangnya tegaan. Saat masih sama gue aja dia bisa lamaran sama orang lain"
Putri menggelengkan kepala mendengar apa yang Airish katakan.
"Lo lagi pengen nyenengin diri sendiri, ya!? Berharap kalo Cahya memang sering mikirin lo".
Airish hanya diam dengan masih terpejam. Ia seakan tak mendengar yang Putri katakan.
◇◇◇
Satu tahun berlalu...
Putri mengenalkan Airish pada sepupunya yang berprofesi sebagai pilot. Lelaki itu bernama Risky. Pendekatan itu berjalan lancar. Risky perhatian padanya meski suka ilang-ilangan karena jam terbangnya yang padat.
Sejak saat itu, Airish sudah lebih dulu jatuh cinta pada Risky. Ia tak menyangka akan jatuh cinta dengan semudah itu. Keduanya sudah sama-sama nyaman dan terbuka dengan kehidupan pribadi masing-masing. Menceritakan masalah keluarga pun pernah. Tak ada lagi yang Airish tutupi dari Risky, termasuk perasaannya. Ia dengan gamblang berani menunjukkan rasa kasih sayangnya pada Risky. Saat Risky berada di Jakarta, ia kerap mengajak Risky berkeliling dan makan malam berdua.
Tapi, hubungan keduanya mulai merenggang sejak Risky menanyakan "Kamu mau nikah sama aku?".
Airish mulai menjauhi pria itu. Walau ada rasa tak enak pada Putri karena jatuhnya Airish telah mencampakkan sepupunya, tapi ia tetap saja kekeuh menghindari Risky. Apalagi kalau tiba-tiba dilayar ponselnya muncul nama Risky, Airish bisa tiba-tiba merasa gelisah.
Airish yang sebelumnya begitu bahagia menjalani hubungan tanpa status dengan Risky tiba-tiba saja ingin menjauh tanpa sebab yang jelas. Ia sendiri bingung dengan apa yang ia alami. Disaat merasa cape dengan kehidupan, ngeluhnya pengen nikah. Begitu ada yang ngajak nikah, malah dirundung kecemasan tak beralasan.
Akhirnya, tidak hanya hubungan Airish dengan Risky yang rusak tapi juga hubungannya dengan Putri. Karena Putri kecewa pada Airish yang sempat berkata ingin mencari yang serius, begitu ada malah begini akhirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments