Ngobrol

Airish

"Ya udah Kak, cerita aja"

Aneh banget rasanya manggil dia Kak. Aku udah terbiasa manggil Cahyo atau Aya, Ucap Airish dalam hati.

Aya0809

"Apa kabar, Rish?"

Tampaknya Cahya sengaja memancing dengan alasan ingin bercerita sesuatu pada Airish agar mantan kekasihnya itu jadi penasaran mungkin, sehingga akan membalas pesannya.

Airish

"Baik. Ga jadi cerita?"

Aya0809

"Kamu sibuk gak? Boleh telepon?"

Airish

"Yakin? Emang gak takut istri?"

Nyess. "Nasib. Chatingan sama laki orang".

Aya0809

"Udah tidur. Eh Rish, Ibu kamu apa kabar?"

"Apa sih maksudnya nanyain kabar Ibu? Emang apa peduli lo?" Cebik Airish.

Walau menggerutu namun Airish dengan lancar membalas pesan Cahya dengan singkat, padat, dan jelas.

Airish

"Baik"

Aya0809

"Rish, tebak aku lagi apa?"

Airish

"Apaan sih. Kaya anak kecil"

Aya0809

"Hahaha. Tapi dulu kamu suka banget kaya gitu"

"Aya, eh maksudnya Cahya. Dia lagi kenapa sih?" Bingung Airish karena Cahya seakan mengulang kembali kebiasaannya dulu.

Airish

"Kenapa jadi keluar topik gini sih? Tadi katanya mau cerita"

Aya0809

"Gak seru kalo di chat. Aku telpon aja, ya?"

Airish

"Ya udah. Telepon aja"

Aya0809

"Kirim nomor whatsapp kamu dong"

Oh, jadi nomer gue udah di hapus? Cebik Airish dalam hati.

Airish

"0823****0188"

Aya0809

"Okee"

Sekitar 10 menit kemudian, masuklah panggilan dari Cahya.

"Halo" Sapa Cahya dari seberang telepon.

"Hm" Sambut Airish. Jelas sahutan itu mengandung luka-luka lama yang belum sembuh.

"Rish, aku mau cerita"

"Ya udah, cerita aja"

"Tapi kamu jangan marah, ya!?"

"Hm"

"Rish, aku setiap lagi ci*man sama dia selalu ngebayangin kamu. Gak tau kenapa Rish, rasanya jujur lebih enak sama kamu"

Dih, ini nih yang dimaksud cewe-cewe jaman sekarang. Kalo cowok ngechat dijam-jam yang gak wajar, itu karena adeknya lagi bangun.

Gue harus pintar-pintar ngejawab pernyataannya dia. Karena kalo salah sedikit aja, dia bisa nganggap gue rendah atau dia bakal seneng karena obrolan dewasanya gue ladenin bak gayung bersambut, atau... Dia akan mengira gue masih sangat mengharapkan dia. Iyyyuuuh, jujur saja iya. Memang iya, gue masih sayang. Hanya saja gue sadar kalo Cahya tuh laki orang. LAKI ORANG! Jadi gue harus pandai jaga sikap.

"Tapi kan ujungnya ada anak, hahaha. Enak gak enak jadi juga" Sindirku.

"Sumpah ya Rish, aku bertahan karena anak doang"

Hah, ini maksudnya apa? Emang dia gak cinta gitu sama bininya? Apa sekarang dia mulai menyesal karena nyia-nyiain gue? Ah, tapi dia cuma menilai sebatas nafsu doang. Jangan bangga dulu, Rish!?

"Udahlah, jalanin aja. Mau gimanapun kan itu perempuan yang Kakak cinta"

Bagus Rish, singkat padat dan tidak menjatuhkan harga diri wkwkwkwk.

"Andai kamu yang jadi istri aku, Rish. Setiap pulang kerumah kamu pasti selalu ada"

"Udahlah, kenapa ngomongnya jadi ngalor-ngidul gitu sih?"

"Huh (hembusan nafas berat). Sayangnya kita gak bisa bersama"

Gue kepo sih jujur. Tapi gue males nanya. Ya biar dikira udah ga peduli lagi aja.

"Aku bukan yang terbaik buat Kakak. Begitupun sebaliknya"

"Asal kamu tahu Rish, berapapun uang yang aku kasih ke dia gak pernah cukup"

"Mungkin itu ujian Kakak. Karena setiap rumah tangga punya air matanya sendiri"

"Emh, Rish aku boleh nanya gak?"

"Nanya apa?"

"Kamu pernah pacaran lagi gak setelah sama aku?"

"Pernah. Kenapa?"

"Gak papa. Sama siapa?"

"Kenapa jadi nanya-nanya aku?"

"Pengen tahu aja"

"Hm. Adalah, inisial R" Jawab Airish bohong. Ia hanya teringat pada Risky, satu-satunya lelaki yang sempat dekat dengannya walau tanpa status tapi cukup melekat di hati. Hanya saja kedekatan itu tidak serta merta menghapus segala ingatan Airish tentang Cahya.

"R? Pasti Rozak" Ledek Cahya. Mungkin murni ngeledek, atau untuk menutupi rasa cemburu?

"Hahaha (ketawa basa-basi). Nggaklah, Risky namanya"

"Oh, pacaran berapa lama?"

"Hampir setahun" Ucap Airish kembali berbohong. Karena sebetulnya hubungan dekat antara Airish dan Risky waktu itu hanya sekitar 4 bulan saja.

"Pacarannya ngapain aja?"

"Apasih" Elak Airish.

"Hehe, nanya aja Rish. Atau... Kamu sekarang pacarannya udah parah ya?"

Gila. Mulut dia pedes juga. Emang dia kira gue cewe apaan.

Sekilas terbesit kembali ingatan tentang pelec*han yang Airish terima dari Erik. Sakit banget perasaan Airish yang sampai detik ini tidak melakukan apa-apa terhadap orang yang sudah merendahkannya.

Jujur hati Airish tersinggung dengan kalimat Cahya. Seolah pria itu tak mengenal dirinya dengan baik.

"Hahaha, parah apanya? Nggaklah. Hanya akan menyerahkan diri pada laki-laki yang berstatus suami" Ucap Airish yang sesuai kenyataan sekaligus membela diri atas tuduhan Cahya.

"Beruntung banget laki-laki yang bisa dapetin kamu Rish"

Terus? Lo beruntung juga gak dengan istri lo?

Ih pengen banget gue nanya gitu!

"Hm"

"Rish, udah dulu ya. Aku matiin. Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam"

Panggilan berakhir setelah 45 menit mereka bicara. Airish sudah hampir dua tahun tidak berbincang dengan Cahya. Ia merasakan bahwa lelaki itu cukup banyak berubah. Terasa seperti orang asing yang sok asik atau seperti temen lama tapi sudah tidak satu tongkrongan. Garing!

"Gue yakin banget, dia masih cinta sama gue. Walau seluruh dunia ini berkata tidak, tapi hati gue bisa ngerasain itu. Karena hanya orang yang seperti itulah yang menjadi tidak asik saat tahu gue pernah ke lain hati" Pungkas Airish berbangga hati.

"Lagian, anggap aja karma buat si Nisa. Karena sekalipun dia istri sah, dia tetap orang ketiga diantara gue dan Cahya. Suatu pembelajaran bagi si Nisa kalau hati Cahya tidak sepenuhnya buat dia. Untuk hal itu gue cukup senang meski gue tahu gue akan selalu kalah dengan wanita yang berstatus istri sah".

Entah setan apa yang merasuki Airish hingga dia berkata demikian. Yang mana setelahnya, ia tertidur lelap bahkan itu adalah tidur yang paling lelapnya selama dua minggu terakhir ini.

◇◇◇

Dor dor dor

POV Airish

"Ih siapa sih pagi-pagi gangguin gue tidur"

Dor dor dor

Suara ketukan pintu tak sabaran itu terus terdengar. Aku memasang pengait kut*ng/br* terlebih dahulu sebelum membuka pintu karena aku setiap mau tidur pasti lepasin pengaitnya dulu.

"Siapa ya!?" Tanyaku seraya membuka pintu.

"Ah elo" Cebikku kesal yang ternyata pelakunya adalah Putri.

"Ah syukurlah lu baik-baik aja. Gue hampir mau manggil ambulans kalo gak lo bukain segera" Cerocos Putri sembari berjalan ke dalam apartemen.

"Lu ganggu gue aja. Padahal gue lagi enak-enak tidur juga"

"Ya elah, di lanjut ntar malam juga bisa"

"Iya, tapi belom tentu nyenyak" Huh dasar.

"Nih gue bawain bubur ayam buat kita berdua sarapan" Putri mengeluarkan dua wadah sterofoam dari dalam kantong kresek.

"Ih makasih. Tau aja gue lagi laper"

"Gue kan care sama lu"

"Hm, percaya deh"

Kami berdua menikmati makan dengan lahap sembari bercerita. Aku menceritakan semalam teleponan dengan Cahya. Putri langsung kaget dan meminta aku untuk segera bertaubat karena Cahya adalah suami orang. Sedangkan aku bisa di cap buruk jika sampai ketahuan oleh istrinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!