Video
A:"Jangan loncat kau!"
B:"Aku tak mau hidup lagi"
A:"Pikirkan istrimu!"
B:"Istriku kabur ikut orang"
A:"Kau masih ada teman baik!"
B:"Justru kabur ikut teman baikku"
A:"Kau pikirkan lagi anakmu dirumah!"
B:"Anak itu anak mereka"
A:"Mati sajalah kau, hidup pun sudah tak berguna"
Airish tertawa melihat video percakapan psikolog yang membujuk seorang pria untuk tidak bun*h diri yang Cahya kirimkan padanya. Video tersebut tidak serius, dibuat semata-mata untuk menghibur.
Airish➡Aya
"Pagi-pagi udah ngirim beginian, kamu tahu aja aku butuh hiburan"
Aya➡Airish
"Iyalah, degup jantung kita kan seirama💃💕💋"
Airish-Aya
"Tahu deh yang iramanya lagu dangdut itu kan?"
Aya-Airish
"Law leh tau, lagu dangdut yang mana ya? Aku lupa judul nih"
Airish-Aya
"Ih gem333zzz bangettth cuihhh. Tapi aku juga lupa judul nieeh"
Aya-Airish
"Kalo liriknya gimana? Aku cuma jago hamming"
Airish-Aya
"Yang liriknya begini: Sudah mabuk minuman. Ditambah lagi judi. Masih saja Akang tergoda janda kembang. Tak sudi kutak sudi. Lara hati, aku lara hati. Kutidur sendiri, suami lupa diri"
Aya➡Airish
"Astaghfirullah. Kenapa liriknya begitu😭"
Airish-Aya
"Udah dari sananya gitu, bukan aku mengada-ada"
Aya➡Airish
"Cek youtube ah, aku gak percaya ada lagu kaya gitu"
Airish-Aya
"Awas, kalo beneran ada jangan kaget😂"
◇◇◇
01 September
Sejak pagi itu hujan tanpa jeda membasahi bumi pertiwi. Musim kemarau telah berganti musim hujan. Penerbangan pesawat Airish dari Jambi ke Jakarta harus delay sampai dua kali karena faktor cuaca. Rindu yang harusnya sudah berujung temu malah tertunda dan semakin meronta-ronta. Ditambah lagi, Cahya yang menghilang tak seperti biasanya. Berulang kali Airish menghubungi selalu saja diabaikan. Dikirimi pesan, tak kunjung dibaca.
Ini pasti mau ngerjain. Dia kan tahu aku balik hari ini, jadi sengaja mau bikin surprise...
Airish dengan yakin kalau ini adalah perbuatan Cahya yang disengaja. Yang tadinya hampir kesal, kini Airish tersenyum berbinar karena tebakannya pasti benar.
Panggilan di mikrofon memanggil seluruh penumpang pesawat dengan penerbangan GA-1627 dengan tujuan bandar udara Soekarno Hatta untuk segera naik ke pesawat. Airish berdiri bersama penumpang dengan tujuan yang sama. Berbondong-bondong menuju pintu pesawat.
Penerbangan ini jauh berbeda dari minggu lalu. Hati Airish penuh bunga karena akan bertemu dengan sang pujaan hati. Begitu sampai di Jakarta, ia berjalan cepat menuju tempat biasa Cahya menunggunya.
Nihil. Airish sudah menyisiri setiap sudut dengan pandangan tajamnya, ia tetap tak menemukan Cahya ada disana. Airish membuka ponselnya, menon-aktifkan mode pesawat, lalu buru-buru menghubungi Cahya. Semua masih sama, panggilannya tetap diabaikan dan pesannya sejak pagi tadi pun belum juga dibaca.
Belum sempat Airish keluar dari tampilan pesannya ke Cahya, muncul sebuah pemberitahuan pesan masuk. Nomor yang tak ia kenali. Juga tidak ada foto profilnya.
+628237558****
"Segera datang ke kafe Moon, Jalan Pattimura, Jakarta Timur. Cahya ada disana"
Airish tersenyum, "Bisa-bisanya ngasih kejutan tapi akunya gak dijemput dulu. Ribet banget lagi musti bawa koper segala" Ucap Airish tanpa membalas pesan tersebut. Ia hanya sempat menyimpan kontak misterius tersebut dengan nama Mr. X.
Walau ngedumel tapi hati Airish tetap berbunga-bunga. Ia menggunakan taksi menuju ke alamat yang tertera. Setelah sampai disebuah kafe yang sudah dipadati banyak pengunjung karena parkirannya yang penuh dengan kendaraan roda empat. Airish turun dengan menarik kopernya dan menjinjing tas tangannya. Jujur ia sangat lelah, tapi demi Cahya apapun ia rela.
"Saat yang ditunggu-tunggu, kita semua akan melihat keromantisan pasangan Cahya dan Nisa yang akan mengukuhkan acara pertunangan ini dengan cincin dijemari manis Nisa. Tepuk tangan untuk Cahya dan Nisa" Suara seorang MC (Master of Ceremony) dengan lantang disusul tepukan tangan para tamu yang datang.
Pegangan Airish pada kopernya seketika terlepas. Beberapa orang memandanginya aneh karena datang dengan membawa koper.
Tak pernah kubayangkan ini akan terjadi pada kisah kita. Kulihat dengan mata kepalaku sendiri kamu pasang cincin itu di jarinya. Bukan seperti ini kejutan yang aku mau.
Nafas Airish terasa penuh sesak. Ia menekan dadanya sekuat tenaga untuk hilangkan amarah dan menahan air matanya tumpah. Percuma, sakit yang ia rasa sampai tak mampu dibendung lagi. Air matanya tumpah begitu saja. Sampai berderai bagai air terjun pun Cahya masih tak menyadari keberadaannya. Airish sudah tak kuasa, ia membawa luka yang masih berdarah-darah itu pergi dari sana.
Berjalan seperti tak tahu arah tanpa peduli hujan deras yang tiba-tiba turun membasahinya. Airish dengan keras kepala masih berjalan terus seakan tak kenal lelah. Salah satu roda kopernya sampai terlepas. Ia semakin kencang menangis. Hatinya begitu teriris. Sampai disebuah halte bis pinggir jalan, ia duduk disana. Mengusap air matanya lalu menengadah mencegah air matanya tumpah untuk kesekian kalinya. Ia tak peduli cara pandang orang terhadapnya saat ini.
Airish mengeluarkan ponselnya yang masih menyala meski sudah terkena air. Ia keringkan jemari dan layar ponselnya.
Airish menekan pesan suara (voice note)
"Cahya, aku terluka. Kenapa kamu tega? Memangnya apa salah dan kurangku selama ini? Aku setia padamu, kamu tahu itu kan? Cahya, aku sudah lelah sekali hari ini. Aku sudah tidak tahu kemana aku bisa mengadu. Pundak yang aku kira sandaranku, ternyata sesederhana tempat numpang meletakkan kepala. Punggung yang aku kira akan jadi tulang punggungku, ternyata hanya akan jadi punggung orang yang melewatiku. Cahya, apa bahagiakah pernikahanmu nanti jika kau membinanya dengan menghancurkan hatiku terlebih dahulu? Aku tidak bisa menerima ini begitu saja. Aku perlu tahu salahku dimana? Tidak mungkin aku dicampakkan tanpa kesalahan. Kamu benar-benar melukaiku. Sebelum sampai disini (Jakarta), aku sudah bermimpi bagaimana hari indahku bersamamu. Memikirkan bagaimana caranya agar membuatmu terus mencintaiku. Dan akhirnya harus kukubur mimpi itu dalam-dalam. Kini aku harus bagaimana, Cahya? Aku seperti berpegangan pada kayu yang ternyata mematahkanku. Sejahat ini ternyata orang yang kucintai".
Voice note terkirim.
Airish melanjutkan perjalanan pulangnya dengan memesan taksi online. Matanya terus saja basah meski berkali-kali coba di usapnya.
Sampai di apartemen, Airish tersungkur di atas sofa ruang tengahnya. Menjerit meluapkan semua kejadian yang masih tak mampu ia cerna. Pakaian yang basah tak lagi ia pedulikan, tubuh yang menggigil kedinginan menyadarkannya untuk tetap waras dan segera bergegas menuju kamar.
Masih dengan terisak-isak, Airish membereskan koper dan tasnya yang tergeletak di lantai. Ia masih sangat lelah, ia tak makan sejak tadi bahkan sampai malam hari. Hati dan pikirannya sedang kacau. Ia tak mampu lagi berpikir dengan jernih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments