Satu bulan usia pernikahan,Ruby merasakan mual yang sangat parah disetiap pagi, sehingga tidak bisa membuat kue lagi.
Ruby membeli testpack,ia terkejut kala melihat garis dua samar-samar.
"Aku hamil?"lirih nya,Ruby merasa sangat senang,ia akan menjadi seorang ibu.
Ruby menunjukkan testpack itu pada sang suami,Haris terlihat datar tanpa ekspresi
"Kamu ga KB?"tanya nya
"KB?kenapa aku harus KB mas,kita kan suami isteri"sahut Ruby,haris terlihat gusar.
"Kalau kamu hamil bagaimana nanti dengan pekerjaan mu,anak itu hanya merepotkan mu saja nantinya"
"Kamu kok ngomong gitu si mas?anak ini darah daging kamu,kok dianggap sebagai beban gitu si?"tanya Ruby,ia sangat kecewa kala Haris tidak senang sama sekali dengan kehamilan nya.
"Pokoknya aku ga mau tahu,kamu harus tetap bekerja,jangan sampai gara gara anak itu kita ga makan ya"ucap nya,Ruby mengangguk pelan.
"Dan segala kebutuhan anak itu,aku tidak bertanggung jawab,itu urusan kamu"lanjutnya, Ruby ingin protes tapi ia urungkan niat itu,hasil yang akan didapat nya nanti hanya cacian dan pukulan saja.
Selama masa kehamilan, Ruby bekerja sebagai buruh cuci,kadang dibawa kerumah dan terkadang di lakukan di rumah majikannya.
Ruby tidak bisa menjual kue, karena modal nya telah dirampas sang suami, kebetulan tetangga nya ada yang baik hati, memberikan pekerjaan kepada nya.
Ruby melahirkan seorang anak perempuan yang cantik,tanpa didampingi Haris sama sekali. Ruby ditemani dengan ibu nya dan ayah nya.
"Kau akan beri nama dia siapa?"tanya Vani,Ruby tersenyum mendengar nya,ia melihat anak nya yang tertidur pulas.
"Amalia"sahut nya,Vani dan Darren setuju akan nama indah itu.
Bidan memperbolehkan Ruby untuk pulang kerumahnya, Darren menyewa mobil agar anak dan cucu nya nyaman.
Sesampai nya dirumah,Darren dan Vani memapah Ruby kedalam kamar sementara Amalia dalam gendongan Ruby.
Darren dan Vani terkejut kala melihat Haris yang tertidur santai di kasur
"Terimakasih ayah,ibu.."ucap Ruby,ia duduk di atas kasur.
"Loh kamu udah pulang?"tanya Haris,Vani menghela napas panjang.
"Sudah mas, lihat ini anak kita"sahut nya,Haris tidak melihat nya sama sekali.
"Sudah selesai kan?jadi ayah dan ibu ngapain lagi disini?"tanya Haris,Vani dan Darren hanya diam.
"Mas,ayah dan ibu akan menginap dirumah kita satu malam saja"
"Tidak!itu malah jadi beban buat kita nanti,kamu tahu kan gara gara kamu ga kerja, beras kita sudah mau habis"ucap nya tanpa malu dihadapan sang mertua.
"Ruby,kami akan pulang saja"ucap Vani,ia memberikan uang kepada anak nya.
"Pakai uang ini untuk kebutuhan mu,ayah dan ibu akan pulang saja, disana ibu menerima banyak tempahan kue,ibu tidak bisa lama lama disini"jelas Vani, Ruby merasa tidak enak hati, dengan berat hati ia menerima uang pemberian ibunya.
Orang tua Ruby pulang dengan perasaan sedih, mereka khawatir dengan Ruby tapi juga tidak bisa melakukan apapun.
Tidak berapa lama kepulangan Darren dan Vani, Haris merampas uang itu dari Ruby
"Ini milikku!"ucap nya,Ruby tidak ada tenaga untuk memberontak.
"Mas,aku mohon kamu jangan keluar rumah malam ini ya,bantu aku mengurus Amalia"pinta Ruby, Haris tertawa kencang.
"Itu anak kamu,urus sendiri"tolaknya,Ruby menangis dihadapan Haris, rasanya dirinya benar benar tidak sanggup dengan sikap Haris.
Tapi haris tidak peduli,selama masa nifas Ruby,pria itu tidak pernah sama sekali pulang. Ruby sedikit lega, karena uang nya akan cukup untuk kebutuhan nya selama satu bulan lebih.
"Amalia..bahkan kamu tidak pernah disentuh oleh ayah mu sedikit pun,maafkan ibu ya nak,sudah memilih ayah yang tidak baik untuk mu"ucap nya, Ruby menangis sambil menyusui Amalia,ia merasa sangat tertekan dengan Haris yang selalu saja berbuat semaunya tanpa memikirkan perasaan nya.
"Aku harus kuat demi kehidupan ku dan Amalia,aku tidak mau anak ku melihat diriku yang tidak berdaya ini"lirih nya,air mata Ruby menggenang, membahasi pipi nya.
Menangis tanpa suara,sering kali Ruby lakukan setelah menjadi istri Haris.
Setelah masa nifas, Ruby bekerja lagi sebagai buruh cuci,dan menyetrika pakaian.
Sambil menjaga sang anak,dan melayani sang suami.
Kebetulan Amalia tidak rewel, sangat pengertian dengan keadaan nya.
Setiap saat selalu ada rentenir yang datang kerumah untuk menagih hutang, terpaksa Ruby membayar nya, Haris pura-pura tidak tahu sama sekali.
"Mas,kalau kamu terus saja berhutang begitu,lama lama uang hasil kerja ku tidak ada untuk makan kita"ucap Ruby, Haris berdecak sebal.
"Salah kamu dong,kenapa bekerja tidak dapat banyak uang,jadi aku harus berhutang ke rentenir kan"
"Kamu itu selalu ada aja bahasa untuk membenarkan perbuatan keji kamu ya! aku capek mas..aku capek"lirih nya
"Maksud kamu apa ha?!"bentak nya,suara menggelegar Haris membuat Amalia menangis kencang, Ruby menggendong Amalia dan mencoba menenangkan nya.
"Aku tidak tahan begini terus mas,kalau kamu kurang dengan uang aku,kenapa kamu ga kerja juga?"
"DIAM!"bentak nya,Ruby menangis begitu pula dengan Amalia.
Haris meraih tangan Ruby,lalu mengambil paksa cincin pernikahan mereka
"Mas jangan..kamu boleh mengambil semua harta aku,tapi jangan cincin pernikahan kita mas.."
Haris tidak peduli,ia malah pergi membawa cincin itu,Ruby terduduk dilantai sambil menggendong anak nya, hatinya sangat sakit dengan kelakuan haris.
Amalia semakin menangis kencang,Ruby tersadar,ia menarik napas dalam dan mencoba untuk tidak menangis.
"Sayang anak ibu, jangan menangis ya.."ucap nya,Ruby menahan air matanya yang akan jatuh, dengan senyuman Amalia membuat hati Ruby serasa hangat,hanya anak nya ini yang membuat Ruby menjadi kuat.
"Kau adalah permata hati ibu nak.."ucap nya, mengecup kening putrinya dengan penuh kasih,lalu memeluk nya erat-erat,agar anak nya merasa hangat dalam dekapannya.
5 bulan kemudian...
Ruby heran dengan perkembangan tubuh Amalia,semakin lama semakin sering sakit dan mudah menangis. Ruby ingin sekali membawa Amalia kerumah sakit,tapi dirinya tidak memiliki uang yang banyak untuk itu.
Karena Amalia rewel, Ruby tidak bisa bekerja dengan benar, bahkan sering kali ia dimarahi oleh majikan karena cucian tidak selesai tepat waktu. Ruby sangat bingung,ia tidak memiliki uang sama sekali untuk makan,uang nya telah habis untuk membeli obat Amalia,belum lagi haris yang selalu saja merampas uang simpanan nya.
Ruby menghela napas panjang kala melihat Haris yang santai bermain ponsel di sofa. Bahkan pria itu sama sekali tidak memikirkan masalah ekonomi rumah tangga nya sendiri.
"Mas.."panggil nya
"Hmm.."hanya itu sahutan dari bibir Haris,Ruby duduk disebelah Haris
"Mas..aku sudah tidak punya uang lagi, sementara biaya pengobatan Amalia dirumah bidan belum kita bayar mas"ucap Ruby mengeluh pada sang suami.
Mendengar keluhan Ruby,haris membanting ponsel nya di meja,membuat Ruby tersentak kaget
"Amalia itu sakit-sakitan karena nurun kamu,kamu jaga dia enggak becus!"ucap haris dengan intonasi tinggi
"Kok kamu nyalahin aku si mas? Jelas-jelas kamu tau sendiri kan,aku itu kerja untuk makan dan biaya hidup kita"jelas Ruby ,haris berdiri dari duduk nya,ia menatap Ruby tajam dan wajah penuh dengan kekesalan.
"Oh jadi kamu mulai ga ikhlas kasih makan aku iya?!"bentak nya,Ruby menarik napas dalam,menahan emosi dihatinya
"Mas..aku ini ingin cari solusi sama kamu, bukan berdebat"
"Alah banyak alasan kamu!soal Amalia dari awal aku juga tidak setuju dengan kehadiran nya,itu akan membuat kamu jadi malas bekerja dan bikin kita repot aja"ucap Haris,Ruby menahan air matanya yang akan jatuh,ia tidak menyangka sebegitu akut nya sifat buruk suaminya
"Mau Amalia mati atau tidak,itu semua diluar urusan ku"lanjut nya,Haris menendang kaki sofa lalu berlalu pergi,Ruby menatap kepergian sang suami dengan air mata yang berlinang.
"Aku telah salah memilih suami"gumam Ruby didalam hati,air matanya menetes deras,ia sungguh tidak sanggup dengan hal yang ia hadapi sekarang,tapi lagi-lagi keadaan memaksa nya untuk bertahan.
Saat Ruby sedang menangis, tangisan Amalia yang kencang menyadarkan dirinya dari kesedihan. Ruby menyeka air matanya,lalu berusaha bangkit menuju Amalia yang berada dikamar.
Saat sampai dikamar, Ruby berteriak histeris saat melihat Amalia yang kejang-kejang,ini pertama kali nya Ruby melihat Amalia dalam keadaan seperti ini.
"Sayang kamu kenapa?"lirih nya,Ruby memapah Amalia dalam dekapannya,ia berusaha tenang dan tidak panik,semakin lama kejang Amalia semakin cepat m, Ruby bergegas menggendong anak nya dan meminta pertolongan di luar.
Kebetulan teman Ruby Vanya berkunjung,ia langsung lari kearah Ruby karena melihat Ruby berteriak meminta tolong
"Ruby ada apa?"
"Vanya..tolong..anak ku..."Ucap nya bahkan karena kepanikan nya Ruby tidak bisa berkata kata lagi,tanpa banyak bicara Vanya langsung membawa Amalia menuju mobilnya, karena panik yang melanda, Ruby jadi lambat bergerak ia hanya mengikuti Vanya sambil menangis.
"Ruby tenanglah...jangan panik oke?"
"Anak ku Vanya..dia.."
"Stop! tenanglah..Amalia akan baik baik saja"ucap Vanya dengan tegas sambil memegang bahu Ruby.
Ruby mengangguk mantap sambil memangku Amalia, melihat Ruby yang mulai tenang, Vanya langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, Untung nya jarak antara rumah Sakit dan rumah Haris tidak terlalu jauh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Emy Chumii
cekek aja suami modelan bgni 😡😠
2024-07-22
0
Sunarmi Narmi
Sdh ngelihat gelagat aya gitu sblm menikah..masih jg kmu berfikirnya jalan di tmpat...Ayo bangkit Rubi...tinggalin Haris..kmu masih muda ,sayangi jg ragamu...Suami durjana mah Losss kan saja...
2024-02-11
2
Wirda Wati
sebaiknya cerai aja...haruss tegas
2023-11-19
0