Hanifah Gadis Tangguh

Hanifah Gadis Tangguh

Bab 1

Perkenalkan nama saya Hanifah, yang biasa di panggil dengan nama Hani, saya dikenal dengan gadis yang kuat dan tangguh. Namun mereka hanya mengenal diri ini dari luar, tidak tahu bagaimana dalamnya saya. Yang sesungguhnya, saya adalah seorang gadis yang rapuh, terutama jika berada dalam kesendirian.

Apalagi jika sudah teringat akan almarhumah Ummah, sosok yang menjadi panutan karena beliau yang mendidik saya dari kecil hingga hembusan terakhirnya. Beda jauh dengan Ayah, beliau sungguh acuh tak acuh.

"Hani, ada waktu tidak?" tanya Sandra yang memecahkan lamunan Hanifah

"Kapan?" Jawab Hanifah spontan

"Nanti malam," mendekat ke arah Hanifah yang sedang duduk di jendela

"Kebetulan lagi kosong, memang kenapa?"

"Ada balapan motor di jalan ABC, mau ikutan tidak?"

"Yang ikutan siapa saja?"

"Banyakan lah, gua gak tau pasti siapa-siapanya,"

"Bukan balapan liar kan?"

"Bukanlah, ini balapan resmi, ada izinnya juga, gua juga tau, klo lo gak akan mau ikut kalau balapan liar,"

"Siaplah kalau begitu, saya ikut gabung," sambil mengangkat alis dan tersenyum.

"Oke, nanti gua daftarkan," ucap Sandra sambil meninggalkan Hanifah.

Hani dan Sandra adalah teman satu kost namun beda kamar sekaligus teman kuliah, kebetulan mereka mempunyai hobi yang sama. Balapan motor.

Hanifah berdiri dan pergi ke kamar mandi. Kebetulan kamar mandi ada di dalam kamar.

Kalau tidak ada jadwal balapan, Hanifah sering menghabiskan waktu di kamar. Di gunakan untuk belajar dan beribadah.

Hanifah seorang mahasiswa salah satu universitas negeri di Jakarta, dia mengambil jurusan ilmu komunikasi.

"Hani, sudah gua daftarkan ya?" kata Sandra sambil masuk lagi ke dalam kamar Hanifah

"Oke, siap," jawab Hanifah sambil membereskan mukena.

"Gila lo, balapan jalan shalat pun rajin,"

"Idih, memang kenapa? Balapan kan gak haram, lagian saya balapan juga buat memenuhi kebutuhan hidup dan kuliah,"

"Ya, gua salut sama lo. Balapan kan identik dengan perempuan nakal,"

"Ya, gak apa-apa klo saya beda dari yang lain,"

"Iya, deh. Bu hajah, tinggal kepala saja tuh, tutup!"

Hanifah terdiam dan terpaku mendengar perkataan Sandra bagaikan tersambar petir di siang bolong.

"Duh, melow langsung deh tuh wajah,"

Mukena yang sedang di pegang Hanifah terjatuh.

"Sudah, maafin gua, yang sudah bicara sembarangan,"

"Gak, apa-apa. Malahan saya ucapkan terima kasih, sudah mengingatkan,"

"Iya, berproses saja," ucap Sandra menenangkan.

"Jujur, saya sendiri pun kangen dengan keadaan saya sebelumnya, ketika Ummah masih ada,"

"In Syaa Allah, suatu saat bisa kembali lagi. Sekarang lo kan lagi berjuang gimana caranya bertahan hidup,"

"In Syaa Allah,"

"Lo gak kangen Ayah?"

"Kangen, cuma saya malas ketemu sama ibu tiri,"

"Menemui di kantornya?"

"Tidak, karena selama ini pun Ayah tidak pernah mencariku,"

"Sudah berapa lama lo ninggalin rumah?"

"Entahlah, ada 3 tahun jalan,"

"Sabar, suatu saat pasti akan berkumpul lagi,"

"Semoga saat ketemu nanti saya sudah berhasil,"

"Aamiin,"

Sandra adalah teman yang sangat dekat, sehingga memahami betul keadaan Hanifah.

"Gua tinggal ya, kebetulan lagi mengerjakan tugas. Lo sudah selesai?"

"Alhamdulillah sudah,"

"Anak rajin,"

Hanifah tersenyum.

Hanifah memang rajin dan pandai, dia selalu mendapatkan IPK yang sangat memuaskan di setiap semester.

Sandra meninggalkan Hanifah lagi.

Hanifah naik ke atas kasur lalu membaringkan tubuhnya untuk istirahat, mempersiapkan tubuhnya supaya fit. Untuk menghadapi balapan nanti malam.

Hanifah selalu juara pertama, hadiahnya di gunakan untuk membayar kost, kebutuhan sehari-hari dan biaya kuliah. Semenjak Hanifah memutuskan pergi dari rumah, dia sudah tidak pernah meminta lagi kepada ayahnya.

Hanifah tidur dengan nyenyak.

####################################

Hanifah terbangun

Siap-siap untuk lomba.

Cek kondisi motor, setelah semuanya sudah oke, Hanifah ke kamar Sandra.

"San, pergi sekarang?"

"Ayo, gua bentar lagi siap,"

Hanifah dan Sandra pergi ke arena dengan membawa motornya masing-masing.

Semua peserta sudah ada di arena.

"Anjay, Hanifah ikutan," kata salah seorang peserta lomba

"Iya, euy, tahu Hanifah ikutan, gua gak akan ikut lomba," jawab yang lain.

Hanifah adalah lawan yang tangguh, susah untuk dikalahkan.

"Ya, tenang saja. Mungkin bagi kalian ini adalah hobi, tapi bagi saya ini adalah pekerjaan," jawab Hanifah dengan suara lembut, "Oleh karena itu biarkan saja saya menang dan kalian hanya menikmati saja lomba ini," sambung Hanifah lagi.

"Kalau gitu, biarkan salah satu di antara kami menang. Untuk masalah hadiahnya nanti akan gua serahkan kepada lo semuanya," jawab yang lain

"Saya gak mau makan gaji buta, saya akan berusaha semampunya untuk menang," tolak Hanifah.

Hanifah dan yang lainnya sudah baris dan siap untuk balapan.

"Bismillahirrohmannirrohiim," ucap Hanifah, "Lahawla walla kuwwata illah billah," sambungnya lagi.

Peluit sudah di bunyikan sebagai tanda para peserta untuk siap-siap dan peluit di bunyikan lagi, lomba sudah di mulai.

Hanifah menjalankan motornya dengan sangat tenang dan kecepatan sedang, sedangkan yang lain langsung mengambil kecepatan tinggi. Sungguh ambisius untuk menang.

Peserta harus mengelilingi arena balapan sebanyak sepuluh kali.

Banyak peserta yang kecelakaan, melambat di putaran kelima dan keenam karena sudah merasa lelah. Sekarang saatnya Hanifah yang menggunakan kecepatan tinggi.

Dan pasti sudah bisa menebak, pemenangnya adalah Hanifah.

"Gila lo Hani, tangguh banget, sulit untuk di kalahkan," ucap Sandra.

"Mungkin masih rezeki saya, suatu saat nanti pun kalian akan merasakan menang," jawab Hanifah bijak.

"Kalo lo jadi atlit nasional mau?"

"Jika ada kesempatan kenapa harus di tolak," jawab Hanifah sambil tersenyum.

"Semoga ya,"

Saatnya pengumuman juara.

"Perlombaan balapan motor sudah di gelar dan kita semua sudah mengetahui siapa yang keluar jadi pemenangnya. Selamat kepada Ramdan juara ketiga, Sandra juara kedua dan juara pertama di menangkan oleh Hanifah," kata MC.

Mereka bertiga menempati podium yang telah di sediakan sesuai dengan urutan juara.

"Selamat," ucap juri kepada Ramdan

"Selamat," ucap juri lagi kepada Sandra.

"Selamat untuk yang kesekian kalinya," kepada Hanifah, "Kita tunggu di arena balapan asia," sambung juri lagi.

Hanifah kaget mendengarnya.

"San, ini balapan motor tingkat apa?" bisik Hanifah kepada Sandra.

"Nasional,"

"Maa Syaa Allah, saya tidak menyangka. Kirain lomba balapan biasa,"

"Gua sengaja tidak memberi tahu supaya surprise,"

"Banget,"

"Takut lo grogi nanti gak fokus jadi kalah,"

"Makasih ya,"

"Iya, sama-sama. Gua ingin lo maju,"

Hanifah memeluk Sandra.

Hadiahnya sangat fantastis.

Sandra dan Hanifah sudah berada di kosan.

Mereka masuk ke dalam kamar masing-masing dengan membawa buket bunga, piala, sertifikat dan uang.

Hanifah memandang semua hadiahnya. Tertulis 250 juta membuat Hanifah tidak berkedip. Pikiran Hanifah melayang bingung, mau di gunakan untuk apa uang tersebut.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!