Hanifah pergi meninggalkan Andi, untuk kembali makan bersama mereka yang masih ada di dalam restoran.
Hanifah duduk di tempat semula.
"Mana Andi nya?"
"Di belakang, Tan, maaf ya, saya ikut campur urusan rumah tangga Tante,"
"Iya, gak apa-apa. Tante bersyukur bisa bertemu kamu, Nak,"
"Sebentar lagi, Andi, juga masuk,"
"Bismillah, semoga,"
Hanifah dan yang lainnya mulai makan, Andi masih belum masuk.
"Han, itu tadi Ibunya?"
"Iya, Om, istrinya Abba, Ummah sudah meninggal,"
"Pantas saja, menjual kamu,"
"Iya, Om, entah apa alasannya,"
"Ya, saat menawarkannya ke om, karena ingin uang dan menyingkirkanmu,"
"Kenapa ingin menyingkirkan Hanifah?" tanya Mamahnya Andi heran.
"Karena wajahmu mengingatkan Abba kepada Ummahmu,"
Hanifah tersedak mendengar itu
Sandra dengan sigap mengambilkan air untuk Hanifah.
"Emang aa sudah kenal lama dengan Ibu tirinya Hanifah?" tanya Mamahnya Andi lagi.
"Ya, iya, dia kan teman sekolah aa neng saat kecil,"
"Kenapa memang ada yang salah jika Abba ingat sama Ummah?"
"Ibumu cemburu dan Abba selalu meminta ibumu merubah penampilan sepertimu,"
"Pantas saja Ibu ingin merusak saya," Hanifah termenung
"Iya, kamu harus jaga diri baik-baik, sepertinya dia gak akan menyerah begitu saja untuk menyingkirkanmu,"
"Astagfirullah, Innalillahi," ucap hanifah sambil menutup mata.
"Om sudah kenal banget gimana karakter dia ya?"
"Sangat, Om sangat mengenalnya. Dia selalu ingin mencapai apa yang dia mau. Sama halnya ketika dia berusaha untuk menikah dengan Abba,"
"Maksudnya Om?"
"Iya, dia melakukan hal yang tidak bs om jelaskan disini, kepada Abba,"
"Innalillahi, tapi apakah Ibu sayang sama Abba?"
"Iya, dalam mengurus Abba, dia begitu telaten, namun itu pun kalau yang Ibu minta di berikan oleh Abba, kalau tidak ya begitu,"
"Astagfirullah, sebenarnya Ibu itu bisnis menjual perempuan begitu?"
Sandra dan Adam asyik sendiri.
Mamahnya Andi hanya mendengarkan.
"Iya, dari dulu. Abba juga ketemu dengan dia di tempat itu, ya dia jatuh cinta sama Abba jadi dia melakukan banyak cara untuk bisa menikah dengan Abba. Sekarang Abba tidak kerja yang menghidupinya ya dia,"
"Ya Allah, Abba," Hanifah mengeluarkan air matanya karena merasakan kesedihan, merasa kasihan terhadap Abba yang makan dari hasil bisnis ibu tirinya Hanifah yang seperti itu.
Andi pun datang.
Hanifah segera mengusap air matanya, takut Andi salah faham terhadap ayahnya.
"Kenapa lo, Han?" tanya Andi, "apakah Anda yang sudah membuat Hani menangis?" tanya Andi kepada Ayahnya.
"Tidak, An, kamu jangan salah faham dulu," kata Hanifah kaget Andi mengetahui dirinya menangis, "Saya, menangis merasa sedih dengan nasib Abba disana,"
"Abba kenapa?"
"Abba di kasih makan oleh Ibu dari hasil itu, meski Abba punya uang pensiun,"
"Ya, kalau itu Abba makan dari uang pensiun itu,"
"Uang pensiun Abba tidak seberapa, di banding kebutuhan Abba. Belum ini itunya," jelas Hanifah.
"Dasar Lo, di jalanan saja sangar, tapi hati lo lembut kayak sutra," kata Andi mengejek Hanifah.
Hanifah hanya menunduk.
"Itu, lah, bedanya Hanifah dengan yang lain, Agamanya saja kuat. Tangguh banget," Sandra ikut nimbrung.
"Tangguh gimana itu mewek," ejek Andi lagi.
"Tangguh mellownya, tangguh agamanya, tangguh prinsipnya, tangguh dalam mencapai cita-citanya, tangguh juga saat berada di arena," bela Sandra
"Percintaannya gimana?"
"Kayaknya Tangguh juga, dalam menanti teman masa kecilnya. Zayn," ungkap Sandra.
"Apaan sih kamu," Hanifah melirik ke arah Sandra.
"Sepertinya sih iya, tuh mukanya merah karena malu," ucap Sandra dengan menunjuk ke arah Hanifah.
Hanifah menutup mata.
"Iya, sepertinya ada perjanjian nih, sedang ta'arufan ya," ucap Andi.
"Gak, kok," Hanifah menjawab dengan suara pelan.
Mamah dan Ayahnya Andi tersenyum melihat keakraban mereka.
"Kalau gak, gua tembak lo sekarang di depan bokap nyokap gua, apa lo mau terima?"
Hanifah diam tidak menjawab.
"Tidak bisa menjawab kan lo?"
Hanifah tarik nafas, "Kan, sudah di bilang, saya gak mau pacaran, namun tuk ke jenjang pernikahanpun masih jauh, karena banyak hal yang harus di selesaikan,"
"Ya, kalau sudah jodoh tidak akan kemana, lebih baik kalian fokus dulu kuliah. Apalagi Hani kan harus memikirkan pula pertandingan," ucap Mamahnya Andi
"Iya, deh, tadi gua ngetes saja kok," ucap Andi pasrah
Semuanya sudah selesai makan termasuk Andi dan Hanifah.
Mamahnya Andi sekarang ikut dengan Ayahnya Andi.
Andi menjalankan mobil dengan kecepatan sedang karena ada yang pobia dengan kecepatan tinggi yaitu Adam.
"Han, boleh tanya?"
"Apa, Zayn itu siapa?"
Hanifah menceritakan tentang Zayn, tidak kurang sedikitpun. Andi dan Adam hanya mendengarkan mereka mengobrol.
"Jika Zayn melamar lo, gimana?"
"Maksudnya?"
"Jawabannya apakah akan sama dengan jawaban yang lo berikan kepada Andi,"
"Iya, secara dia juga jauh kuliahnya di kairo ambil kedokteran pula,"
"Wuih, An, saingan lo berat juga,"
"Kata nyokap gua juga, kalau jodoh gak kan kemana, jadi gua gak kan takut tuh,"
"Jangan salah lo, Zayn memintanya langsung kepada yang Maha memiliki Hanifah yaitu Allah,"
Hanifah hanya mendengarkan.
"Apalagi tadi juga lihat bagaimana Ummi dan Abbi nya Zayn sangat menyayangi Hanifah,"
"Jika Zayn laki-laki terbaik buat Hanifah kenapa gak, gua mah ikhlas. Apalagi bisa jadi imam sesuai dengan keinginan Hanifah, kalau gua kan kalian liat sendiri begini adanya," jawab Andi merendah.
Sandra, Adam dan Hanifah tertawa keras.
"Kenapa kalian pada ketawa memang ada yang lucu?"
"Gak ada, namu gua salut saja sama lo, tegar," jawab Adam.
"Berisik lo, gua do'ain moga Sandra bukan jodoh lo,"
"Idih, masalah lo, kok bawa-bawa gua," Sandra merengut.
"Dam, kalau lo sama Sandra nanti akan seperti dunia terbalik. Cowoknya cool, ceweknya tomboy,"
"Bagus itu saling melengkapi," bela Sandra.
Hanifah hanya tersenyum.
Andi ngoceh sambil mengendarai mobilnya.
"Emang lo beneran suka sama Hanifah, An?" tanya Sandra serius
"Menurut lo?"
"Gak,"
"Ya, sudah,"
"Ya, sudah-sudah, kita kuliah juga baru semester 3 sudah ngomongin pacaran saja. Fokus dulu kuliah, meniti karier baru membicarakan pacaran dan pernikahan,"
"Eh, dah siap nikah, jodohnya ngilang. Gimana tuh?" tanya Andi
"Ya, berarti bukan jodohnya. Kalau sudah jodoh gak kan lari kemana," ucap Hanifah.
"Iya, deh," ucap Andi mengakhiri perdebatan.
Hanifah melihat Hp
Sandra mendengarkan lagi musik.
Adam diam.
Andi fokus di belakang kemudi.
Nada dering Hp Hanifah tanda pesan masuk.
"Sudah sampai?" tanya Zayn
"Belum, masih di jalan,"
"Oh, iya, nanti kalau sudah sampai rumah kasih tahu. Ana ingin VC ke anti,"
"In Syaa Allah,"
Hanifah menyimpan kembali hp nya.
Wajah Hanifah terlihat tegang, mencoba menarik nafas dan mengatur kembali irama jantung yang tidak beraturan ketika mendengar Zayn akan Video Call dirinya.
Hanifah mencoba menutup mata.
"Sekarang disini jam 21.00 di Kairo jam berapa?" tanya Hanifah dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments