Bab 7

Sampai di kampung halaman Hanifah.

Hanifah dan yang lainnya termasuk mamahnya Andi segera ziarah ke makam Ummah.

Hanifah mendo'akan Ummah dan meminta maaf tidak pernah ziarah dan mengurus makam Ummah.

Makam Ummah tidak di tembok atau di berikan nisan. Tandanya hanya di berikan batu.

"Saha eta nu keur ziarah di makam Safitri," tunjuk orang yang lewat

Hanifah pura-pura tidak mendengar.

"Orang kota kaciri na mah," jawab orang yang berada di sebelahnya.

"Ngarasa karunya urang mah ka Safitri, boga anak hiji-hijina, da teu ngurus ka eta kuburanna. Salakina malah riweuh kawin deui, t lila ti Safitri maot teh,"

"Heeuh, padahal eta si Hanifah teh katelah budak anu sholehah naha bisa ngantep kitu,"

Hanifah tidak terasa mengeluarkan air matanya.

"Maafkan Hani ya, Ummah," ucap Hani sedih.

Mamahnya Andi mengelus punggung Hanifah dengan lembut.

"Ngke heula tapi ka ibu nu itu asa kenal," tunjuk Ibu yang sedang membicarakan kami.

"Mana?"

"Itu nu keur nangtung," tunjukna deui.

Mamahnya Andi menoleh ke arah suara lalu mengangguk dan tersenyum.

"Nya, apal. Mun teu salah mah sepupu na Safitri, sahanya ngaranna poho deui,"

"Nya, bener lain salah deui, ngaranna teh Ratna,"

"Nya, Ratna, hayu urang samperkeun,"

Dua orang itu berjalan menghampiri kami.

Hanifah tetap jongkok di makam Ummah sambil menangis.

Sandra memeluk Hanifah dari belakang.

"Ratna sanes ieu teh?" tanya salah seorang.

"Sumuhun, abdi Ratna,"

"Kumaha damang?"

"Alhamdulillah, pangesto,"

"Nuju ziarah di makamna Safitri?"

"Sumuhun, eceu,"

"Hayu atuh amengan ka rorompok eceu," ajak salah seorang dari mereka lagi

"Sumuhun In Syaa Allah," sambil tersenyum.

Mereka pergi.

Hanifah berdiri.

Diikuti oleh Sandra dan yang lainnya.

"Hani, sudah selesai?" tanya Mamahnya Andi.

"Sudah Tan,"

"Mau ke rumah dulu nenek atau langsung menemui Abba?" tanya Tante

"Hani ke rumah Abba dulu saja,"

"Mau di antar?"

"Tidak usah, Tan, Hanifah sendiri saja,"

"Han, perlu gua antar?" tanya Sandra memastikan.

"Tidak usah, San, gua sendiri saja,"

"Baik, kalau begitu, gua tunggu di rumah neneknya Andi,"

"Baik, San,"

"Hati-hati,"

"Iya,"

Dengan langkah yang berat, Hanifah melangkahkan kakinya ke rumah Abba. Rumah yang masih sama ketika dirinya meninggalkan kampung ini, bahkan terlihat sangat kumuh. Beda jauh saat Ummah masih ada.

"Assalamu'alaikum," teriak Hanifah

Tidak ada yang menjawab

"Assalamu'alaikum," teriak Hanifah lagi

Masih belum ada yang menjawab

"Assalamu'alaikum," teriak Hanifah lebih kencang lagi.

Tidak ada jawaban.

Hanifah memutuskan balik kanan, akan pergi ke rumah neneknya Andi.

Tiba-tiba terdengar suara dari dalam.

"Wa'alaikummussalaam, saha?" suara yang tidak asing lagi.

Hanifah kembali ke dekat pintu.

Pintu dibuka.

Laki-laki setengah baya, berjalan dengan menggunakan tongkat.

"Neng bade ka saha?" tanya laki-laki itu.

"Abba," ucap Hanifah yang langsung memeluk Abba yang merasa iba ketika melihat Abba menggunakan tongkat.

"Hanifah?" tanya Abba.

"Hanifah neda di hapunteun Abba,"

"Alhamdulillah, Hanifah uih, Hanifah henteu lepat, abba anu lepat mah,"

"Abba henteu lepat,"

"Abba tamelar ka Hanifah,"

"Atos Hani henteu nanaon, Hani tiasa bertahan dugi ka ayeuna oge berkat du'a ti Abba,"

"Hayu atuh ka lebet,"

"Abba teu damang naon?"

"Abba teh struk, atos 3 tahun kapengker. Ieu teh sakieu alhamdulillah, atos sakinteun tiasa mapah-mapah,"

"Alhamdulillah, atuh, hapunteun Hani teu terang,"

"Muhun teu nanaon, Abba ngaraos bersyukur Hani ayeuna uih. Hani teh dimana ayeuna?"

"Di Jakarta Abba,"

Datang perempuan setengah baya juga, dengan suara yang tidak asing lagi.

"Bade naon kadieu?" tanya perempuan itu, "Bade nyuhunkeun bagian?" tanyanya lagi.

Hanifah melihat ke sekeliling rumah, "Apa yang mau di ambil?" jawab Hanifah dengan suara pelan.

"Saat Abba tidak bisa ngapa-ngapain kemana?" tanya perempuan itu dengan nada ketus, "sekarang saat Abba sudah sembuh, datang,"

"Abba sakit juga, pasti gara-gara kamu," jawab Hanifah tegas.

"Jangan ngomong sembarangan," teriak perempuan itu dengan nada tinggi.

"Sudah-sudah, Hani, baru pulang, jangan cari gara-gara," ucap Abba menengahi.

"Iya, baru juga menginjakkan kaki setelah sekian tahun sudah mau di usir saja. Jangan takut deh, saya gak ke bagian juga gak apa-apa, ambil saja sana. Saya masih bisa hidup, bahkan bisa membeli rumah seperti ini 10," jawab Hanifah dengan bangga.

"Kamu masih saja melawan seperti dulu?"

"Kamu siapa?" tanya Hanifah ketus.

Tangan perempuan itu melayang ke arah pipi Hanifah.

Dengan spontan Hanifah membalasnya, tidak sekali namun berulang-ulang.

"Sudah selesai," teriak Abba.

"Saya bukan Hanifah yang dulu, yang mudah kamu bodohi. Saya pergi malah membuatmu nyaman dan tidak merasa bersalah, kamu menikah dengan Abba karena hartanya kan?"

"Jangan asal bicara kamu, dasar anak yang tidak tahu diri,"

"Yang tidak tahu diri siapa, saya atau anda?"

"Kamu ya?"

"Anda, dulu saya meninggalkan abba karena Anda telah menjual saya ke lelaki hidung belang dengan harga yang fantastis,"

"Apa benar itu?" tanya Abba ke istrinya.

"Iya, Abba, seminggu kalian menikah, perempuan itu membawa Hani ke sebuah hotel, bilangnya Hani akan di ajak makan. Namun nyatanya Hani di jual kepada lelaki belang, Alhamdulillaahnya Hani masih di lindungi sama Allah, jadi bisa berhasil kabur dari laki-laki itu,"

"Sungguh memalukan, kepada siapa Hani hendak kamu jual, hah?" ucap Abba

Istrinya tidak menjawab hanya menatap tajam wajah Hanifah.

Hanifah tidak gentar sedikit pun.

Lalu istrinya pergi.

Abba mengacuhkan kepergian istrinya.

"Tapi kenapa sekarang Hani seperti ini?" tanya Abba meneteskan air matanya.

"Ini cara Hani bertahan hidup, Hani sekarang menjadi pembalap Abba,"

"Bagaimana ceritanya?"

"Saat di dalam kebingungan untuk melangkah, Hani bertemu dengan seorang perempuan. Dia anggota gank motor namun sangat baik. Namanya Sandra. Dia keluar dari gank motor tersebut dan mengajak Hani untuk menjadi pembalap,"

"Alhamdulillah, namun legal kan?"

"Iya, Abba, In Syaa Allah, Hani akan menjadi atlet tingkat asia,"

"Alhamdulillaah, namun Abba minta, Hani berkerudung kembali,"

"In Syaa Allah, Abba,"

"Sekarang mau menginap?"

"Tidak Abba, Hani kesini bareng dengan yang lainnya. Hani bareng dengan Tante Ratna, sepupunya Ummah,"

"Mana dia sekarang?"

"Di rumah nenek, Abba,"

"Janji sering-sering nengok Abba disini,"

"In Syaa Allah, Abba,"

Istrinya datang kembali.

"Bawa Abba mu pergi, sekarang giliranmu mengurusnya,"

"Boleh, dengan senang hati. Namun Abba harus ceraikan dulu Anda. Mau?"

"Kenapa begitu?"

"Anda tidak malu, istrinya masih ada namun menyuruh anaknya untuk mengurus Abba, apa fungsi Anda?"

"Saya sudah merasa cape mengurus Abba mu,"

"Ya, gampang, cerai saja, biar ke andanya tidak dosa. Karena tidak mengurus Abba,"

Perempuan itu diam

"Abba mau bertahan disini dengan dia yang jelas-jelas sudah merasa lelah mengurus Abba atau tinggal dengan Hani di Jakarta?"

"Abba mau disini saja, menghabiskan sisa umur Abba di kampung,"

"Anda dengarkan jawaban Abba, jadi mau tidak mau Anda harus mau mengurusnya,"

Perempuan itu tidak menjawab.

"Atau mau saya bayar setiap keringat Anda dalam mengurus Abba, namun tidak akan bernilah ibadah dan tidak mendapatkan apa-apa hanya sebatas uang yang saya berikan,"

Perempuan itu masih diam seperti sedang berfikir.

"Hani fokus saja kuliah, Abba disini baik-baik saja, Jangan pikirkan ucapan istri Abba,"

"Baik, Abba, ini no hp Hani, ini uang untuk Abba," dengan memberikan beberapa lembar uang merah ke tangan Abba.

"Nak, tidak perlu,"

"Tidak apa-apa, Abba, Hani pamit pulang ya,"

"Iya,"

Hani mencium tangan Abba dan langsung keluar dari rumah Abba. Tanpa berpamitan kepada perempuan itu.

Terpopuler

Comments

ummi_kia_thea

ummi_kia_thea

Iya, tidak apa-apa, abba sudah merasa bersyukur Hani sekarang pulang. Hani sekarang tinggal dimana?

2023-09-08

0

Daniela Whu

Daniela Whu

bisa translet x gk thor soalx sy bukan orang Sunda jd kurang paham atu

2023-09-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!