Bab 14

Mobil Andi sampai di kosan Hanifah dan Sandra.

Hanifah dan Sandra segera turun.

"Terima kasih ya, An, dah nganterin kita," ucap Hanifah

"Iya santai saja,"

"Kita langsung masuk ya, hati-hati di jalan,"

"Iya,"

"Assalamu'alaikum," kata Hanifah sambil melambaikan tangan.

"Wa'alaikummussalaam,"

Mobil langsung di parkirkan dan tidak lama sudah menghilang dari pandangan Hanifah dan Sandra.

Hanifah dan Sandra langsung masuk ke kosan dan ke kamar masing-masing.

Hanifah menjatuhkan tubuhnya ke atas tempat tidur.

Merebahkan seluruh tubuhnya.

Hanifah mencoba memejamkan matanya dan tidak lama kemudian, Hanifah terlelap tidur.

Hp berdering Hanifah masih terlelap

Hp berdering kembali Hanifah terbangun, tangannya meraba-raba mencari sumber suara, matanya masih terpejam.

Hp berdering kembali, "Siapa sih, telepon malam-malam," gerutu Hanifah sambil mencari hp.

Hanifah berusaha membuka mata dan mencari hp nya. Hanifah ingat, hp nya masih berada di dalam tas yang di simpan di meja belajar.

Hanifah bangun dan berjalan menuju meja belajar.

Saat di ambil, ternyata dari Zayn. Hati Hanifah menjadi tidak karuan.

"Han, ana minta izin untuk mondok di pesantren Kakek,"

"Kapan?"

"Nanti selesai ujian sekolah,"

Hanifah terdiam sesaat.

"Izinkan supaya Ana ringan belajar disana,"

Hanifah mengangguk dengan ragu.

"Kenapa ragu?"

"Tidak apa-apa, saya disini tidak ada teman,"

Zayn termenung

"Zayn kalau libur pasti pulang kesini?"

"Y pasti, Ana pasti pulang kesini, Ummi dan Abbi kan disini,"

"Ya, sudah, nanti saya akan menunggu kamu disini,"

"Kalau menunggu sampai kita sama-sama lulus kuliah gimana, mau?"

Hanifah mengangguk.

"Ana pasti akan datang untuk melamar anti, mau setia menanti sampai waktu itu tiba?"

Hanifah mengangguk.

Hp berdering lagi.

Hanifah menjatuhkan hp nya karena kaget, Zayn mengingatkan obrolan saat usia mereka 12 tahun.

Hanifah mengangkat teleponnya.

"Assalamu'alaikum, ukhti," ucap dari sebrang

"Wa'alaikummussalaam," jawab Hanifah dengan irama jantung yang tidak karuan.

"Bagaimana kabarnya?"

"Alhamdulillaah, baik, kamu sendiri bagaimana?" mencoba mengatur irama jantungnya

"Alhamdulillaah, ana juga baik,"

"Alhamdulillaah, masih ingat sama Hani," mulai normal.

"In Syaa Allah, ana tidak lupa dengan anti. Dalam setiap sujud ana selalu meminta ridho-Nya Allah untuk selalu menempatkan anti dalam ingatan ana setelah Allah, Abbi dan Ummi,"

"Maa Syaa Allah, malahan Hani yang lupa. Karena ada yang janji setiap liburan akan pulang ternyata tidak,"

"Oh, iya, ana minta maaf untuk itu. Ana mengobrol dengan Ummi dan Abbi tentang masalah kita, jadi Abbi menyarankan untuk ta'aruf. Karena takut Anti tidak setuju jadi Ana tidak menjelaskannya,"

"Ya Allah,"

"Alhamdulillaah,"

"Alhamdulillah untuk apa?"

"Ya, sedikitnya tidak semua hilang dari diri anti,"

"Maksudnya?"

"Anti masih mau menyebutkan asma Allah, meski penampilanmu telah berubah,"

"Aaah, photo profil akan di ganti, di semua medsos tanpa kecuali, termasuk photo dan video di beranda juga,"

"Ya, sudah, sekalian hapus saja medsosnya, ganti dengan yang baru," saran Zayn.

"Iya, In Syaa Allah,"

"Anti gak kangen ana?"

"Percuma kangen juga, kamu nya jauh,"

Terdengar suara senyum yang renyah dari seberang sana.

Hanifah diam.

"Masih ngantuk ya?"

"Iya, di indonesia sekarang sudah jam 01.00 di Kairo jam berapa?"

"Disini baru jam 21.00, ya sudah kalau begitu selamat istirahat lagi!"

"Iya, kalau mau ta'aruf jangan sering telepon-teleponan nanti akan terjadi zina hati atau pikiran,"

"Maa syaa Allah, apakah yang disana masih setia menanti?"

"In Syaa Allah, sekarang saya sedang fokus ke pertandingan dan kuliah,"

"Dengan Abba?" tanya Zayn penasaran.

"Abba sudah ada yang lebih wajib mengurusnya, Ibu," jawab Hanifah ketus.

Tidak ada lagi Hanifah yang lembut seperti 8 tahun yang lalu, sekarang yang ada Hanifah yang tegas dan keras.

"Bolehkah ana bertanya?"

"Apa?"

"Apakah ini benar Hanifah 8 tahun yang lalu berjanji akan menunggu ana?"

"Ya-ya lah, toh dari tadi kan obrolan kita nyambung,"

"Namun terkesan berbeda,"

"Setiap orang pasti berubah, namun In Syaa Allah, Saya masih ingat akan ajaran-ajaran Ummah tentang agama dan masih saya lakukan sampai saat ini," jawaban Hanifah melegakan Zayn

"Alhamdulillah dan ana juga yakin, anti pasti bisa kembali lagi seperti dulu, berhijab panjang,"

"Aamiin, In Syaa Allah, semoga do'akan saja,"

"Ana yakin, anti ada pergolakan batin dalam hatimu akan itu,"

Hanifah diam

"Hello, apakah yang disana masih bangun?"

"Hmmm,"

"Ya sudah lanjutin tidurnya,"

"Iya,"

"Assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikummussalaam,"

Sambungan telepon terputus.

Hanifah ke dapur untuk mengambil air.

Hanifah mencoba memejamkan matanya kembali namun tidak bisa.

Hanifah ke kamar mandi bermaksud untuk bersih-bersih dan mengambil air wudhu.

Hanifah shalat malam dan di sambung dengan baca Al-Qur'an.

Hanifah menangis sejadi-jadinya karena sudah terlalu jauh menanggalkan jilbabnya.

Hanifah mengambil pakaian dari lemari, gamis dan jilbab.

Yang selama ini Hanifah kumpulkan secara diam-diam membelinya lewat onlineshop.

Hanifah mencoba memakai jilbabnya dan berlenggak lenggok di depan cermin.

"Terasa nikmat jika memakai jilbab, hati terasa tenang dan cantik juga seperti ummah," ucap Hanifah dalam hati.

"Kalau Hani memakai jilbab besok, bagaimana reaksi mereka?" lanjut ucap Hanifah

"Bagaimana dengan lomba-lomba?" pergolakan batin Hanifah

"Ya Allah, Hani meminta ridho-Mu untuk memperbaiki kembali penampilan," do'a Hanifah.

Hanifah membuka kembali gamis dan jilbabnya. Lalu membereskannya ke dalam lemari.

Hanifah sudah terasa ngantuk dan kembali ke tempat tidur lalu mencoba memejamkan matanya. Hanifah sudah terlelap tidur.

Hanifah berjalan di padang rumput yang hijau, di penuhi oleh pohon-pohon yang rindang dan bunga-bunga yang mekar.

"Wah indahnya," kata Hanifah melihat semua arah.

"Begitu indahnya tempat ini, Hani suka," kagum Hanifah

Datang seorang perempuan setengah baya dengan tersenyum ramah kepada Hanifah.

"Hani," panggil wanita itu.

"Iya, siapa?" tanya Hani karena wajahnya tidak terlihat

"Jika hatimu sudah mantap untuk kembali berkerudung jangan kamu memikirkan ini itu, Nak, In Syaa Allah, Allah akan memudahkan segala urusanmu,"

"Iya, Bu, terima kasih atas saran dan masukannya,"

Hanifah kembali bersemangat dan lebih mantap lagi untuk berhijab.

"Tapi, Bu, lomba-lomba saya bagaimana?"

"Ikuti saja jalannya, serahkan semuanya kepada Allah," ucap Ibu itu, "Bukankah menutup aurat itu wajib" sambung Ibu itu, "Sesuai dengan surat Al-Ahzab ayat 59 yang Artinya: "Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, "Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."" jelas Ibu itu.

Hanifah terdiam dan mencoba mencerna atas apa yang Ibu itu sampaikan.

Ibu itu menjauh dan meninggalkan Hanifah.

"Ibuuuu," panggil Hanifah

Ibu itu sudah tidak nampak lagi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!