Bab 15

Hari Senin

Hanifah siap-siap untuk pergi ke kampus. Dengan penampilan yang baru, Hanifah nampak percaya diri. Dia tidak khawatir atas yang lainnya seperti sebelum-sebelumnya. Kini sudah sangat yakin untuk mengambil keputusan berhijab kembali.

Untuk hal lain dan sebagainya Hanifah menyerahkan kepada Allah SWT. Sesuai dengan apa yang di ucapkan Ibu setengah baya yang datang dalam mimpi Hanifah dini hari tadi.

Hanifah keluar kamar dan terlihat di luar Sandra sedang mengunci pintu kamarnya.

"Ayo, San,"

"Oiya, silahkan duluan saja, saya sedang menunggu Hanifah," jawab Sandra tanpa menoleh ke belakang.

"Saya sudah siap, San, ayo," ucap Hanifah

Sandra selesai mengunci pintu.

"Maa Syaa Allah, cantik sekali dengan penampilan seperti ini," puji Sandra yang pertama kali melihat Hanifah berkerudung karena saat pertama kali bertemu Hanifah sudah tidak memakai kerudung.

Hanifah menunduk karena malu.

"Aura nya lebih keluar,"

Hanifah hanya tersenyum.

"Ayo,"

Hanifah pun mengangguk.

"Lo sih, pakai kerudung dapat jiwanya karena memang sebelum gak berkerudung juga meski terlihat tomboy namun masih ada aura anggunnya, nah gua apa kabarnya?"

"In Syaa Allah, kamu juga bisa cantik bahkan lebih cantik dari saya," jawab Hanifah sambil jalan.

"Ah, lo, mah ingin gua berhijab makanya bilang begitu,"

"Coba saja kalau tidak percaya,"

"Ngomong-ngomong lo bisa gitu pakai gamis gini bawa motor gede?"

"Bismillah, di coba. Kalau kesulitan ya beli motor matic saja,"

"Lomba buat kejuaraan bagaimana, apakah sudah lo pikirkan?"

"Serahkan semuanya pada Allah, San, hati saya sudah terlalu berat karena menanggalkan hijab sudah sangat begitu lama,"

"Iya, kalau begitu lo sudah siap dengan berbagai resiko yang akan terjadi nanti,"

"In Syaa Allah, la tahzan Innallaha ma'ana,"

"Apa itu artinya?"

"Jangan bersedih sesungguhnya Allah bersama kita,"

"Iya, deh, gua setuju untuk itu, gua iri sama lo!" ucap Sandra sambil memakai helm.

"Kenapa iri sama saya, padahal kamu lebih beruntung dari saya. Orang tua masih ada,"

"Gua iri karena Ummah lo mendidik lo tentang agama, gak kayak gua, bokap sama nyokap hanya sibuk mengejar dunia, sekarang saja mana mereka tidak pernah mencari gua, hanya uang-uang dari mereka saja yang datang,"

"Kenapa kamu tidak duluan menghubungi atau pulang untuk bertemu mereka,"

"Percuma yang ada sakit hati,"

"Ya, sudah coba kamu mencari sisi baik dari mereka, supaya hatimu tidak terluka lebih dalam. Kalau kamu akan pulang In Syaa Allah, saya siap mengantar,"

"Makasih ya,"

Hanifah dan Sandra memang saling mengisi. Hanifah mengajarkan tentang agama meski Sandra masih belum mau melakukan ibadah shaum, baca Al-Qur'an apalagi shalat, Sandra mengajarkan tentang kehidupan.

Sandra dan Hanifah sudah siap di atas motor.

Keduanya menyalakan mesin motor dan menjalankannya

"Bismillah," ucap Hanifah dalam hati

Semua mata tertuju kepada Hanifah, yang jalan kaki d trotoar, yang sedang naik motor juga bahkan yang berada dalam mobil pun melihat ke arah Hanifah.

Hanifah sangat percaya diri membawa motornya melebihi sebelum dia mengenakan jilbabnya.

Hanifah dan Sandra sampai di kampus.

Mereka memarkirkan motornya di tempat biasa.

Hanifah dan Sandra berjalan menuju ke kelas.

Hanifah berjalan dengan menunduk.

Semua mahasiswa dan mahasiswi yang berada di sana melihat Hanifah dengan pandangan yang berbeda-beda.

"San, siapa tuh?" goda salah satu mahasiswa yang terkenal playboy

"Siapa-siapa, kayak yang baru lihat saja lo," ucap Sandra marah.

"Idih, marah gitu, kenalin dong," goda mahasiswa lain.

"Kenalan saja sendiri,"

Hanifah mengangkat wajahnya dan tersenyum ke arah sumber suara.

"Gila, cantik bener, lo mah Hanifah, kan?" kata mahasiswa tadi

"Iya, dia, Hanifah, emang menurut lo dia siapa?" tanya Sandra, "mahasiswa baru?"

"Hani, gua padamu lah,"

"Hani kagak mau sama lo, yang playboy abis,"

"Han, dengan berjilbab aura lo keluar, gak ada lagi Hanifah bermuka keras dan galak,"

Hanifah tidak menjawab, dia terus berjalan menuju kelas meninggalkan Sandra yang melayani keisengan mereka.

"San, Hanifah mana?" tanya Andi.

"Hanifah ke kelas duluan, malas melayani mereka," ucap Sandra sambil menunjuk mereka.

"Gua juga duluan ya, ada hal yang harus di bicarakan," sambil berjalan cepat

"Tunggu gua,"

"Cepetan,"

Sandra setengah lari mengejar Andi yang berjalan cepat.

"Hanifah!" panggil Andi saat sudah sampai kelas.

Sandra baru sampai di depan kelas.

Andi celingukan mencari Hanifah.

Sandra masuk.

"Mana San, Gak ada Hanifah,"

Sandra duduk.

Hanifah sedang asyik membaca buku.

"Nah, ini siapa?" tunjuk Sandra.

"Dia mah bukan Hanifah,"

Hanifah menutup buku dan mengangkat wajahnya.

Andi melongo melihat Hanifah.

"Ada apa, An?" tanya Hanifah dengan lembut

"Bidadari dari mana ini?" puji Andi,

"Ada apa tadi memanggil saya?"

"Woi, Andi, ada apa lo nyari-nyari Hanifah setengah mati, sekarang sudah ada di depan mata lo, lo malah melongo kayak ayam kalkun yang kesurupan," teriak Sandra.

Andi sadar.

"Ada apa An?"

"Oh, itu, ya, tadi Ayah bilang. Lo harus lebih hati-hati, nyokap tiri lo ke Jakarta nyariin lo,"

"Astagfirullah, mau apa dia?"

"Tidak tahu, Ayah cuma memperingatkan saja, supaya lo hati-hati dan tetap waspada,"

"Sudah tenang, Han, kalau bokap lo macam-macam gua akan minta bantuan anak-anak gank gua," ucap Sandra

"Ayah menyarankan Lo buat tinggal bersama kami, supaya kamu bisa kami awasi,"

"Bismillah, tenang saja dulu, sekarang fokus sama mata kuliah yang hari ini,"

"Iya, namun kalau lo ada apa-apa kita hadapi bersama ya,"

Hanifah mengangguk.

"Lo terluka sedikitpun, gua akan balas lebih dari itu," ucap Sandra penuh emosi.

"Kita lihat saja dulu maunya dia apa, namun saya diajarkan oleh Ummah untuk menghormati yang lebih tua, apalagi Ibu sudah menikah dengan Abba, mau tidak mau, dia tetap menjadi Ibu saya. Sesuai dengan ayat Al-Qur'an" kata Hanifah

"Dan Kami memerintah kepada manusia untuk berbakti kepada prang tua, ibu yang telah mengandung dalam keadaa lemah dan menyapihnya dalam 2 tahun. Bersyukurlah kalian kepada Ku dan kepada orang tua. Hanya kepada-Ku lah kamu kembali,”

“Dan apabila keduanya memaksa mempersekutukan sesuatu dengaan Aku yang tidak ada pengetahuaanya, maka jangan kamu mengikutinya. Pergaulilah keduanya dengan cara yang baik dan ikuti jalan orang-orang yang kembali kepada-Ku, hanya kepada-Ku lah kembalimu maka Aku kabarkan apa yang kamu kerjakan,” (QS Luqman: 14-15).

"Itu kan perintah sikap kita kepada orangtua kita, kalau ke ibu tiri tidak apa-apa kali, apalagi ini sudah berniat ingin mencelakakanmu," sela Sandra.

"Ujar Buya Yahya, Adapun Ibu tiri kita wajib menghormati dan memuliakannya karena dia adalah orang yang dinikahi oleh ayahanda kita,” Kata Hanifah, " Sambung Buya Yahya, Maka kalau kurang ajar kepada ibu tirimu maka sesungguhnya kamu kurang ajar kepada ayahmu, tidak ada makna bakti setelah itu,” lanjut Hanifah

"Tapi kita wajib membela diri?"

"Iya, namun jika bisa menghindar lebih baik menghindar. Ada yang lebih berhak untuk mendidik Ibu yaitu Abba," ucap Hanifah, "Jujur Saya takut durhaka terhadap Abba,"

Sandra bertepuk tangan, "Salut gua sama lo, gua bangga memiliki teman seperti lo,"

"Terimakasih ya, An, sudah memberitahukan info ini. Nanti kalau ada apa-apa pasti menghubungi Om dam Tante," menghiraukan ucapan Sandra

"Janji lo ya,"

Hanifah mengangguk.

Kelas sudah penuh, semua kursi terisi, Adam pun sudah ada tidak tahu kapan datangnya. Tinggal menunggu dosen untuk mengajar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!